Mengenang Limehouse; Chinatown Pertama Di London
Ekonomi & Bisnis
January 29, 2025
Jon Afrizal

Satu sudut jalan di Chinatown, London East End, 1930. (credits: Getty Images)
“At the bottom of this slough of grimy Despond is the little breathless garret where Johnny the Chinaman swelters night and day curled up on his gruesome couch, carefully toasting in the dim flame of a smoky lamp the tiny lumps of delight which shall transport the opium-smoker for awhile into his paradise.” Charles Dickens
LIMEHOUSE adalah Chinatown (Pecinan) pertama di London. Kawasn ini berada di distrik London Borough of Tower Hamlets di London Timur. Distrik ini terletak 3,9 mil, atau 6,3 kilometer di sebelah timur Charing Cross, di tepi utara Sungai Thames.
Daerah ini dinamai Limehouse Reach, bagian dari Sungai Thames yang mengalir ke selatan hingga Millwall setelah berbelok di Cuckold’s Point, Rotherhithe. Bagian barat-timur di hulu Cuckold’s Point secara resmi disebut Lower Pool.
Seorang perwakilan masyarakat Tionghoa menyatakan bahwa pada tahun 1780-an pelaut Tionghoa mengunjungi London, menjadikan mereka orang Tionghoa pertama yang melakukannya. Demikian ditulis John Eade dalam buku “Placing London: From Imperial Capital to Global City”.
Pada akhir tahun 1800-an, gelombang pertama imigran Tiongkok datang ke London. Orang Tionghoa tinggal di Soho pada saat Perang Dunia II terjadi.
Hong Kong adalah wilayah Inggris. Banyak imigran Tiongkok dari Hong Kong dan Makau, yang secara ekonomi dan geografi dangat mirip, dibawa atau bepergian ke London dan selanjutnya ke seluruh Inggris.
Gelombang imigran Tiongkok terus berdatangan ke London selama tahun 1950-an dan 1960-an. Perekonomian London mendorong warga Tionghoa dari banyak tempat untuk datang.
Pada era yang sama, banyak warga Tiongkok pindah dari Whitehall ke Soho.
Charles Dickens yang pada saat itu masih muda, dalam kompilasinya berjudul “Dickens’s Dictionary of London 1882” telah menjelaskan suasana suram di Limehouse pada masa itu. Seperti kutipan pembuka pada tulisan ini.

Myrna Loy berperan sebagai Fah Lo See dalam film “The Mask of Fu Manchu” tahun 1932. (credits: Pinterest)
Komunitas Tionghoa berkembang di Shadwell, Limehouse dan daerah Pennyfields yang berdekatan di Poplar. Kawasan ini didirikan oleh awak kapal dagang dalam perdagangan opium dan teh, khususnya Tionghoa suku Han.
Suku Han, mengutip The Republic of China Year Book 2014, pada saat ini memiliki populasi global lebih dari 1,4 miliar, atau, 17,5 persen dari populasi dunia. Suku Han mewakili 91,11 persen populasi di Tiongkok, dan 97 persen populasi di Taiwan.
Kawasan ini terkenal sebagai sarang opium pada akhir abad ke-19. Yang sering ditampilkan dalam karya fiksi pulp oleh Sax Rohmer dan lainnya. Seperti sebagian besar East End, tempat ini tetap menjadi fokus imigrasi. Tetapi setelah kehancuran Perang Dunia Kedua, banyak komunitas Tionghoa pindah ke Soho.
Pada tahun 1970-an dan 1980-an, banyak warga Tiongkok yang bekerja di Soho tetap terus bekerja di sana. Tetapi, perlahan mereka mulai pindah ke pinggiran kota. Orang-orang non-Tiongkok mulai menggantikan orang-orang Tiongkok di Soho pada tahun 1980-an.
Pada akhir tahun 1980-an Soho tetap menjadi pusat komunitas Tionghoa London.
Pada awal abad ke-20, Limehouse dan seluruh distrik tepi sungai di London Timur, membentang di sepanjang Sungai Thames dari Menara ke Limehouse dan pedalaman utara sampai ke Commercial Road, adalah daerah kumuh yang terkenal.
Jalan-jalannya yang terdiri dari rumah-rumah teras kecil terhimpit di antara kanal dan jalur kereta api. Di sana, adalah, tempat penyimpanan kayu dan penggergajian kayu, pabrik timah dan tempat penampungan batu bara, dok kering, galangan kapal, pabrik dan bengkel memproduksi cat, pernis, tar, bahan kimia, karet, tong logam dan gas mantel.
Kepadatan penduduk di sana, disertai upah yang rendah dan tidak teratur, udara kotor dan sanitasi buruk, menjadi satu penyebab kematian anak tertinggi dan tingkat kemiskinan tertinggi di London.
Tetapi, kemaritiman pula yang membuat Limehouse wilayah di tepi sungai Thames terhubungan.

Suasana di Chinatown, London Chinese quarter, 1935. (credits: Getty Images)
Sejak jaman Victoria, puluhan rumah penginapan murah dan rumah bordil, rumah minum, toko bir dan gedung dansa telah berdiri. Para pekerja melayani, dan seringkali dieksploitasi secara kejam oleh para pelaut.
Kekacauan ini didukung oleh jaringan kecil komunitas untuk pelaut dari berbagai belahan dunia.
Charles Dickens pada tahun 1879 mencatat bagaimana kafe, pub, toko bir, rumah kos dan gedung-gedung dansa di sepanjang Jalan Raya Ratcliffe yang lama adalah dikhususkan hampir secara eksklusif untuk menampung orang dengan “satu kebangsaan”.
Sejak tahun 1890-an hingga 1950-an, orang Tionghoa merupakan minoritas kecil dalam komunitas campuran pedagang, buruh lepas, dan pelaut yang berpindah-pindah. Rumah kos, toko, dan kafe Tionghoa berdiri berdampingan dengan keluarga kelas pekerja Inggris, pub, toko, dan pedagang, serta populasi multinasional yang melayani pelaut dari ratusan negara yang berbeda.
Menurut Dickens, sarang candu di Cina adalah lapisan terbawah dari masyarakat. hierarki internasional di jalan-jalan sekitar dermaga London. Dan candu hanya dapat ditemukan di “lorong-lorong sempit” dan “jalan berliku-liku”.
Sebuah artikel tahun 1895 di Gentleman’s Magazine secara akurat menyatakan bahwa, Chinatown, tidak lebih dari sekadar satu jalan yang dipenuhi pertokoan dan rumah kos.
Dimana “kota dalam kota ini” ada oleh dan untuk para pemadam kebakaran, pelaut, pelayan, juru masak, dan tukang kayu Tionghoa yang bekerja di atas kapal uap yang berlayar dari Tiongkok ke pelabuhan London.
John Seed dalam tulisan “Limehouse Blues: Looking for ‘Chinatown’ in the London Docks, 1900-1940” menyatakan bahwa kondisi ini terus terjadi selama lima puluh tahun berikutnya. Ketergantungan inilah yang menghasilkan pertumbuhan pesat bisnis Tionghoa di Limehouse selama Perang Dunia Pertama, yang berlanjut sepanjang tahun 1920-an. Dan ketergantungan inilah yang menyebabkan kemunduran mereka pada tahun 1930-an.
Akibatnya, mengutip poplar, penggerebekan polisi dan deportasi yang dipicu oleh liputan media yang menakutkan mengancam penduduk Tionghoa di Limehouse. Dan skema pembersihan daerah kumuh untuk membangun kembali daerah berpendapatan rendah telah membubarkan penduduk Tionghoa pada tahun 1930-an.
Undang-Undang Pertahanan Kerajaan yang diberlakukan pada awal Perang Dunia Pertama mengkriminalisasi penggunaan opium, memberikan otoritas lebih besar untuk mendeportasi warga Tiongkok, dan membatasi kemampuan mereka untuk bekerja di kapal-kapal Inggris.
Menurunnya perdagangan maritim selama Perang Dunia kedua semakin menghilangkan kesempatan kerja bagi pelaut Tiongkok, dan sisa-sisa Chinatown hancur selama Blitz atau terhapus oleh skema pembangunan pasca perang.
Namun, Tower Hamlets masih memiliki komunitas Tionghoa terbesar ketiga di Inggris menurut sensus tahun 2011, dan Asosiasi Tionghoa Tower Hamlets didirikan pada tahun 1983 di Commercial Road di Limehouse, dekat Chinatown yang lama.*

