Akhir Karir Kriminal Ratu Crypto Dari Tiongkok
Ekonomi & Bisnis
December 3, 2025
Zachary Jonah

Mata uang Crypto. (credits: Wiki Commons)
ZHIMIN Qian (Yadi Zhang), wanita asal Cina dijatuhi hukuman 11 tahun delapan bulan penjara oleh Pengadilan Tinggi Southwark Crown, London, pada September 2025 lalu. Ia terbukti secara hukum Inggris telah melakukan pencucian uang, melalui cryptocurrency (mata uang kripto) Bitcoin senilai GPB 5 miliar.
Zhimin Qian mengaku bersalah pada akhir September 2025 lalu, karena secara ilegal memperoleh dan memiliki cryptocurrency. Qian menjadi buronan selama lima tahun, dengan melibatkan beberapa yurisdiksi lintas negara.
Sementara rekanannya, Seng Hok Ling, dijatuhi hukuman empat tahun 11 bulan.
Ia melarikan diri dari Tiongkok dengan menggunakan dokumen palsu, dan memasuki Inggris. Dan selanjutnya ia “mencuci uang” curian itu dengan membeli property.
Hukuman terhadap Qian telah mengakhiri karir kriminalnya selama satu decade, yang mencakup antar benua. Mengutip The Guardian, Qian pertama kali muncul di melakukan penipuan di China pada tahun 2012, yakni di Provinsi Anhui dan Jilin. Meskipun pernah berada diselidik oleh aparat kepolisian setempat, namun ia tidak tidak pernah dihukum.
Selanjutnya, ia meluncurkan skema penipuan yang lebih besar: investasi crypto. Yakni melalui perusahaan “Blue Sky” yang berbasis di Tianjin.
Semasa dalam pelarian, Qian masih tetap beroperasi di balik layar. Ia menggunakan stafnya yang biasa disebut dengan “Saudara perempuan Hua”.
Ia memikat korban dengan video Britain Nice Life, yakni video promosi dan janji-janji pengembalian dana besar-besaran di London.
Pada saat itu, crypto baru pertama kali muncul di dunia, dan penipuannya berkembang dari China hingga ke seluruh dunia.

Zhimin Qian. (credits: Metropolitan Police)
“Peluang investasi pada saat itu mungkin tampak relatif realistis mengingat lingkungan crypto. Tetapi itu memiliki efek yang menghancurkan bagi semua orang yang terlibat,” kata DS Isabella Grotto, penyidik dari Metropolitan Police yang menangani kasus Qian.
Qian telah menipu lebih dari 128.000 korban di seluruh China.
Qian melarikan diri dari China pada Juli 2017, menuju ke Myanmar. Selanjutnya, dari Malaysia ia menuju ke Inggris pada musim gugur 2017, dengan membawa paspor St Kitts dan Nevis dengan nama samaran “Yadi Zhang”.
Jian Wen, asistennya, juga dijatuhi hukuman enam tahun delapan bulan penjara karena pencucian uang pada tahun 2024 lalu.
Qian dan Ling adalah ahli dalam strategi untuk mengubah bitcoin menjadi aset. Keduanya membeli rumah di Inggris dan Italia, sebelum berhasil membeli dua properti di Dubai pada 2019.
Pada tahun 2018, Wen berusaha membeli properti London senilai GPB 24 juta, “menarik minat” untuk menyelidikinya terkait aktifitas yang mencurigakan.

Ruja Ignatova. (credits: Wiki Commons)
Karir kriminalnya berakhir di sini, Ketika Qian akhirnya ditemukan di York pada bulan April, dan disertai barang bukti senilai GPB 60 juta di empat dompet crypto lainnya.
Sementara itu, ratu crypto yang lain, Ruja Ignatova, hingga hari ini masih dicari oleh aparat hukum. Pada tahun 2014, Ruja mendirikan cryptocurrency “OneCoin” yang curang, yang telah membuat pemilik dana kehilangan lebih dari USD 4 miliar. Demikian menurut Federal Bureau of Investigation (FBI).
Ruja termasuk dalam daftar Sepuluh Paling Dicari oleh FBI. Pada 12 Oktober 2017, Ignatova didakwa di AS. Pengadilan Distrik Selatan New York dan didakwa dengan konspirasi untuk melakukan penipuan dan pencucian uang.
Kepala Kejaksaan Bielefeld, Carsten Nowak menyatakan telah melelang apartemen milik Ruja di Kensington seharga GPB 10 juta, dan apartemen lainnya seharga GPB 1,4 juta.
“Menurut hukum Jerman, uang itu dimaksudkan untuk mengkompensasi korban OneCoin,” kata Nowak, mengutip BBC.
Hadiah untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya meningkat dua puluh kali lipat pada tahun 2024, hingga USD 5 juta, di bawah Program Hadiah Kejahatan Terorganisir Transnasional AS.*
