Manggarai Timur: Jalan Rusak Itu Biasa!

Daulat

June 5, 2024

Markus Makur/Tutur.id

Warga Desa Ngampang Mas, Kecamatan Borong, NTT, sedang bergotong-royong memperbaiki jalan kabupaten yang rusak parah di wilayah desa mereka. (photo credits: Voyen Ondy/tutur.id)

RUAS jalan yang rusak adalah santapan yang harus dinikmati setiap kali liputan ke pelosok-pelosok Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ini adalah “hal lumrah” bagi jurnalis yang mengabdikan diri pada liputan humanis dari dan di pinggiran.

Sejak Januari 2011, saat dimana aku mulai bertugas untuk publik di Manggarai Timur, maka fakta yang sama selalu ku jumpai setiap kali ke kampung-kampung. Akses jalan raya masih jauh dari harapan. Kendati sebagiannya telah mendapat perhatian pemerintah, tetapi belum merata. 

Aspal tidak bertahan lama. Mudah terkelupas. Jalan mirip kubangan. Itu semua lumrah di bumi Lawe Lujang

Di wilayah Desa Rana Kolong, Kecamatan Kota Komba, misalnya. Ruas jalan yang baru diaspal, belum berusia setahun, sudah berlubang di sana-sini. Begitu juga di beberapa wilayah lain yang ku saksikan.

Baru-baru ini, aku kembali berhadapan dengan kondisi infrastruktur jalan raya yang sangat memprihatinkan. Yakni ketika menuju Kampung Pongyang dan Satar Mata di Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba.

Jalan ke kedua kampung itu masih berbentuk jalan tanah. Pun, kendaraan bermotor tidak dapat melintasi ruas jalan pada saat musim hujan. 

Banyak cerita miris dan menyayat hati ketika bertemu warga Pongyang dan Satar Mata. Mereka kesulitan mengakses pasar, fasilitas kesehatan, dan tempat-tempat lain di luar kampung ketika musim hujan tiba.

Akibat buruknya kondisi jalan, baru-baru ini, salah seorang ibu dari Kampung Pongyang, meninggal dunia di atas tandu saat hendak mengakses fasilitas kesehatan.

Kisah yang sama juga terjadi di beberapa wilayah lain di Manggarai Timur. 

Dalam kondisi seperti ini, tak sedikit rakyat yang mengeluh. Jurnalis pun menulisnya.

Namun, fakta yang disampaikan lewat media massa tidak mampu menggeli-geli pemimpin daerah agar menoleh dan memperhatikan penderitaan rakyatnya.

Pemimpin daerah hanya menebarkan janji demi janji. 

Janji bangun jembatan di Sungai Wae Mokel yang menghubungkan Rana Mbata dengan Kampung Munda, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara hanya isapan jempol. Janji untuk membantu Karang Taruna di Desa Rana Mbata juga tak terwujud.

Dan, tentu, masih banyak lagi janji manis yang tidak terealisasi.

Rakyat menderita. Tak berdaya. Siapa yang salah? Siapa yang bertanggung jawab? Siapa yang peduli? Siapa yang berani bersuara?*

avatar

Redaksi