WNI Segera Keluar Dari Timur Tengah

Hak Asasi Manusia

August 10, 2024

Junus Nuh

Seorang pria dan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Selasa, 30 Juli 2024. (credits: VOA)

KONDISI yang semakin panas di wikayah Lebanon, Israel dan Iran pada saat ini, membuat Kementrian Luar Negeri (Kemlu) mengeluarkan imbauan bagi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Timur Tengah untuk segera meninggalkan wilayah itu.

WNI yang kini berada di tiga negara ini diminta meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti langkah-langkah kontigensi yang diarahkan perwakilan Indonesia di sana. Demikian pernyataan resmi dari Kemlu, mengutip CCN Indonesia.

Terdapat empat hotline yang dapat dihubungi terkait langkah-langkah ini. Yakni; KBRI Beirut (+961 7 0817 310), KBRI Tehran (+989 0 2466 8889), KBRI Amman (+962 7 7915 0407), dan Direktorat Pelindungan WNI (+62 812 9007 0027).

Selain itu, Kemlu juga mengimbau WNI agar tidak mengunjungi Lebanon, Israel dan Iran untuk sementara waktu, hingga kondisi keamanan membaik.

Tidak saja Indonesia, beberapa negara lain pun memberikan himbauan yang sama kepada warga negaranya.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Lebanon meminta warganya untuk segera meninggalkan Lebanon sebelum situasi semakin memburuk. Kedubes AS turut melarang warga di AS bepergian ke Lebanon dan meminta mereka yang telah berada di Lebanon untuk mencari tempat perlindungan jika situasi sudah tak bisa ditangani.

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy pun meminta warga negaranya untuk segera kelaur dari wilayah konflik. Ia menyatakan bahwa Pemerintah Inggris sedang bekerjasama dengan tim kekonsuleran luar negeri untuk menyiapkan semua skenario penyelamatan warga negaranya.

“Tetapi, jika eskalasi konflik terus meningkat, pemerintah tidak dapat menjamin dapat mengevakuasi semua orang dengan segera. Orang-orang mungkin terpaksa berlindung di shelter,” katanya, mengutip Reuters.

Sementara Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan saat ini ada risiko nyata situasi di Timur Tengah “memburuk secara serius.”



“Saat ini adalah waktu yang tepat bagi warga Australia untuk meninggalkan Lebanon karena bandara Beirut masih beroperasi,” katanya melaluui video di aplikasi X.

Dan, katanya, warga yang berada di Australia semestinya mengurungkan niat untuk bepergian ke Lebanon.

“Keluarlah dari Lebanon selama operasional penerbangan yang masih berlangsung,” kata Juru bicara Urusan Luar Negeri Kanada, Charlotte MacLeod.

Sementara Prancis, Swedia, Italia, Korea Selatan, Arab Saudi, hingga Yordania juga telah mendesak warganya untuk keluar dari Lebanon selagi bandara masih beroperasi.

Situasi keamanan di Timur Tengah saat sangat memperihatinkan. Terutama setelah ketegangan di antara Israel, Iran dan Lebanon memuncak.

Beirut, pada pekan lalu diserang oleh. Komandan Hizbullah tewas dalam serangan itu. Lantas, Hizbullah membalas serangan dengan meluncurkan 60 roket ke Israel utara.



Selanjutnya, Israel menyerang pembangkit listrik Lebanon di kota Taybeh menggunakan drone. Lantas, Lebanon dan Iran menuduh Israel pelaku serangan pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.

Haniyeh terbunuh di Teheran pada 31 Juli saat mengunjungi Iran untuk menghadiri pelantikan presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian.

Garda Revolusi Iran menyatakan Haniyeh tewas karena serangan proyektil jarak pendek dengan hulu ledak 7 kilogram. Pernyatakaan ini, sekaligus menyangkal pemberitaan The New York Times sebelumnya.

Pada pemberitaan itu disebutkan Haniyeh tewas karena bom yang sudah ditanam di tempat tinggalnya dua bulan sebelum insiden.*

avatar

Redaksi