Istana Maimun, Simbol Kejayaan Kesultanan Deli
Budaya & Seni, Daulat
May 3, 2025
Zulfa Amira/Kota Medan

Istana Maimun di Kota Medan yang merupakan simbol kejayaan Kesultanan Deli. (Credit title: Zulfa Amira/amira.co.id)
KEJAYAAN sebuah kepemimpinan acap kali diperlihatkan dengan megahnya istana pada masa kejayaannya. Seperti Istana Maimun, yang merupakan simbol kejayaan Kesultanan Deli. Maimun atau Maimoon yang berasal dari Bahasa Arab berarti berkah, berarti juga yang diberkahi.
Adalah Sultan Deli IX, Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah, yang membangun Istana Maimun pada 28 Agustus 1988 hingga 18 Mei 1891 hingga berdiri megah. Istana tersebut dominan warna hijau dan kuning yang menggambarkan kemakmuran.
Sultan Deli yang lahir pada 26 Agustus 1855 tersebut diangkat menjadi sultan pada usia 17 tahun, tepatnya pada 26 Agustus 2855 atau 13 Zulhijjah 1271 H yang kemudian dibentuk lembaga perwalian yaitu Tengku Seolaiman, Tengku Raja Muda Deli, Tengku Soeloeng Laoet, Pangeran Bedagai Wazir Negara Deli, Tengku Abdurrahman, dan Tengku Temenggong Deli.
Sebelum membangun Istana Maimun, Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah menjalankan pemerintahan di Istana Labuhan, 20 kilometer ke arah Belawan.
Dalam buku Medan, Kota di Pesisir Timur Sumatera dan Peninggalan Tuanya, karya Lucas P Koestoro menyebutkan bahwa perpindahan pemerintahan dari Labuhan menuju pusat Kota Medan adalah karena sudah terlalu ramai dengan perdagangan, juga ingin menyesuaikan dengan Pemerintahan Hindia Belanda yang memusatkan aktivitas administrasi di sekitar titik pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura.
Sultan Deli menjalankan bisnis perdagangan tembakau yang mencapai puncak kejayaan, kemudian membangun Istana Maimun. Karena keberhasilannya membangun perekonomian, Sultan diberikan anugerah kehormatan dari kerajaan Belanda, yaitu Ordo Oranye-Nassau dan Ordo De Ridder Van De Nederlandsche Leeuw.
Ordo Oranye-Nassau adalah gelar yang diberikan oleh Ratu Belanda atas tokoh yang berjasa khusus kepada masyarakat. Dan Ordo De Ridder Van De Nederlandsche Leeuw menurut Kaselarij Der Nederlandse Orden adalah gelar yang diberikan kepada ksatria yang memiliki jasa dan daya tarik signifikan dalam skala regional maupun nasional.
Meski pernah terjadi revolusi sosial pada 1946 atas tuntutan masyarakat yang merasakan terjadinya ketimpangan sosial, istana Maimun yang berdiri di atas tanah seluas 2.722 meter persegi tetap berdiri kokoh.
Sedangkan Istana Melayu lainnya hancur dan rata dengan tanah, seperti Kesultanan Langkat di Tanjung Pura dan Kesultanan Serdang di Perbaungan yang berjarak hanya 500 meter dari Istana Maimun. Saat itu bangunan yang juga tetap berdiri kokoh adalah Masjid Al Mashun yang berjarak 200 meter dari istana Maimun.
Adalah Kapten Theodore van Erp perancang arsitektur Istana Maimun yang berlokasi di Jalan Brigadir Jenderal Katamso nomor 66, Aur, Medan Maimun, Kota Medan dengan gaya Melayu, Eropa, dan Persia. Ia adalah seorang tentara Kerajaan Belanda yang lahir di Ambon. Ia juga dikenal perannya dalam pemugaran Candi Borobudur di Magelang.
Lantai tangga utama di pintu masuk serta marmer yang digunakan berasal dari Italia, sedangkan lampu hias didatangkan dari Perancis. Berikut perabotan didatangkan langsung dari Belanda dan Inggris. Pembangunan istana ini mencapai ratusan ribu Gulden Belanda.
Satu peninggalan sejarah lainnya yang masih ada di Istana Maimun hingga saat ini adalah meriam buntung yang menjadi bukti peperangan Kesultanan Deli melawan Kesultanan Aceh.*

