Resesi: Perekonomian Semakin Tak Pasti

Ekonomi & Bisnis

July 18, 2023

Zulfa Amira Zaed

Resesi ekonomi berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. (credit tittle : Jon Afrizal/amira.co.id)

DUNIA selama tiga tahun terakhir ini telah didera pandemi Covid19, perang Russia-Ukraina, tingginya tingkat inflasi dan kenaikan suku bunga acuan. Kita sadari atau tidak, keempatnya telah menjadi penyebab resesi ekonomi yang dampaknya telah dirasakan banyak orang saat ini.

World Bank dalam laporannya “Is a Global Recession Imminent?” telah memberi warning terkait perekonomian yang gelap yang kini sedang kita hadapi.

Mengutip kemenkeu.go.id, resesi ekonomi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi. Seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Meningkatnya harga-harga secara tajam menyebabkan perekonomian menjadi stagnan. Maka yang terjadi adalah sektor real menahan kapasitas produksinya, dan berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dapat saja, perusahaan akan ditutup dan tidak lagi beroperasi.

Selain itu, kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan. Akibatnya investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang aman.

Maka perekonomian akan semakin sulit, dan berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat. Masyarakat pun menjadi sangat selektif dalam menggunakan uang, dan berfokus hanya pada pemenuhan kebutuhan pokok terlebih dahulu.

Secara nasional, ancaman resesi ekonomi global telah ditandai dengan menurunnya permintaan ekspor produk jadi Indonesia, dan menurunnya harga beberapa komoditas minyak mentah, minyak sawit mentah (CPO), dan logam dasar.

Selain itu, kenaikan suku bunga di negara-negara maju telah menyebabkan aliran modal mengalir ke luar negeri. Ancaman lainnya adalah lambatnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya beban biaya usaha akibat depresiasi rupiah.

Pada pertemuan G20 di Bali November 2022 lalu, negara-negara telah berkomitmen untuk melakukan investasi infrastruktur berkelanjutan. Juga sebagai upaya menindaklanjuti Sustainable Finance Roadmap pada G20 tahun 2021.

Dengan harapan, didapatnya input dalam penyelesaian deliverable pada agenda investasi infrastruktur berkelanjutan. Sehingga mampu memberikan sinyal positif kepada investor, untuk meningkatkan kepercayaan dan memobilisasi investasi sektor swasta ke dalam infrastruktur berkelanjutan di Indonesia.

Ketidakpastian ekonomi saat ini membuat semua orang harus waspada. Mengutip ocbcnisp.com, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan setiap orang agar tidak terpuruk semakin dalam pada masa resesi ini.

Tentu saja, yang utama adalah mengkontrol keuangan dengan bijak. Hanya menggunakan uang untuk kebutuhan pokok saja.

Selanjutnya, proporsi utang yang sehat adalah 30 persen dari pernghasilan bulan. Terlepas dari alasan yang bersifat konservatif, seperti untuk biaya konsumsi, misalnya.

Tetapi, dengan kondisi yang tidak pasti saat ini, proporsi utang harus dipangkas lebih kecil lagi. Dan, pastikan, utang dengan bunga yang besar dapat diselesaikan secepatnya.

Yang acap kali dilupakan, adalah anggaran dana darurat. Padahal, dengan kondisi resesi ekonomi yang belum dapat diperediksi kapan berakhir, sudah semestinya dana darurat adalah tiga hingga enam kali dari jumlah pengeluaran setiap bulannya.

Dampak buruk dari resesi bagi pekerja adalah PHK. Maka persiapkan diri untuk menghadapi kondisi terburuk dengan cara mencari penghasilan tambahan.

Perekonomian berkelanjutan bagi setiap orang adalah keniscayaan. Sehingga tabungan akan menjadi safety point bagi siapa saja. Jika mendapat peluang, berinvestasi harus dilakukan. Tentu dengan melihat faktor resiko secara ekonomi.*

avatar

Redaksi