Otrovert Yang Tidak Berbaur

Lifestyle

December 21, 2025

Farokh Idris

Ilustrasi seorang diri. (credits: Pexels)

RAMI Kaminski dalam bukunya berjudul “The Gift of Not Belonging” yang terbit pada tahun 2025 ini, menggunakan kata otrovert. Psikiater Amerika ini memadukan kata “otro” berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “lain”, dengan akhiran “-vert”, seperti pada kata introvert dan ekstrovert.

Konsep ini didasari pengamatan Kaminski terhadap pasien yang merasa tidak pas jika dimasukkan ke dua kategori kepribadian klasik itu.

Lantas, sejumlah media internasional menyoroti konsep ini sebagai alternatif untuk memahami orang yang merasa tidak nyaman dengan trend kelompok, tetapi juga tidak cocok disebut introvert

Meskipun, kata “otrovert” hingga saat ini belum diakui secara resmi dalam panduan psikologi internasional, baik itu DSM ataupun ICD. Sebab para ahli menilai istilah ini masih berada di ranah psikologi populer, dan belum tervalidasi melalui riset akademis besar.

Namun, psikolog Veronica Adesla memberikan penjelasan tentang otrovert yang tengah marak dibicarakan saat ini. Menurutnya, seorang otrovert bukan sekadar introvert atau ekstrovert.

“Otrovert itu sebenarnya bukan introvert, dan bukan juga ekstrovert, bukan juga ambivert,” katanya, mengutip Bloomberg.

Ilustrasi seorang diri. (credits: Pexels)

Otrovert, katanya, punya orientasi sosial dan emosional yang berbeda.

Menurutnya, dapat otrovert dapat melakukan aktivitas secara seorang diri. Tetapi kesendirian itu bersifat aktif, dan digunakan untuk ekspresi dan refleksi mendalam, sebaliknya, bukan aktivitas pasif untuk “mengisi ulang energi” seperti halnya introvert.

“Tujuan dari aktifitas seorang diri ini adalah agar ia dapat mendalami, dan memahami pemikiran ataupun perasaannya,” katanya.

Dalam pergaulan, katanya, seorang otrovert sering tampil ramah dan mampu bergaul. Namun cenderung memilih percakapan mendalam dengan dua atau tiga orang, ketimbang ikut dalam keramaian yang seragam atau trend kelompok. 

Seorang otrovert tidak nyaman pada konformitas kelompok dan lebih menghargai otonomi emosional dan berpikir.

Veronica juga membandingkan otrovert dengan ambivert, seperti ambivert relatif fleksibel menyesuaikan diri dengan suasana, baik itu keramaian ataupun kesendirian pasif.

Sementara itu, seorang otrovert tetap mempertahankan jarak emosional terhadap identitas kolektif dan sering merasa “tidak cocok” pada pola kebersamaan yang umum.

Penjelasan Veronica dianggap penting untuk membantu publik memahami bahwa istilah otrovert bukan sekadar label. Melainkan satu cara untuk mendeskripsikan variasi unik dalam cara seseorang menjalin relasi dan merawat diri.*

avatar

Redaksi