Gunung Marapi Meletus Lagi

Lingkungan & Krisis Iklim

April 6, 2025

Junus Nuh

Puncak Gunung Marapi. (credits: google photo)

“Pada masa itu belum ada orang yang membuat jalan, karena mereka takut akan mengikuti musuh sampai ke tempatnya. Karena itu mereka berjalan masuk ke dalam hutan keluar rimba, mendaki bukit menuruni lurah. Maka pada suatu hari terlihatlah cahaya api dipinggang Gunung Berapi, lalu mereka menuju kesana. Memang telah ada orang membuat perkampungan disitu. Maka berdamailah yang datang dengan mereka itu dan serta pula berkampung di sana. Karena kepandaian yang datang itu jauh lebih lama dari pada orang kampung itu, banyaklah ia menunjukkan peraturan. Karena penduduk disana sangat suka bercampur dengan mereka dan menurutkan peraturannya, hingga menjadi aman dan teratur dusun itu. Menurut cerita sampai sekarang masih ada bekas-bekas dusun itu, tempatnya di Periangan: tanahnya datar, dilingkungi oleh aur duri, pun didapati ada kuburan di sana, yakni kuburan nenek moyang orang Minangkabau.” Ahmad Datuk Batuah – “Tambo Minangkabau”

GUNUNG Marapi (2891 mdpl), yang berada di Pasie Laweh, Kec. Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat kembali meletus. Letusan ini terjadi selama tiga hari berurut-turut. Yakni sejak Selasa (1/4) hingga Kamis (3/4).

Tinggi kolom abu yang terpantau, berkisar antara 1.000 meter hingga 2.891 meter di atas puncak.

“Erupsi pada hari Kamis (3/4) ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30,4 mm dengan durasi 1 menit 9 detik,” kata petugas Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Teguh Purnomo, mengutip Kompas, Kamis (3/4).

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur.

Saat ini Gunung Marapi berstatus Level II waspada. Sehingga, masyarakat diminta untuk tidak mendekati dan beraktivitas radisu 3 kilometer dari kawah.

Pun, masyarakat yang tinggal di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu waspada terhadap potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi, terutama di saat musim hujan ini.

Serta, warga dihimbau untuk menggunakan masker. Jika terjadi hujan abu yang dapat membahayakan kesehatan.

Mengutip ESDM, gunung api Marapi termasuk sering mengalami erupsi. Terhitung sejak tahun 1807 erupsi memiliki masa istirahat terpendek kurang dari 1 tahun dan terlama 17 tahun (rata-rata istirahat 3,5 tahun). Dan sejak tahun 1987 hingga saat ini, erupsi bersifat eksplosif dari Kawah Verbeek.

Adapun aktivitas erupsi biasanya disertai suara gemuruh atau dentuman dengan produk erupsi dapat berupa abu, lapili, dan terkadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik.

Rangkaian erupsi (letusan) secara tidak kontinyu masih berlanjut hingga saat ini. Sebagai akibat dari dinamika naik turunnya pasokan fluida dari kedalaman tubuh Gungung Marapi.

Pada awal hingga pertengahan Februari 2025 ini, telah terjadi peningkatan gempa vulkanik dan tremor di Gunung Marapi. Ini berkaitan dengan adanya peningkatan pasokan fluida dari kedalaman.

Sebagai konsekuensinya, telah pula meningkatkan aktivitas hembusan dan letusan untuk melepaskan akumulasi dari tekanan fluida tersebut.

Gunung Marapi. (credits: google photo)

Sesuai dengan sejarahnya, bahwa erupsi dapat terjadi dengan mengeluarkan suaran dentuman maupun gemuruh yang dapat terdengar oleh masyarakat disekitarnya dan hal seperti ini merupakan sesuatu yang biasa pada suatu gunung api yang sedang erupsi.

Berdasarkan data-data pemantauan terkini (visual dan instrumental) menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Marapi masih tinggi. Data variasi kecepatan seismik dan koherensi masih rendah yang mengindikasikan bahwa tekanan (stress) pada tubuh gunungapi masih tinggi dan kondisi medium di dekat permukaan gunungapi belum stabil.

Sehingga, potensi terjadinya erupsi masih tetap ada yang dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi tekanan (energi), dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan masih berada di dalam wilayah radius 3 kilometer dari pusat aktivitas (kawah verbeek) Gunung Marapi.

Beberapa kota yang berada di sekitar Gunung Marapi, adalah Bukittinggi, Padang Panjang, dan Batusangkar.

Gunung, sebagaimana tempat tertinggi di budaya Melayu pada umunya, selalu diliputi oleh kesakralan.

Ahmad Datuk Batuah dalam “Tambo Minangkabau”, Gunung Marapi adalah tempat asal usul nenek moyang orang Minangkabau. Seperti petikan yang dikutip diawal tulisan ini.

Kata “tambo” berasal dari bahasa Sansekerta, yakni “tambay” yang berarti: bermula. Tambo adalah karya sastra sejarah berbentuk prosa yang merekam kisah-kisah legenda-legenda yang berkaitan dengan asal usul suku bangsa, negeri dan tradisi dan alam Minangkabau.

Periangan atau Pariangan, yang dimaksud dalam petikan itu, disebut juga Nagari Tuo Pariangan yang terletak di Kabupaten Tanah Datar. Wilayah ini diakui sebagai nagari tertua di provinsi Sumatera Barat.

Nagari Pariangan, yang berfungsi sebagai pusat sistem tata kelola masyarakat yang berbasis di Nagari di daerah sekitarnya, meletakkan dasar bagi kerangka sosial dan politik yang berkembang dalam komunitas Minangkabau.

Gunung MArapi, menurut legenda, adalah tempat yang pertama kali dihuni oleh masyarakat Minangkabau setelah kapal mereka mendarat di gunung yang saat itu masih sebesar telur dan dikelilingi oleh air.

Terdapat sejumlah besar batu pemakaman tegak di wilayah ini yang berorientasi ke arah gunung.

Sedangkan Nagari Pariangan, berfungsi sebagai pusat sistem tata kelola masyarakat yang berbasis di nagari di daerah sekitarnya, dan meletakkan dasar bagi kerangka sosial dan politik yang berkembang dalam komunitas Minangkabau.

Adapun Gunung Merapi, meletus pada tanggal 3 Desember 2023. Dan menyebabkan setidaknya 24 pendaki tewas *

avatar

Redaksi