Dewi Sri; Padi, Kesuburan, Dan Pertanian

Inovasi

March 9, 2024

Jon Afrizal

Sekumpulan petani padi sawah di Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi yang sedang rehat sejenak disela-sela pekerjaanya. (photo credits : Jon Afrizal/amira.co.id)

ARCHAELOGY: Theories, Methods and Practice karya Colin Renfrew and Paul Bahn, terbaca seperti menjejak langkah di dusun-dusun yang tenang dan sepi, tempat padi terhampar meluas. Menapak sejarah simpang siur tentang tanaman padi (oryza sativa), yang menjadi makanan pokok bangsa-bangsa di Nusantara  saat ini.

Buku ini berawal pada tahun 2003, saat arkeolog Korea menemukan butiran beras domestik yang dibakar di Soro-ri, Korea, yang berasal dari tahun 13.000 sebelum Masehi (SM). Kontroversi; yang menyanggah kesepakatan ilmiah saat ini, bahwa biji-bijian tua yang disebut padi pertama kali didomestikasi di lembah Sungai Yangtze di China, pada 10.000 SM.

Meskipun, pada akhirnya, para pemukim dari Taiwan bergerak menjelajah Luzon di Filipina dengan membawa teknologi budidaya padi, sekitar 2000 hingga 1500 SM. Dari Luzon, ekspansi padi menjelajah penjuru Kepulauan Asia Tenggara. Yakni; Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Sumatra, dan Semenanjung Malaya.

Terdapat bukti adanya pertanian padi lahan basah (sawah) yang telah terstruktur di Jawa dan Bali, sekitar 500 SM. Terutama di daerah gunung berapi yang tanahnya sangat subur.

Alur sebaran itu, dikukuhkan dengan mitologi.  Sosok yang diyakini sebagai pelindung dari tanaman padi, kesuburan tanah dan struktur pertanian.

Dewi Sri, Nyi Pohaci, Sangiang Serri, adalah sosok yang sama, yang mengacu pada satu nama : Dewi Padi.  Mitologi yang hingga kini hadir di masyarakat di tatar Sunda, Jawa, Bali, Lombok, dan Bugis.

Mitologi Dewi Sri di Nusantara diperkirakan telah hidup  sejak awal abad pertama. Sosok ini dipersamakan dengan Sri Laksmi, dan kerap dianggap sebagai inkarnasi atau salah satu manifestasinya.

Di negara-negara Asia lainnya, sosok Dewi Padi  juga dikenal. Seperti Phosop di Thailand, Po Nagar  di Kamboja dan Inari di Jepang.

Kata “Sri” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti : kemakmuran, kekayaan, kesehatan, kecantikan, dan keberuntungan. Serta juga, nama-nama lain dari dewi Hindu, Laksmi.

Buku Le Carrefour Javanais. Essai d’Histoire Globale karya Denys Lombard berpendapat bahwa sosok mitologis Dewi Sri berasal dari India.

Menurut kepercayaan Hindu, Dewi Sri dikenal sebagai Lakshmi. Ia adalah istri dari dewa Wishnu, dan memiliki kesaktian.

Peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Titi Surti Nastiti, berpendapat bahwa pemujaan Dewi Padi memiliki asal-usul yang lebih tua. Dewi Padi  telah dipuja sejak zaman prasejarah, jauh sebelum datangnya pengaruh Hindu-Buddha dari India ke Nusantara.

Beberapa arca yang terbuat dari batu dan perunggu yang disebut sebagai “Dewi Sri” ditemukan di Indonesia. Umumnya adalah arca yang berasal dari zaman Jawa kuno.

Tetapi, mudra (sikap tangan) dan laksana (atribut dan ciri-ciri) pada arca, ikonografi Dewi Sri  di Indonesia, berbeda dengan murti  dewi Sri Laksmi yang ditemukan di India.

Laksmi di India sering ditampilkan dengan memegang bunga padma (teratai merah) di tangannya. Sementara di Indonesia, Dewi Sri memiliki laksana yang menampilkan tangan kiri yang menggenggam setangkai padi.

Pada masyarakat Indonesia, pemujaan dewi padi sangat terkait erat dengan pemujaan kesuburan dan peran pentingnya dalam dunia pertanian.

Bukti-bukti ini menjelaskan, bahwa “ada” suatu bahan makanan yang dimakan penduduk di kepulauan Nusantara, sebelum tanaman padi berekspansi kemari. Hingga, akhirnya menjadi makanan pokok yang membuat setiap orang memiliki ketergantungan akut terhadapnya.

Dan, setelah padi diolah menjadi beras, lalu secara tiba-tiba harganya meroket, maka setiap orang akan panik.*

avatar

Redaksi