Sumatra; Jajaran Gunung dan Barisan Bukit

Daulat

February 11, 2025

Jon Afrizal

Peta Sumatra Tengah pada Midden Sumatra Expeditie. (credits: Tropen Museum)

SUMATRA, pulau di barat Indonesia dengan luasan 482.286,55 kilometer persegi. Pada Sumatra, terdapat pegunungan Bukit Barisan. Yakni jajaran gunung yang membentang sepanjang 1.650 kilometer dari ujung utara di Provinsi Aceh, hingga ujung selatan si Provinsi Lampung.

Pulau ini membentang seluas 435 kilometer. Sumatra didominasi oleh dua wilayah geografis. Yakni Pegunungan Bukit Barisan di barat dan dataran berawa di timur.

Gunung adalah bukit. Dan, bukit adalah juga gunung.

Bagi penduduk Melayu era lampau di Sumatra, kedua terminology itu adalah sama. Sehingga, wajar, jika kemudian disebut Pegunungan Bukit Barisan.

Yang artinya adalah: “sederetan bukit” atau “sebarisan bukit”.

John Crawfurd dalam bukunya, A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries menyebutkan kata “bukit” dan “gunung”, dalam bahasa Melayu lama adalah sama artinya. Kedua kata itu digunakan untuk menunjukkan nama tempat yang tinggi.

Dan, bagi kepercayaan era lampau, bukit atau gunung kerap dikaitkan dengan tempat yang sakral, dimana para dewa bersemayam di sana.

Orang Kubu Bukit Duabelas, misalnya. Akan menunjuk dengan hormat kepada Gunung Kerinci. Yang mereka percayai sebagai tempat para dewa.

Sementara, cukup berbeda, penduduk di Lampung akan menyebut “Hamatang” untuk gunung.

Zona inti Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). (credits: Wiki Commons)

Pegunungan Bukit Barisan adalah cerita tersendiri. Yakni jajaran pegunungan yang sambung-menyambung dan memanjang sejajar dengan Pulau Sumatra.

Tercatat sebanyak 35 gunung di Bukit Barisan. Sejak dari Gunung Bandahara (3.030 mdpl) di Aceh Tenggara hingga ke Gunung Tanggamus (2.102 mdpl) di Lampung. 

Tepat di bagian tengah rangkaian pegunungan ini, terdapat puncak tertinggi. Yakni, Gunung Kerinci (3.805 mdpl) di Provinsi Jambi.

Van Bemmelen, geolog Belanda telah memulai penelitian tentang keunikan bentang alam di kawasan Bukit Barisan, dalam bukunya The Geology of Indonesia.

Berlandaskan peneliatian awal itu, kemudian JF Katili dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melanjjutkan penelitian. Penelitian Katili telah mengungkap bahwa di Pegunung Bukit Barisan terdapat banyak sedimen fosil kerang laut.

Simpulannya, pegunungan ini tumbuh dari dasar laut akibat penunjaman (subdiksi) Lempeng Samudera Hindia – Australia ke bawah Pulau Sumatra yang berada di Lempeng Benua Eurasia.

Zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). (credits: Wiki Commons)

Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Batutah atau Ibnu Batutah, musafir dari Kerajaan Maroko mendatangi Kesultanan Samudra Pasai pada tahun 1345. Ini adalah rangkaian perjalannya pada tahun 1325 –1332 yang terangkum dalam buku The Rihla, atau A Masterpiece to Those Who Contemplate the Wonders of Cities and the Marvels of Traveling.

Beberapa peneliti di tahun-tahun sesudahnya, kemudian menafsirkan, bahwa kata Sumatra berasal dari Samudra. Karena, kunjungan Ibnu Batutah ke Kesultanan Samudra Pasai.

Paparan ini, melanjutkan penjelasan JF Katili, membuat gempa kerap terjadi di Pulau Sumatra. Menurut Danny Hilman, ahli gempa dari LIPI, hingga kedalaman 40 kilometer di zona penunjaman, batas kedua lempeng ini terekat erat.

Gempa bumi besar 8,9 skala richter tercatat terjadi di Sumatera Barat pada tahun 1797. Dan, gempa bumi 9,2 mengguncang Bengkulu dan Sumatera Barat, dan pada tahun 1833.

Kedua peristiwa itu telah menyebabkan tsunami besar. Gempa bumi sangat umum di seluruh wilayah pesisir barat dan tengah Pulau Sumatera, dan tsunami umum terjadi karena tingginya aktifitas seismik di Pulau Andalas ini.

“Sesar Semangko”, mengutip Kementrian ESDM, adalah sesar besar di Pulau Sumatra. Sesar besar ini membentang dari ujung utara hingga ujung selatan Pulau Sumatera.

Akibat aktifitas “Sesar Semangko”, banyak sesar minor yang terbentuk. “Sesar Tarahan” di Provinsi Lampung, misalnya.

Tetapi, Pegunungan Bukit Barisan adalah hutan hujan tropis. Tempat bagi air hujan yang ditangkap oleh bumi.

Sebagai “tulang punggung” Sumatra, Pegunungan Bukit Barisan adalah sebagai sumber air atau hulu dari seluruh sungai-sungai besar di Pulau Sumatra.

Sungai Alas dan Batangtoru yang bermuara di pantai barat Samudra Hindia, ataupun Sungai Indragiri, Batanghari, dan Musi, Way Semaka yang bermuara di pantai timur Selat Malaka.

Pada Pegunungan Bukit Barisan, terdapat lima taman nasional. Yakni; Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas 830.268,95 hektare di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, lalu, Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) seluas 72.803,75 hektare Sumatera Utara.

Selanjutnya, yang tepat berada di tengah, adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) seluas 1.389.509,867 hektare. Taman nasional yang memiliki puncak tertinggi, Gunung Kerinci ini, berada di Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

Kemudian, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) seluas 143.143 hektare di Provinsi Riau, dan Jambi.

Lalu, Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) seluas 54.780,41 hektare di Provinsi Jambi, Sumatra, Indonesia. Sejatinya, areal ditetapkan sebagai taman nasional adalah sebagai tempat penghidupan Orang Kubu Bukit Duabelas.

Terakhir, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) seluas 355.511 hektare di Provinsi Lampung.

Jika bicara flora adan fauna, maka Pegunungan Bukit Barisan memiliki koleksi endemik hutan hujan tropis. Harimau, gajah, badak, rafflesia, taxus, dan seterusnya.

Rusaknya Pegunungan Bukit Barisan akibat okupasi, tidak hanya merusak koleksi flora dan fauna. Tapi juga merusak aliran sungai-sungai besar.

Terpenting, menghilangkan tempat-tempat sakral di Sumatra. Yang artinya, menghilangkan sejarah suku-suku asli di Sumatra.*

avatar

Redaksi