Perempuan Dan Luka Masa Lalu

Resonansi

October 20, 2024

Katerina*

Ilustrasi pengaruh luka di masa lalu. (credits: unspalsh)

SEORANG perempuan yang memulai perjalanan kewanitaannya, kemungkinan besar ia akan menemui banyak hambatan dan luka dari masa lalu. Ia akan dipaksa untuk mengingat kembali masa lalunya, dan menyembuhkan semua yang perlu disembuhkan.

Energi feminin yang terluka disebabkan oleh pengalaman yang tidak aman, traumatis, dan kasar di masa lalu. Pengalaman ini dapat berupa kekerasan emosional, fisik, atau seksual; pengabaian; dan jenis pengalaman traumatis lainnya.

Peristiwa-peristiwa ini meninggalkan jejak pada jiwa, yang menyebabkan seorang perempuan mengubah cara pandangnya terhadap diri sendiri, orang lain, dan dunia. Kita mengembangkan mekanisme penanganan sebagai cara untuk melindungi diri dari rasa sakit.

Sayangnya, mekanisme penanganan ini sering kali menjadi kebiasaan baru kita dan membuat kita terkunci dalam kondisi terluka.

Menyembunyikan sisi femininmu adalah cara untuk melindungi diri sendiri. Ini adalah strategi untuk mengatasi masalah agar merasa lebih memegang kendali dan berkuasa.

Dari pengalamanku dan juga pengalaman orang-orang yang aku ajak bicara, terdapat empat penyebab umum terjadinya luka. Yang utama, adalah, memiliki seorang ibu atau panutan perempuan lain dengan energi feminin yang terluka.

Hubungan ibu-anak merupakan salah satu hubungan terpenting dalam kehidupan seorang wanita. Jika hubungan ini terluka, akan sulit bagi seorang perempuan untuk mengembangkan jati diri feminin yang sehat.

Beberapa contohnya adalah; dibesarkan dalam rumah tangga yang minim emosi dan kasih sayang, dibesarkan oleh ibu tunggal yang tidak mampu mengendalikan energi femininnya, dan, trauma generasi yang diwariskan dalam keluarga dari satu wanita ke wanita lainnya.

Juga, hubungan yang terputus dengan ibu, dan, memiliki ibu atau panutan perempuan lain yang tidak tersedia secara emosional.

Kita semua memiliki pengalaman masa kecil yang berbeda. Bahkan jika seseorang menganggap masa kecilnya adalah “normal” sekalipun, ia mungkin masih memiliki beberapa luka di seputar kehidupannya.

Seorang perempuan menyembuhkan luka-luka ini dengan memeriksa hubungannya dengan ibunya, dan tokoh-tokoh feminin lainnya. Bertanya kepada dirinya sendiri tentang keyakinan di seputar keperempuanan yang ia bentuk dengan mengamati wanita dalam hidupnya.

Karena melepaskan luka ini sangat penting untuk dapat mengekspresikan sisi ewanitaan yang otentik.

Pengalaman terkait pelecehan atau kekerasan sebagai seorang perempuan, juga berpengaruh. Sayangnya, banyak di antara kita para wanita yang terpapar energi maskulin yang bersifat kasar.

Seperti; mengalami kekerasan fisik dan seksual, tinggal di rumah tangga dengan kekerasan dalam rumah tangga, menyaksikan pelecehan fisik atau emosional terhadap wanita di keluarga, komunitas, atau sekolah, dan, memiliki pasangan yang kasar secara emosional atau fisik.

Pengalaman-pengalaman ini menciptakan banyak ketakutan dan kemarahan terhadap energi kewanitaan seorang perempuan. Kita dapat merasa tidak aman dan terancam saat kita mulai mewujudkan kewanitaan kita.

Hal ini biasanya berasal dari keyakinan, seperti, “Jika saya terlalu terbuka dan feminin, saya akan terluka lagi.”

Atau, “Jika saya terlalu rentan, orang-orang akan memanfaatkan saya.” Juga, “Aku tidak bisa mempercayai siapa pun, mereka semua hanya menginginkan sesuatu dariku.”

Diketahui, terdapat beberapa keyakinan umum yang kita kembangkan setelah terluka. Penting untuk mulai mengenali pikiran-pikiran ini dan mulai mempertanyakannya.

Sebab, seorang perempuan berhak memiliki hubungan yang sehat di mana ia merasa aman dan dicintai.

Kecenderungan untuk hidup dalam masyarakat yang lebih menghargai sifat-sifat maskulin dibandingkan sifat-sifat feminin, dan sejak usia sangat muda, kita pun telah diajarkan bahwa sifat-sifat maskulin lebih berharga dan diinginkan daripada sifat-sifat feminin.

Beberapa contohnya, adalah; diejek atau dipermalukan karena menjadi seorang perempuan, melihat feminitas sebagai sesuatu yang lemah, menyuruh gadis-gadis untuk diam dan tidak berbicara, dan harus kuat dan tidak menunjukkan emosi.

Pranata ini menyampaikan pesan bahwa kualitas feminin tidak sepenting kualitas maskulin. Kita pun mulai percaya bahwa ada yang salah dengan menjadi seorang wanita.

Selain itu, banyak di antara kita, para wanita, mengambil peran maskulin terlalu banyak agar dapat bertahan hidup. Seperti; harus mengambil peran maskulin untuk bertahan hidup di dunia yang tidak bersahabat, misalnya.

Termasuk juga, pengalaman apa pun yang membuat seorang perempuan merasa harus berjuang demi kelangsungan hidup, menjadi pencari nafkah bagi keluarga kita. Pun terkait konflik dan perang, dan, terlalu mengurus orang lain dengan mengorbankan mengurus diri sendiri.

Jika kita mengambil peran maskulin terlalu banyak, maka akan sulit bagi kita untuk mengekspresikan energi feminin kita. Dan terkadang kita benar-benar terputus darinya. Kita lupa bagaimana rasanya berada dalam esensi feminin.

Sehingga penting bagi seorang perempuan untuk mulai mengenali apa yang terjadi dan mulai menyembuhkan luka-luka ini. Ada banyak cara yang dapat dilakukan.

Mulai melakukan meditasi, tulisan, terapi, atau membaca bacaan lanjutan tentang topik ini. Ini adlah bagian dari penyembuhan luka.

Setelah kita sembuh, kita akan dapat mulai merasakan lebih banyak kegembiraan, cinta, dan kehidupan dalam hidup kita.*

*blogger dan mentor

avatar

Redaksi