Kebingungan Mengatasi Kabut Asap Karhutla

Resonansi

October 10, 2023

Junus Nuh/Kota Jambi

Areal hutan yang terbakar akibat perambahan di Kabupaten Tebo. (photo credits : Jon Afrizal/amira.co.id)

KABUT asap dan karhutla hingga hari ini belum dapat diatasi. Meskipun upaya pemadaman terus berlangsung. Begitu juga dengan modifikasi cuaca.

Tapi, setelah terbiasa dengan musim karhutla dan kabut asap sejak 33 tahun lalu, banyak orang di Provinsi Jambi menyadari bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan karhutla dan kabut asap adalah turunnya hujan secara normal di awal musim penghujan.

Namun, efek ketakutan dari kabut asap karhutla pernah mendera warga Kota Jambi, kitaran tahun 2015. Sewaktu itu, sekitar 20.000 warga kota terjangkit ISPA.

Khawatir jumlah penderita ISPA akan terus bertambah, Walikota Jambi, Sy Fasha ketika itu meminta agar warga kota meletakan air garam di dalam baskom di depan rumah masing-masing. Tujuannya untuk memancing agar air hujan turun.

Sebagian kecil warga kota terpancing untuk melakukan. Meskipun banyak warga lainnya setuju bahwa usulan itu termasuk kategori muskil untuk berhasil.

Dosen Kimia di Universitas Jambi (Unja), Epinur, mengutip mongabay.co.id menyatakan bahwa usulan walikota itu meragukan secara ilmu terapan.

“Teorinya, memang benar bahwa air garam dalam baskom dapat menguap,” katanya.

Tetapi, lanjutnya, butuh jutaan ton garam agar dapat menghasilkan uap air yang kemudian menurunkan hujan.

Padahal, prinsip turunnya hujan adalah uap air yang mengkondensasi menjadi air sangat bergantung pada tekanan. Artinya larutan air garam itu hanya pemicu kecil, dan bukanlah penyebab utama.

Uap air yang ada di udara lah yang mengkondensasi hujan. Jika tidak ada bibit awan, maka tidak akan dapat membuat hujan.

Sementara itu, hingga hari ini, kondisi Kota Jambi masih gini gini aja. Kabut asap tetap hadir di sepanjang siang dan malam, meskipun hujan telah turun di Kota Jambi dan sekitarnya pada Senin (9/10).

Padahal, BMKG Provinsi Jambi memprakirakan bahwa hujan awal musim penghujan tahun ini akan turun pada tanggal 2 Oktober lalu. Tetapi, baru terjadi kemarin. Tetapi, hujan yang turun belum dapat menghalau kabut asap akibat karhutla.

Sementara anak-anak sekolah sejak tingkat PAUD, SD dan SMP yang direncanakan dirumahkan hanya tiga hari, yakni sejak tanggal 2 hingga tanggal 5, kenyataannya mereka masih dirumahkan hingga hari ini. Kecuali siswa SMP.

Ketidakberdayaan pemerintah dalam menghentikan karhutla di banyak wilayah di Pulau Sumatera, telah menyebabkan kabut asap tetap exist hingga hari ini.

Satu hal yang biasanya dilakukan ketika kabut asap terjadi tanpa henti adalah Sholat Istisqa. Sholat dua rakaat ini adalah sholat yang dilakukan umat Islam untuk meminta turunnya hujan kepada Allah.

Dengan sholat itu, diharap hujan diturunkan oleh Allah, dan kabut asap karhutla pun terhenti.*

avatar

Redaksi