Kandis, Negeri Di Sumatera Tengah (1)

Daulat

April 9, 2025

Jon Afrizal

Sumatera (credits: Navigasi Ramusio and Viaggi)

ASAM kandis (Garcinia xanthochymus) adalah pohon yang daunnya selalu hijau (evergreen). Ia tidak menggugurkan daunnya, meskipun di musim gugur.

Pohon Kandis memiliki tinggi antara 15 meter hingga 30 meter. Pohon yang banyak tumbuh di Pulau Sumatera ini, diyakini berasal dari lembah Himalaya, India.

Ia disebut defol di Bengal, teor tenga di Assam, dan, heirangoi di Manipur.

Kandis dianggap masih sekerabat dengan manggis, dan asam gelugur. Sehingga, kandis pun memiliki nama lain, yakni; manggis palsu, tempa, dan manggis kuning.

Kandis juga ditemukan sejak dari India, Cina selatan, dan Jepang melalui Indocina ke Semenanjung Malaysia. Umumnya, kandis tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 hingga 1.400 meter.

Tanaman ini ditemukan tumbuh di lembah dengan hutan yang lembab atau di perbukitan.

Adapun varietas yang tumbuh di Pulau Sumatra, menghasilkan buah berbentuk bulat dengan ujung buah cekung ke dalam. Buah yang matang berrwarna kuning kecokelatan, dan sedikit bergetah dengan warna kuning hingga kuning kecokelatan.

Buah yang masih muda berwarna hijau muda. Buah terdiri dari kulit buah, dengan empat hingga lima biji yang masing-masing diselimuti daging buah. Mirip, dengan manggis (Garcinia mangostana L).

Selanjutnya, buah kandis diolah menjadi asam kandis kering, yang digunakan sebagai bumbu dapur. Caranya adalah dengan mengiris-iris tipis buah yang telah matang, lalu dijemur di terik sinar matahari selama beberapa hari hingga benar-benar kering.

Garcinia xanthochymus. (credits: National Tropical Botanical Garden)

Buah asam kandis kering dapat disimpan selama bertahun-tahun. Buah asam kandis yang baik adalah yang berwarna merah kecokelatan.

Buah asam kandis yang sudah dikeringkan umumnya dijadikan bumbu dapur, selai, dan campuran kari. Buah segarnya pun dapat dibuat acar.

Di Sumatera, asam kandis digunakan pada masakan, seperti; rendang, pindang ikan, dan pindang daging. Sehingga, kandis adalah dapat dikategorikan sebagai: rempah.

Varietas asam kandis yang lain adalah kokam. Yakni, bumbu yang dihasilkan dari tumbuhan sekerabat (Garcinia indica). Pemanfaatan lainnya adalah sebagai sumber bahan pewarna.

Pohon Kandis masih berkerabat dengan Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griffith et Anders). Yang juga berasal dari Asia Selatan.

Orang Melayu mengenal pepatah, “Bahasa Menunjukan Bangsa”. Maka, mari, kita memulai kisah ini dengan memuliakan “Bahasa”.

Bahasa, yang menjelaskan tentang: tempat dan kejadiannya.

Kandis adalah nama sebuah Kecamatan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Siak, selanjutnya, dikenal dengan Kesultanan Siak-nya.

“Suak Kandis”, adalah nama sebuah daerah di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. “Suak”, dalam bahasa Melayu, memiliki arti: teluk kecil di wilayah perairan, terkadang di sungai, dan juga di laut.

“Tanjung”, telah sejak lama dikenal sebagai “ibukota” di wilayah pesisir Jambi. Wilayah “Tanjung”, meskipun masih terus diteliti, telah sejak lama dikenal di Provinsi Jambi sebagai daerah “cikal bakal” atau tempat awal Kerajaan ataupun Kesultanan Jambi.

Terdapat pula nama “Lubuk Jambi”. Yakni nama sebuah kelurahan di Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

“Lubuk”, dalam bahasa Melayu memeiliki arti: cerukan atau cekungan yang dalam, di bagian peraian sungai atau laut. Kadang, juga di dalam sebuah gua. Umumnya, lubuk adalah tepat ikan bersarang beranak pinak.

Pun, tertera nama “Lubuk Kandis”, di Kelurahan Kepayang Sari Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

Provinsi Jambi, yang dikenal saat ini, yang, mungkin, telah memiliki struktur pemerintahan sejenis kerajaan sejak abad ke-2 Masehi.

Terdapat tiga negeri Melayu tua di Jambi. Yakni; Koying, Tupo (Chu-po), dan Kantoli. Ketiganya terbentang sejak dari Zabag (Muara Sabak), San-fo-tsi (Muara Tembesi), higga ke Koying (Kerinci).

Menurut catatan dari negeri Cina, Koying telah dikenal berdagang dengan banyak bangsa pada abad ke-3 Masehi. Namun, setelah abad ke-5 Masehi, namanya tidak terdengar lagi.*

avatar

Redaksi