“City Of God” Seperti Nyata Di Ekuador
Daulat
January 20, 2024
Jon Afrizal
City Of God. (: cultura)
“If you run they’ll catch you.
If you stay they’ll eat you.”
CIDADE de Deus atau yang lebih dikenal dengan City Of God adalah film drama thriller besutan sutradara Fernando Meirelles. Film berdurasi 133 menit ini dirilis pada tahun 2002 lalu.
Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata ini bercerita tentang City of God (Kota Tuhan), atau Cidade de Deus (: portugese) yakni sebuah kota yang awalnya berkembang dari proyek perumahan yang dibangun untuk masyarakat kelas menengah bawah yang berada di sebelah barat Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1960.
Sebelumnya, novel dengan judul yang sama juga telah diterbitkan pada tahun 1997.
Film ini dinarasikan dari sudut pandang Rocket (Buscape : portugese) yang diperankan oleh Alexandre Rodrigues. Buscape, yang tertarik menjadi photographer menjadi saksi kerasnya hidup di permukiman kumuh itu.
Termasuk juga menyaksikan dendam, penyalahgunaan dan jual beli obat bius, perdagangan senjata, perampokan dan kekerasan.
Rocket, mengenal Lil Zed, diperankan oleh Leandro Firmino, seorang pemimpin geng – kelompok berandalan – yang menamankan dirinya The Tender Trio. Hingga suatu hari, Rocket berada dalam keterpaksaan, dimana ia harus memotret Lil Zed dan gerombolannnya, lengkap dengan senjata diacungkan. Hingga Lil Zed menjadi terkenal, dan diburu pihak berwajib.
Persoalan yang sama, kini tengah terjadi di Ekuador, negara tetangga Brazil. Sejak Senin (8/1), Presiden Ekuador Daniel Noboa berjanji untuk membendung kekerasan terkait perdagangan narkoba, mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari.
Mengutip cnbc, keadaan darurat ini adalah reaksi pemerintah terhadap kekerasan yang terjadi di penjara negara, juga penyanderaan penjaga oleh narapidana, dan napi yang melarikan diri dari pemimpin geng Los Choneros, Adolfo Macias.
Daniel Noboa mengakui adanya konflik bersenjata internal dan mengidentifikasi sebanyak 22 geng, sebagai organisasi teroris dan menjadi target militer. Termasuk Los Choneros.
Tetapi, Laksamana Jaime Vela, kepala komando gabungan angkatan bersenjata, mengutip Reuters, mengatakan, tindakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah pusat sangat berdampak pada struktur kriminal. Sebagai jawabannya, tindakan dan keputusan tersebut telah menciptakan gelombang kekerasan yang menakut-nakuti masyarakat.
“Pemindahan para pemimpin geng ke penjara, secara historis, berujung pada kekerasan. Ratusan narapidana telah terbunuh dalam beberapa tahun terakhir ini,” katanya.
Ancaman yang paling menakutkan, telah ditujukan langsung kepada publik. Dimana beberapa orang pria bertopeng menerobos masuk ke saluran televisi publik TC di di kota pelabuhan Guayaquil. Sambil membawa senjata dan bahan peledak selama siaran langsung pada Selasa (9/1).
Siaran langsung program berita itu tengah ditonton ribuan orang. Dan para pria bertopeng berkata bahwa mereka memiliki bom. Suara-suara seperti letusan senapan terdengar selama sekitar 20 menit selama siaran berlangsung.
Akibat dari kondisi ini, pemerintah Peru mengumumkan keadaan darurat di sepanjang perbatasannya dengan Ekuador. Sedangkan Brasil, Kolombia, dan Chili menyatakan dukungan mereka terhadap pemerintah Ekuador.*