Magnet “The Big Five” di Maasai Market

Lifestyle

January 21, 2024

Zulfa Amira Zaed/Nairobi

Cinderamata terkait The Big Five dapat ditemui di Maasai Market. (photo credits : Zulfa Amira Zaed/amira.co.id)

Karibu Kenya!

KALIMAT itu akan diucapkan pedagang di Masaai Market setiap ada turis yang melewati lapaknya. Artinya : selamat datang di Kenya.

Pasar yang berada di Slip Road, Nairobi, Kenya ini menjual berbagai kerajinan tangan khas Suku Maasai. Pasar ini buka sejak hari Senin hingga Sabtu. Dan tutup pada hari Minggu.

Mengingatkan pada kapal bernama Nellie, dalam novel klasik Heart of Darkness. Misi kapal itu adalah mencari gading gajah di Congo, Afrika tengah.

Novel karya Joseph Conrad tahun 1899 ini, sebenarnya, bertujuan untuk mengkritik kolonialisasi Barat di Afrika.

Kini, berkat ketatnya aturan internasional terkait perdagangan satwa liar, maka Maasai Market menyediakan cinderamata bermotif The Big Five. Yakni satwa liar yang dilindungi yang berada di berbagai cagar alam dan taman nasional di Kenya. Seperti gajah, jerapah, singa, kerbau, dan badak Afrika.

Suku Maasai adalah kelompok suku asli di benua Afrika. Mereka hidup dengan cara semi-nomaden, di Kenya dan Tanzania. Dengan pola hidup semi-nomaden itu, mereka bertempat tinggal di cagar alam dan taman nasional.

Sehingga suku Maasai memiliki kedekatan dengan alam, dan satwa. Termasuk The Big Five.

Meskipun cukup ramah, setiap pembeli yang sudah memegang dagangannya, tidak akan dibiarkan pergi begitu saja oleh pedagang tanpa membeli dagangannya. Pedagang dengan fasih akan merayu pembeli dengan berbahasa Inggris alakadarnya saja, dan yang penting : nyambung.

Pedagang di sini menggelar dagangannya di lantai dengan beratapkan payung atau terpal. Yup, hampir mirip dengan pasar tradisional di Indonesia. Sederhana dan akan becek saat hujan turun dari langit.

Keterampilan menawar tidak cukup membantu untuk mendapatkan harga terbaik. Sebab, pedagang dapat saja merubah harganya ketika pembeli akan membayar. Jika semula ia menyebutkan harga 1000 KES, maka ketika membayar bisa saja ia menyebutkan harga yang lebih dari itu. Dibutuhkan kejelian pembeli dalam menghitung dan mengingat tawaran awal.

Namun jangan khawatir. Jika kamu ingin mendapatkan harga yang lebih murah, maka datangnya lebih awal, yaitu saat lapak pedagang baru dibuka.

Mereka akan memberikan harga spesial untuk pembeli pertama. Jika kita merasa terlalu mahal, maka kita dapat bernegosiasi untuk mendapatkan harga yang disepakati.

Mirip di Indonesia bukan? Pasar tradisional di Bali yang menjajakan kerajinan tangan, misalnya. Pedagang akan memberi harga terbaik untuk pembeli pertama.

Meski pasar ini berkonsep sangat tradisional, namun magnetnya begitu kuat untuk menarik turis untuk datang karena keindahan barang dagangannya.

Kamu akan menemukan berbagai macam kalung, gelang, anting, dan cincin khas Maasai yang berwarna terang berbahan batu, kayu, dan kertas. Mensimbolkan kebahagiaan dan kesuksesan.

Pedagang juga menjajakan berbagai kain bercorak khas Maasai dalam bentuk selendang, selimut, gaun, daster, dan lainnya. Selain itu juga ada gantungan kunci, tas, sandal, keranjang, hiasan dinding dan meja dengan corak Maasai dan The Big Five.

Segala jenis buah tangan yang berada di pasar ini tidak dapat ditemukan di tempat lain. Maka dari itu, selalu menarik.

Begitu kuatnya magnet di pasar ini pembeli tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum uang Shilling Kenya yang dimiliki habis dibelanjakan.

Jika kamu merasa ingin membeli lebih banyak barang namun uang Shillingmu habis, kamu juga bisa membayarnya dengan uang Dollar Amerika Serikat.

Jika membutuhkan penukaran uang, jangan khawatir. Sebab money changer berada tepat di depan pasar yang populer di Kenya ini.*

avatar

Redaksi