“Rumah Aman” Untuk Black Rhino Di Nairobi National Park

Lingkungan & Krisis Iklim

February 1, 2024

Zulfa Amira Zaed/Nairobi, Kenya

Black Rhino dapat hidup dengan tenang di Nairobi National Park. (photo credits : Zulfa Amira Zaed/amira.co.id)

BADAK Afrika (diceros bicornis) betina terlihat sedang bermain di dalam kubangan air bersama seekor anaknya. Dengan tubuh yang,  wow,   ukurannya dua kali lipat dari badak di Indonesia.

Itulah pemandangan yang dapat disaksikan wisatawan yang sedang mengunjungi Nairobi National Park (NNP) di Kenya, Afrika Timur. Terutama bagi mereka yang menyukai pertunjukan the real wild life. Gajah, jerapah, singa, kerbau dan badak Afrika yang dijuluki “The Big Five” ini dapat hidup bebas di sana.

Video melengkapi artikel ini – Redaksi.

Tempat ini mengingatkan pada film tersohor, “The Gods Must Be Crazy”. Sebuah film yang bercerita tentang  indigenous people  yang hidup berdampingan dengan satwa liar di habitatnya, dan juga persoalan-persoalan yang melingkupinya.

Meski lokasinya bukan di Kenya, melainkan di Botswana. Namun, keduanya memiliki karakteristik yang sama yaitu padang savana yang luas dipenuhi dengan satwa liar yang hidup bebas.

Suaka badak yang terbilang sukses di dunia ini menjadi daya tarik wisatawan dari seluruh dunia. Taman nasional ini memiliki populasi badak hitam terbanyak di Kenya hingga dijuluki  “Kifaru Ark” yang dalam bahasa Kiswahili berarti : untuk badak.

Badak telah ada selama jutaan tahun dan memainkan peran penting dalam ekosistem di sini, demikian menurut laman resmi WWF. Badak adalah hewan pengelana yang penting, yang memakan banyak tumbuh-tumbuhan, dan membantu membentuk lanskap Afrika. Ini tentunya menguntungkan hewan lain, dan menjaga keseimbangan ekosistem agar tetap sehat.

Tidak hanya itu saja, badak juga menjaga keseimbangan sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan masyarakat lokal. Sebab masyarakat di sini sangat bergantung pada sumber daya alam, yakni yang berada di habitat badak. Masyarakat memanfaatkan sumber daya alam untuk makanan, bahan bakar, dan juga sebagai sumber pendapatan.

Taman Nasional Nairobi adalah satu-satunya taman nasional di dunia yang berada di ibu kota negara. Taman nasional ini berdiri sejak tahun 1946.

Taman nasional adalah taman nasional terkecil di Kenya. Namun populasi badak di suaka ini adalah yang terbanyak jika dibandingkan dengan taman nasional lainnya. Sayangnya, tidak ada angka pasti untuk populasi spesies badak.

Sebab taman nasional ini diberi pagar di tiga sisi dan satu sisi lainnya dibiarkan terbuka. Ini agar satwa dapat bermigrasi di antara dataran Kitengela yang saling berdekatan.

Pada bulan Juli hingga Maret satwa di sana akan bermigrasi secara besar-besaran dan itulah saat terbaik wisatawan menyaksikan “The Big Five”. Selain kelima hewan khas Afrika tersebut, di taman nasional seluas 12.500 hektare ini juga ada cheetah, macan tutul, kijang, zebra, burung unta, hyena, dan impala.

Nairobi yang bersuhu 22 derajat celcius menjadi tempat idaman satwa liar di sana. Kota ini lebih sejuk dibandingkan kota lainnya di benua Afrika.

Bukan hanya melindungi badak saja, Kenya juga berkomitmen untuk melindungi gajah. Niat ini dapat dilihat dengan dibangunnya  Ivory Burning Site Monument.  Ratusan ton gading gajah yang disita dari pemburu liar dibakar di monumen ini secara berkala.

Selain monumen, Taman Nasional Nairobi juga memiliki  Sheldrick Elephant Orphanage, yang menjadi tempat berlindung bayi-bayi gajah yang kehilangan induknya atau terpisah dari rombongannya. Gajah di sini akan direhabilitasi fisik dan mentalnya hingga mereka siap untuk dilepasliarkan kembali ke habitatnya.

Hingga saat ini, Kenya masih menghadapi ancaman perburuan liar. Adalah tugas bagi pemerintah dan masyarakat lokal untuk memberantas aktifitas illegal yang mengancam populasi satwa liar.*

avatar

Redaksi