Jumlah Pengungsi Dunia Capai 120 Juta
Hak Asasi Manusia
August 20, 2024
Farokh Idris
Pengungsi anak Rohingya. (credits: UNHCR)
JUMLAH pengungsi di seluruh dunia pada saat ini mencapai angka 120 juta orang. Jumlah ini, mengalami peningkatan sejak 12 tahun terakhir. Demikian menurut Laporan Tren Global 2024 dari UNHCR (Badan Pengungsi PBB).
Peningkatan jumlah pengungsian paksa pada tahun 2024 ini, adalah peningkatan tahunan ke-12 berturut-turut. Yang mencerminkan konflik baru dan yang terus berubah serta kegagalan menyelesaikan krisis yang sudah lama berlangsung.
Angka ini membuat populasi pengungsi global setara dengan populasi negara Jepang.
Faktor utama yang mendorong angka ini lebih tinggi adalah konflik destruktif di Sudan. Pada akhir 2023, sebanyak 10,8 juta warga Sudan telah menjadi pengungsi.
Sementara di Republik Demokratik Kongo dan Myanmar, jutaan orang mengungsi di dalam negeri tahun 2023 lalu akibat pertempuran sengit.
UNRWA memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2023 lalu, lebih dari 1,7 juta orang, atau 75 persen dari populasi, telah mengungsi di Jalur Gaza akibat kekerasan yang katastropik,. Sebagian besar di antaranya adalah pengungsi Palestina.
Sedangkan Suriah, tetap menjadi krisis pengungsian terbesar di dunia. Dengan 13,8 juta orang mengungsi di dalam dan di luar negeri.
“Di balik angka-angka yang mencolok dan meningkat ini terdapat banyak tragedi manusia. Penderitaan itu harus mendorong komunitas internasional untuk bertindak segera mengatasi penyebab utama pengungsian paksa,” kata Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, mengutip laman resmi UNHCR.
Ia mengatakan, bahwa sudah saatnya pihak-pihak yang berperang menghormati hukum dasar perang dan hukum internasional.
Faktanya adalah tanpa kerjasama yang lebih baik dan upaya bersama untuk mengatasi konflik, maka pelanggaran hak asasi manusia, dan krisis iklim, serta angka pengungsian akan terus meningkat. Sehingga menciptakan penderitaan baru dengan respons kemanusiaan yang lebih mahal.
Peningkatan terbesar dalam angka pengungsian berasal dari orang-orang yang melarikan diri dari konflik dan tetap tinggal di negara mereka sendiri, atau yang biasa disebut: pengungsi dalam negeri. Yang meningkat menjadi 68,3 juta orang menurut Internal Displacement Monitoring Centre , atau naik hampir 50 persen selama lima tahun terakhir.
Jumlah pengungsi, dan lainnya yang membutuhkan perlindungan internasional, meningkat menjadi 43,4 juta ketika memasukkan mereka yang berada di bawah mandat UNHCR dan UNRWA.
Mayoritas pengungsi tinggal di negara-negara tetangga mereka sendiri. Dengan 75 persen tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang bersama-sama menghasilkan kurang dari 20 persen pendapatan dunia.
Laporan ini menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih dari 5 juta orang yang mengungsi di dalam negeri dan 1 juta pengungsi kembali ke rumah pada tahun 2023.
Angka-angka ini menunjukkan beberapa kemajuan menuju solusi jangka panjang. Secara positif, kedatangan resettlement atau penempatan ke negara penerima pengungsi, meningkat menjadi hampir 160.000 pada tahun 2023.
“Para pengungsi, dan masyarakat setempat yang menampung mereka, membutuhkan solidaritas dan bantuan. Mereka bisa dan memang telah berkontribusi pada masyarakat ketika mereka diikutsertakan,” katanya.
Sementara pada tahun lalu, jutaan orang kembali ke rumahnya, mewakili sedikit harapan.
Solusi ada di luar sana, katanya, pihaknya telah melihat negara-negara seperti Kenya memimpin dalam inklusi pengungsi. Namun itu membutuhkan komitmen nyata.*