Geng Motor Masih Menebar Teror

Hak Asasi Manusia

November 26, 2024

Junus Nuh/Kota Jambi

Ilustrasi terror. (credits: freepik)

ANGGOTA geng motor kembali menebar terror bagi warga Kota Jambi. Tercatat tiga kali kejadian beruntun dalam satu pekan ini.

Yakni di kawasan SImpang Bata (21/11), Tanjung Lumut (22/11), dan di sekitar hotel Odua Weston (22/11). Beberapa orang pelaku telah ditahan oleh pihak kepolisian, berikut barang bukti berupa celurit. Dan beberapa lainnya masih buron.

Dua orang meninggal dunia dan dua orang cidera dalam tawuran antara dua geng motor, Bastard dan Tomak, Kamis (21/11).

Tawuran antara kedua geng motor yang anggotanya adalah remaja ini terjadi di kawasan Simpang Bata, Kecamatan Pasar Jambi, Kota Jambi pada Kamis (21/11), sekitar pukul 05.00 WIB.

Awalnya, Tomak dan Bastard melakukan rendes vous di kawasan Simpang Bata. Namun saat tiba di lokasi, Tomak kalah jumlah.

“Kami langsung kabur dan terjadilah kejar-kejaran dan pembacokan,” kata Yoga, anggota Tomak, mengutip Jambitv

Aksi ini terekam dalam video amatir dan diupload di media sosial. Para remaja membawa senjata tajam dan saling menyerang.

Dalam aksi kejaran-kejaran itu, satu anggota Tomak menabrak sebuah tembok dan satu lainnya mengalami luka bacok di bagian leher. Keduanya meninggal dunia di rumah sakit.

Sementara dua anggota lainnya sedang menjalani perawatan di rumah sakit.

Indra, orangtua dari Fatan, anggota geng yang meninggal dunia mengatakan, ia berharap agar pihak kepolisian mengusut peristiwa ini hingga tuntas. Juga, untuk mengetahui apakah peristiwa ini adalah kecelakaan atau karena unsur lainnya. 

Kasat Reskrim Polresta Jambi, Kompol Mahara Tua Siregar, membenarkan bahwa korban meninggal dunia berjumlah dua orang. Sedangkan dua korban lainnya mengalami luka serius dan saat ini masih dirawat intensif di rumah sakit.

“Penyelidikan lebih lanjut masih dilakukan,” katanya, mengutip Jambione, Jumat (22/11).

Meski untuk sementara waktu peristiwa ini dinyatakan sebagai kecelakaan lalu lintas, namun tidak tertutup kemungkinan ada unsur pidana lain, seperti penganiayaan atau perampasan.

“Kami sedang menggali informasi lebih dalam, termasuk kemungkinan adanya kekerasan sebelum kecelakaan terjadi. Penyelidikan terus berjalan,” katanya.

Satu aksi geng motor yang terekam video amatir. (credits: citizen journalist)

Aksi-aksi geng motor telah sering terjadi dan secara berulang kali di Kota Jambi. Terhitung sejak tahun 2020, aksi para remaja usia belasan tahun ini telah menebar teror tersendiri bagi warga Kota Jambi.

Terutama pada malam hari, dimana para pelaku melakukan aksi secara acak. Dengan membawa senjata tajam, seperti celurit dan parang pajang, mereka berkeliling di dalam Kota Jambi.

Senjata tajam jenis parang atau celurit yang diangkat, dan dihujamkan kepada korban. Setelah aksi, mereka pergi secepatnya.

Amira pun pernah terjebak dalam kondisi chaos ketika pihak kepolisian tengah membubarkan aksi anggota geng di kawasan Simpang Karya, Telanaipura. Begitu juga dengan banyak warga Kota Jambi lainnya, yang masih beraktifitas pada malam hari, pun pernah merasakannya.

Pada suatu peristiwa, yang dicatat Amira, anggota geng motor pernah membacok seorang warga di kawasan Tugu Keris, Kota Jambi.

Pun, juga tercatat terjadi aksi serupa di bilangan Taman Jaksa, Kota Jambi.

Seorang remaja, mantan anggota geng motor, sebut saja bernama Andi, pernah mengungkapkan kisahnya kepada Amira, di kitaran tahun 2022. Andi terjebak di dunia geng pada tahun 2021.

Sewaktu itu, katanya, ia hanya ikut-ikutan saja, biar tidak dianggap pecundang. Dan, tidak begitu memahami jika perbuatan yang dilkukannya adalah membahayakan jiwa orang lain.

“Kami, sewaktu itu, hanya ingin tes mental saja,” katanya.

Setiap anggota, katanya, disepakati untuk mendapat tugas untuk mencari target, pada setiap kegiatan. Lalu, target dipilih secara acak, yakni orang yang terlihat di sekitar tempat mereka berkegiatan.

Mereka, beberapa diantaranya, berbekal senjata tajam. Meskipun, ada juga yang hanya ikut-ikutan saja, tanpa senjata, termasuk Andi.

Hampir sama seperti yang terjadi hingga hari ini, dimana Andi adalah driver, dan seorang yang dibonceng di sadel belakang adalah eksekutor.

Dalam aksi, kerap anggota geng sedang dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol atau sejenisnya. Sehingga, secara mentalitas menjadi bagak.

Andi mengatakan, tidak begitu mengetahui dari mana asal minuman keras itu. Sebab, kemungkinan ada donator yang mensubsidi alkohol kepada mereka.

“Sekarang saya sudah insyaf. Saya tidak mau ikut-ikutan lagi,” katanya.

Banyak pihak kemudian mengaitkan keberadaan geng motor berhubungan dengan prostitusi via aplikasi.

Tim Tekab Rangkayo Hitam Satreskrim Polresta Jambi pada Oktober 2021 pernah menangkap para anggota geng, yang diduga membekingi prostitusi via aplikasi ini.

Polisi pun telah memetakan titik-titik rawan terkait aktivitas anggota geng.

Namun, aksi anggota geng masih terus terjadi, hingga hari ini.

Dan, trending yang seolah telah menjadi sejenis cara untuk tes mental bagi para remaja di jalanan. Perkelahian antar geng kerap terjadi.

Tidak hanya di malam hari saja, tapi juga di siang hari.

Kondisi ini seperti sesuatu yang menular dengan cepat ke banyak kawasan di Kota Jambi, dan juga di daerah di sekitarnya.

Ketika nyawa sepertinya sedang diobral murah, adalah saat yang tepat, bagi siapapun yang berwenang, untuk menghentikannya. Sebelum korban semakin banyak, dan sebelum penyakit ini menjadi akut dan kompleks, dan sulit untuk diobati.*

avatar

Redaksi