Jambi Mulai Tenang Kembali

Daulat

September 4, 2025

Jon Afrizal/Kota Jambi

Suasana Pasar Kota Jambi. (credits: Citizen Journalist)

PASCA demonstrasi dan riot tanggal 29 Agustus dan 1 September lalu, Kota Jambi berangsur tenang dan aman kembali. Meskipun, masih menyisakan banyak trauma, dari penduduk.

Pantauan terakhir, baik itu di Jalan Ahmad Yani Telanaipura, maupun di seputaran Tugu Keris Kota Baru, yang biasanya penuh dengan pedagang kaki lima, kini masih terlihat lengang. Umumnya, para pedagang masih takut jika aksi demonstrasi ditunggangi oleh aksi pengrusakan.

“Kami ini modalnya pas-pasan. Jika terjadi kerusuhan, modal akan hilang, nyawa pun terancam,” kata Akmal, pedagang Telor Cungkil di wilayah Tugu Keris, Kota Baru, Selasa (2/9).

Pada demonstrasi tangal 1 September dengan tujuan “Reformasi DPR, Reformasi Kepolisian”, terlihat para aktifis senior berdatangan ke aksi demonstrasi. Tentu saja, diakui atau tidak, mereka berperan untuk menenangkan dan “memilah” mana yang demonstran dan mana yang tukang rusuh.

Sebab, tujuan dari aksi demonstrasi di dunia demokrasi adalah untuk perbaikan, dan bukan malah sebaliknya.

Pada demonstrasi hari kedua, cuaca yang hujan turun dengan lebat juga turut membantu menyelesaikan konflik. Hujan lebat, sebagai tanda dari awal musim penghujan, telah membantu membubarkan massa.

Suasana aksi demonstrasi, Senin (1/9). (credits: Citizen Journalist)

Pun, anggota DPRD telah menemui para demonstran.

Sebelumnya, pada aksi demonstrasi yang ditunggangi kerusuhan pada tanggal 29 Agustus, perusuh telah memecahkan kaca-kaca jendela gedung DPRD Provinsi Jambi, merusak fasilitas, mencabut pagar-pagar besi, dan membakar mobil dinas milik Sekretariat Dewan.

“Pemerintah tidak melarang masyarakat untuk menyalurkan aspirasi. Tapi, tentu dengan cara yang baik dan kejelasan aspirasi,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi Sudirman, mengutip Detik, Sabtu (30/8).

Tapi, apa yang telah terjadi setelah aksi itu, katanya, dengan kerusakan itu maka akan berdampak pada penganggaran perbaikan dari seluruh kerusakan.

Aksi pengrusakan pada demonstrasi, adalah fenomena baru di Kota Jambi. Dan, hanya terjadi pada demonstrasi Agustus/Sepetember 2025 ini.

Pada demonstrasi besar-besaran hampir sebulan lamanya “Tolak Omnibus Law” di pertengahan tahun 2020, misalnya.

Memang, Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sri Sudewi adalah kawasan yang mencekam, dan warga takut untuk melintas. Tapi, para aktifis memang mengeluarkan aspirasi, dan tidak menyebabkan kerusuhan dan pengrusakan.

Pun, pada aksi demontrasi “Reformasi 1998”, demonstrasi berjalan sesuai dengan alurnya, dan tidak tercatat adanya kerusuhan.

Tapi yang terjadi pada Agustus/Sepetember 2025, jauh berbeda. Massa, yang entah dari mana, datang membawa dan mengumbar kemarahan. Mengamuk dan merusak apa saja di sekitar mereka.

Butuh analisa lebih mendalam, terkait fenomena ini. Seperti, pertanyaan tentang “Mengapa ada perusuh yang menunggangi gerakan sosial?” yang butuh untuk dijawab.

Namun, sesuai petatah petitih (Seloko) dari orang-orangtua Melayu Jambi, maka, marilah duduk berunding.

“Kato seiyo, bulat aek di pembuluh, bulat kato dimufakat,

Bulat boleh digulingkan, pipih boleh dilayangkan,

Terhampar samo kering, terendam samo basah.

Celako kato sebab musakat,

Selesai gawe kareno nang banyak,

Selesai rumah tukul pahat idak bebunyi.”*

avatar

Redaksi