Kuala Tungkal, Akulturasi Budaya Di Pesisir Timur Sumatera

Budaya & Seni

December 28, 2023

Zulfa Amira Zaed/Kuala Tungkal

Suasana di sebuah warung kopi. Budaya minum kopi di warung telah ada sejak lama di sana. (photo credits : Zulfa Amira Zaed/amira.co.id)

DERETAN pertokoan yang identik dengan ornamen Tionghoa tertata apik di sepanjang jalan protokol di Kuala Tungkal, Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi.

Bentuk bangunan yang menunjukkan kota ini telah memiliki peradaban sebelum tahun 1900 Masehi. Kota tua, demikian aku merasakannya saat aku menjajakkan kaki di sekitar Warkop Tiptop, satu dari warung kopi legendaris yang ada di kota berhawa asinnya laut ini.

Kopi susu yang disajikan dengan cangkir batu bermotif ornamen Tionghoa berwarna hijau menjadi penarik bagi pengunjung. Bukan hanya karena harganya yang terjangkau, tetapi juga rasanya yang nikmat dan nyaman di lidah.

Warung kopi tersebut identik dengan warung kopi yang kutemui di Siak Sri Indrapura, Provinsi Riau. Otentik dalam desain ruangan dan cara penyajian.

Mayoritas pemilik warung kopi di sini adalah warga Tionghoa. Namun ini bukan sebuah halangan tetapi justru menjadi akulturasi budaya yang khas.

Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kelenteng yang gagah berdiri diantara bangunan lainnya.

Kuala Tungkal,  Siak, dan Meranti memiliki kesamaan, pesesir timur Sumatera yang sungainya bermuara ke laut. Dan sungai ini menjadi faktor pendukung kemajuan peradaban di sana.

Pada masanya, kedua kota tersebut merupakan pusat perdagangan dari luar negeri seperti karpet, elektronik, furniture, hingga pakaian impor yang dibawa oleh kapal. Namun kini kapal-kapal besar tersebut tak lagi dapat bersandar di sini karena peraturan pemerintah yang menetapkan regulasi perdagangan.

Bila dilihat dari gaya hidup masyarakatnya, tentu sudah maju dan modern meski bangunan yang menjadi ciri khas kota tua masih dipertahankan.

Pun soal wisata atau kesehatan, masyarakat pesisir Sumatera sering berkunjung ke Malaysia dan Singapura. Hal ini karena tranportasi air yang memudahkan dengan harga yang terjangkau ketimbang ke ibu kota negara, Jakarta.

Dengan menggunakan kapal feri, masyarakat pesisir Sumatera dengan mudah menuju ke negara tetangga tanpa harus menuju ke Jakarta terlebih dahulu.

Tak heran jika masyarakat di sini telah bergaya hidup modern, sebab kemudahan transportasi ke luar negeri bukanlah hal yang sulit seperti ke Kuala Lumpur dan Singapura yang merupakan kota maju.

Bicara mengenai pesisir, tak lengkap jika tidak membahas seafood, makanan laut seperti kerang, cumi, udang, dan lainnya. Kuala Tungkal, Siak, dan Meranti menyajikan makanan berbahan dasar hewani yang hidup di laut dengan harga yang terjangkau.

Maka makan seafood adalah pelengkap wisatawan yang berkunjung ke pesisir Sumatera. Jika anda tertarik untuk mencobanya, silakan jadwalkan waktu untuk mengunjungi ketiga kota di pesisir timur Sumatera itu.*

avatar

Redaksi