Satu Abad Genosida Armenia
Hak Asasi Manusia
July 9, 2024
Jon Afrizal
Orang-orang Armenia yang diusir dari negerinya pada masa Perang Dunia I. (credits: warontherocks)
“The plan was mastered and called Genocide,
(Never want to see you around)
Took all the children and then we died,
(Never want to see you around)
The few that remained were never found,
(Never want to see you around)
All in a system, Down.”
TERMINOLOGI genosida, berasal dari dua kata yang berbeda. Kata geno-, dari bahasa Yunani yang berarti ras atau suku, dan kata –cide (sida), berasal dari bahasa Latin yang berarti pembantaian.
Istilah ini, mengutip ushmm, diusulkan oleh pengacara Yahudi Polandia bernama Raphael Lemkin (1900 hingga 1959) pada tahun 1944. Lemkin berupaya menggambarkan kebijakan pembantaian secara sistematis oleh Nazi, termasuk pembinasaan kaum Yahudi Eropa.
Penggabungan kedua kata itu menjadi satu istilah baru, bermakna sebagai, “sebuah rencana terkoordinasi dengan beragam aksi yang bertujuan untuk menghancurkan landasan dasar kehidupan kelompok-kelompok masyarakat secara nasional, dengan maksud memusnahkan kelompok-kelompok itu sendiri.”
Selanjutnya, Pengadilan Militer Internasional yang diselenggarakan di Nuremberg, Jerman, mendakwa pimpinan Nazi dengan “kejahatan terhadap kemanusiaan” pada tahun 1949. Kata “genosida” dicantumkan dalam dakwaan. Tapi hanya sebagai istilah deskriptif, dan bukan hukum.
Lirik diawal tulisan ini berasal dari lagu “P.L.U.C.K” yang diciptakan dan dinyanyikan oleh System of a Down (SOAD), band heavy metal asal California, Amerika Serikat. Dimana, anggota band itu adalah keturunan dari orang Armenia yang berada di Amerika Serikat.
Apa yang terjadi di Armenia pada tahun 1915 adalah sama seperti termonologi genosida. Armenia adalah negara yang terletak di wilayah Kaukasus Selatan, Eurasia, Asia Barat.
Dalam bahasa Armenia, mereka menyebut negaranya sebagai Hayq, dan lalu menjadi Hayastan. Kata -stan dalam bahasa Persia berarti tanah.
Sehingga, Hayastan artinya adalah tanah bagi orang-orang Haik. Menurut tradisi Armenia kuno, Haik adalah keturunan dari Nabi Nuh yang merupakan moyang dari seluruh orang Armenia.
Pada tahun 1915, mengutip history, telah terjadi pembunuhan secara sistematis dan juga deportasi orang-orang Armenia oleh orang-orang Turki di masa Kekaisaran Ottoman. Pada masa selama Perang Dunia I, para pemimpin pemerintah Turki telah melancarkan rencana untuk membantai dan mengusir orang-orang Armenia.
Genosida berakhir pada awal tahun 1920-an. Diperkirakan sebanyak 600.000 jiwa hingga 1,5 juta orang Armenia tewas, dan banyak lagi yang diusir secara paksa dari negara itu.
Saat ini, sebagian besar sejarawan menyebut peristiwa ini sebagai genosida. Yakni sebuah kampanye terencana dan sistematis untuk memusnahkan seluruh rakyat di sebuah negara.
Bahkan, pada tahun 2021 lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mengeluarkan deklarasi bahwa pembantaian warga sipil Armenia yang dilakukan Kekaisaran Ottoman adalah genosida. Namun, pemerintah Turki mengaku masih belum mengetahui cakupan peristiwa ini secara jelas.
Genosida Armenia dimulai pada tanggal 24 April 1915. Pada hari itu, pemerintah Turki menangkap dan mengeksekusi beberapa ratus intelektual Armenia.
Selanjutnya, orang-orang Armenia biasa juga diusir dari rumah mereka melintasi gurun Mesopotamia tanpa makanan atau air. Sebuah “perjalanan kematian”.
Mereka dipaksa berjalan di bawah terik matahari hingga tewas. Orang-orang yang berhenti untuk beristirahat ditembak.
Pada saat yang sama, Turki Muda membentuk “Organisasi Khusus”, yang bertujuan untuk menggorganisir “pasukan pembunuh” atau “batalyon penjagal” untuk melakukan hal serupa. Pasukan pembunuh ini beranggotakan para pembunuh dan mantan narapidana.
Dengan berbagai cara penyiksaan dari anggota pasukan ini, dalam waktu singkat, pedesaan Turki dipenuhi dengan mayat-mayat orang Armenia.
Catatan-catatan juga menyebutkan ini adalah masa-masa kampanye “Turkifikasi”. Yakni melikuidasi orang-orang yang dianggap “tidak Turki”, baik itu secara pemikiran, agama maupun sikap politik.
Banyak sumber catatan menyetujui bahwa terdapat sekitar 2 juta orang Armenia di Kekaisaran Ottoman pada saat pembantaian itu.
Genosida berakhir pada tahun 1922. Dengan hanya 388.000 orang Armenia yang masih hidup, di Kesultanan Ottoman.
Setelah Ottoman menyerah pada tahun 1918, para pemimpin Turki Muda melarikan diri ke Jerman. Jerman berjanji tidak akan mengadili mereka atas genosida yang telah mereka lakukan.
Namun, sekelompok nasionalis Armenia menyusun rencana. Rencana itu dikenal dengan sebutan “Operasi Nemesis”. Sebuah operasi, yang mengambil nama dewi Nemesis.
Dalam mitologi Yunani kuno, Nemesis juga disebut Rhamnousia. Ia adalah dewi yang melambangkan pembalasan atas dosa dan keangkuhan serta kesombongan, di hadapan para dewa.
Operasi ini direncanakan oleh Shahan Natalie, Armen Garo, dan Aaron Sachaklian. Tujuannya adalah untuk melacak dan membunuh para pelaku genosida.
Sejak saat itu pula, pemerintah Turki membantah adanya genosida. Bagi Turki, orang-orang Armenia adalah kekuatan musuh.
Sehingga, menurut Turki, pembantaian terhadap orang-orang Armenia adalah tindakan perang yang diperlukan pada saat itu.*