Yom Kippur Dan “Yang Dikambinghitamkan”
Lifestyle
March 23, 2025
Jon Afrizal

“Dua kambing yang diundi” tertera sebagai hiasan di Jendela Timur Katedral Lincoln. (credits: Wiki Commons)
“Kemudian Harun akan meletakkan kedua tangannya di atas kepala kambing hidup, dan mengakui itu semua kejahatan bangsa Israel, dan semua pelanggaran mereka, semua dosa-dosa mereka, menempatkan mereka di atas kepala kambing, dan mengirimkannya ke padang gurun dengan cara seseorang yang ditunjuk untuk bertugas. Kambing akan menanggung pada dirinya sendiri semua ini di wilayah yang tandus; dan kambing akan dilepaskan di padang gurun.” [Leviticus 16:21–22]
KAMBING hitam, mengutip KBBI, adalah orang yang dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan.
Dalam Alkitab, kambing hitam (: scapegoat) adalah satu ekor dari sepasang kambing yang dilepaskan ke padang gurun. Kambing itu dilepas dengan tujuan untuk membawa seluruh dosa dan sikap kotor dari manusia.
Sedangkan satu ekor kambing lainnya, dikorbankan.
Kata “kambing hitam” adalah terjemahan bahasa Inggris (: scapegoat) dari kata dalam bahasa Ibrani, yakni: Azazel. Kata Azazel terdapat dalam Imamat 16:8. “Dan Harun akan melemparkan dua kambing: satu untuk Tuhan, dan yang lainnya untuk Azel.”
“Kambing hitam” adalah kambing yang ditunjuk (: Azazel) untuk penghapusan mutlak. Yakni untuk simbolisme penghapusan dosa-dosa rakyat dengan penghapusan harfiah kambing.
Dan kambing itu terbuang di padang pasir sebagai bagian dari ibadat di hari Yom Kippur. Yang telah dimulai selama Eksodus dengan Tabernakel asli, dan berlanjut melalui masa-masa di kuil di Yerusalem.
Hari raya Yom Kippur (Hari Pendamaian), yakni hari raya Orang Yahudi, adalah hari paling suci dan paling serius dalam kalender Yahudi. Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Tishri dalam kalender Yahudi.
Hari raya ini diiisi dengan doa dan mediasi dengan fokus untuk bertobat atas pelanggaran terhadap perintah Tuhan, dan berdamai dengan sesama manusia.
Pada hari raya Yom Kippur, orang Yahudi membawa dua ekor kambing jantan yang tampak sangat mirip, ke halaman Bait Suci di Yerusalem. Ini adalah bagian dari ritual Ibadat Suci pada hari itu.

Orang Yahudi berdoa di Sinagog pada Hari Raya Yom Kippur. (credits: Maurycy Gottlieb)
Lalu, Imam Agung mengundi kedua kambing itu. Satu ekor kambing dipersembahkan sebagai korban. Sedangkan kambing yang kedua adalah “kambing hitam”.
Kemudian, Imam Agung meletakkan tangannya pada kepala “kambing hitam” itu, dan mengakui dosa-dosa bangsa Israel. Kambing hitam itu kemudian dibawa pergi dan dilepaskan di padang gurun sesuai dengan yang tertera pada Imamat 16:22.
Meskipun, pada Talmud, ditambahkan bahwa kambing itu didorong jatuh dari sebuah tebing yang jauh.
Ritual ini, dengan beberapa kesamaan, juga hadir pada masyarakat Yunani Kuno dan Ebla sekitar 2400 SM, yang menyebar ke seluruh Timur Dekat kuno.
Dalam bahasa Ibrani modern, kata Azazel digunakan sebagai bentuk dari ejekan. Seperti pada prasa lekh la-Azazel (: pergi ke neraka).
Sejak kambing kedua dikirim untuk binasa, maka kata “kambing hitam”, yang meskipun bukanlah kambing berwana hitam, telah berkembang luas. Kata itu digunakan untuk menunjuk kepada seseorang yang dipersalahkan dan dihukum atas tindakan orang lain.
Mengutip sydneyjewishmuseum, sama halnya seperti kejadian kambing Azazel, orang-orang Yahudi memang telah mengalami fenomena mengkambinghitamkan orang lain pada banyak kesempatan, di sepanjang sejarah.
Meskipun kini, ritual Yom Kippur telah sangat berubah sejak pertama kali dijelaskan dalam Taurat. Tetapi, kebiasaan untuk menyalahkan orang lain untuk hal-hal yang sebenarnya ia sendiri telah lakukan tidak berubah begitu banyak sejak William Tyndale pertama kali menggunakannya.

Ilustrasi “kambing hitam”. (credits: png)
Kata “kambing hitam” (scapegoat) diciptakan oleh seorang sarjana Protestan, William Tyndale, pada tahun 1530. Ketika itu, ia melakukan tugas terjemahan pertama dari seluruh Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Inggris.
Tyndale menemukan bahwa ia perlu memperkenalkan beberapa kata baru ke dalam bahasa Inggris untuk memahami bahasa Ibrani, agar sama seperti yang ia pahami. Dan, ketika di Taurat menceritakan tentang Yom Kippur, ia pun menemukan kesulitan.
Bagian penting dari Yom Kippur, seperti yang dijelaskan dalam Taurat, adalah ritual pengorbanan terhadap dua ekor kambing. Dimana, satu ekor dipersembahkan untuk Tuhan, dan yang lainnya ditunjuk “untuk Azazel”.
Tradisi Yahudi menggunakan kata “Azazel” sebagai nama sebuah tanjung berbatu tempat dimana kambing kedua, yang secara simbolis membawa dosa-dosa komunitas, akan dilemparkan. Sementara seekor kambing lainnya, yang dipersembahkan untuk Tuhan, akan disembelih sebagai bagian dari ritual Yom Kippur.
Penyembelihan ini akan menjadi penebusan dosa komunitas.
Namun Tyndale, yang mempraktekan agama Kristen, menerjemahkan “Azazel” secara berbeda. Meskipun, pada tradisi Kristen juga mengakui bahwa satu ekor kambing harus disembelih untuk penebusan dosa komunal.
Tetapi kambing kedua, yang menanggung dosa-dosa masyarakat, dipahami Tyndale sebagai “yang telah bebas”, yang artinya: telah melarikan diri.
Tyndale, lalu, menamakan kambing kedua ini sebagai “scapegoat”. Dan begitulah senyatanya hingga kini, kambing kedua itu disebut sebagai “kambing hitam”.
Sebagai; yang selalu dipersalahkan, meskipun bukan ia yang melakukannya.*

