Mudik, Yok Ayok, Mudik
Budaya & Seni, Lifestyle
April 17, 2023
Muhammad Al Fikri/Kota Jambi
Kondisi ruas jalan Jambi – Tembesi yang selalu padat dengan truk-truk angkut barang. (credit tittle : Muhammad Al Fikri/amira.co.id)
LEBARAN Idul Fitri 1444 Hijriah tahun 2023 ini seperti kembali ke asali. Setelah tiga kali Lebaran dalam cengkraman pandemi Covid19, maka mudik pun kembali dilakukan oleh banyak orang.
Meskipun, tidak ada yang dapat menjelaskan dengan akurat tentang “tradisi mudik Lebaran” ini, tetapi istilah ini biasa digunakan oleh para perantau untuk pulang sejenak ke kampung halaman mereka. Untuk berbagi kerinduan dan bertemu kerabat di kampung halaman. Saat yang tepat, jika Hari Lebaran yang menjadi pilihan.
Mudik berasal dari bahasa Melayu, yang artinya kira-kira bagian hulu (sungai). Karena kota dulu berada di di bagian hilir (sungai). Demikian kira-kira artinya, seperti yang tertulis pada “Hikayat Raja-Raja Pasai” pada abad 13 Masehi.
Tetapi, mudik tidak hanya tradisi masyarakat Melayu saja. Masyarakat Jawa mengenal istilah mulih dhisik ( : pulang dulu) untuk menggambarkan kerinduan mereka bertemu keluarga di kala Hari Lebaran.
Sebagai tradisi, mudik memiliki ciri khas. Setiap perantau akan menyisihkan uang yang mereka dapatkan di perantauan untuk biaya transportasi di saat musim mudik tiba. Juga termasuk buah tangan (oleh-oleh) bagi kerabat yang berada di kampung halaman. Seperti pakaian atau kue-kue, misalnya.
Sementara mereka yang berada di kampung halaman akan menyiapkan makanan-makanan khas lebaran. Seperti dodol, gelamai, atau juadah.
“Tapi yang terpenting adalah sambutan dengan senyuman yang tulus ketika kami datang,” kata Riski, seorang pemudik asal Kota Jambi yang merantau ke Kota Jakarta, Senin (16/4).
Ia pun tidak sabar lagi untuk menunggu keberangkatan dengan menggunakan pesawat terbang. Meskipun harus merogoh kocek sangat dalam, di atas Rp 1 juta untuk satu kali penerbangan pada beberapa hari menjelang Hari Lebaran.
Sementara itu, sebanyak 3.168 petugas gabungan dari Polda Jambi dan instansi lainnya akan membantu para pemudik di Provinsi Jambi. Telah pula disiapkan sebanyak 31 pos pengamanan, 15 pos pelayanan, dan 3 pos terpadu di wilayah hukum Provinsi Jambi pada Operasi Ketupat 2023 ini.
“Operasi Ketupat akan dilakukan sejak tanggal 18 April hingga 1 Mei 2023,” kata Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol. Mulia Prianto.
Pemprov Jambi pun telah pula memberikan armada gratis bagi pemudik dari Jambi ke Pulau Jawa. Sebanyak 100 orang pemudik telah diberangkatkan dari Terminal Alam Berajo Kota Jambi, Sabtu (15/4).
Untuk jalur darat, Provinsi Jambi sendiri dilintasi oleh Jalan Lintas Timur dan Jalan Lintas Tengah Sumatera.
Sejak tahun 2015 pemerintah telah merencanakan untuk membangun jalan Tol Trans Sumatra yang menyambung Aceh hingga Lampung sepanjang 2.700 kilometer, dengan alokasikan dana sebesar Rp 150 triliun.
Tetapi, Provinsi Jambi hingga hari ini belum dilintasi oleh Tol Trans Sumatera, baik di Lintas Tengah ataupun Lintas Timur. Sehingga, tetap menggunakan jalur seperti biasanya, dengan jarak tempuh yang seperti biasanya juga.
Persoalan yang kini dihadapi para pemudik dengan jalur darat di Provinsi Jambi, adalah angkutan batu bara. Gubernur Jambi Al Haris mengatakan akan menggunakan pola buka – tutup, yakni pada hari Sabtu dan Minggu bagi angkutan batu bara. Tetapi, hingga hari ini, Senin (16/4) angkutan batu bara masih tetap on the road.
Anggota DPRD Provinsi Jambi dari Fraksi PKS, Mohammad Rendra Ramadhan Usman meminta agar Pemprov Jambi dapat menertibkan truk-truk pengangkut batu bara agar pemudik dan pengguna jalan nasional dapat menggunakannya juga.
Terlebih telah ada kesepakatan mengenai hal ini dengan Komisi V DPR RI.
“Persoalannya, kapan kesepakatan ini diberlakukan?” katanya.
Sebanyak 12.000 unit truk angkut batu bara yang umumnya adalah jenis PS Colt Diesel menyesak jalan raya di Provinsi Jambi, terutama di Kabupaten Batanghari, Bungo, Tebo dan Sarolangun. Dengan kondisi seperti ini, maka pemudik menyiasati untuk memulai perjalanan lebih cepat ke kota tujuan. Meskipun, tidak ada jaminan pemudik terelakan dari konvoi truk-truk angkutan batu bara, terutama pada malam hari.*