“Ngabas” Berkendara Di Jambi

Budaya & Seni

March 19, 2025

Astro Dirjo/Kota Jambi

Suasana jalanan yang sempit di Kota Jambi, pada waktu malam. (credits: Jon Afrizal/amira.co.id)

SECARA tiba-tiba kendaraan anda didahului oleh pengendara lain, dari sebelah kiri. Atau, kendaraan lain secara tiba-tiba menyalip kendaraan anda, dan lalu berhenti mendadak tepat di depan anda, tanpa terlebih dahulu menghidupkan lampu sign.

Anda pernah mendengar seorang pengemudi kendaraan roda dua yang mengunakan knalpot yang bunyinya bisingnya minta ampyun? Sehingga konsentrasi berkendara anda menjadi terganggu.

Atau, anda punya pengalaman lainnya? Seperti kesulitan untuk menyeberang, karena tidak ada satupun kendaraan yang menurunkan kecepatan.

Atau, ketika terjadi kemacetan di jalanan yang sempit dan, ternyata penyebabnya adalah truk yang melintas tanpa mengerti kegunaan dari penghitungan perbandingan tonase dan peruntukan jalan.  

Jika, anda pernah mengalami hal-hal buruk di sepanjang perjalanan anda, artinya, anda sedang berada di Kota Jambi.

Semua yang anda alami itu, sangat terkait dengan perilaku berkendara. Meskipun, harus diakui, Kota Jambi belumlah menjadi kota metropolitan, apalagi megapolitan.

Tapi, jika kondisi ini terus terjadi dan dibiarkan tetap terjadi, maka, sudah dapat dipastikan, bahwa, jalan raya adalah dekat dengan kematian.

Mengutip kata, kata ngabas dalam bahasa Jawa memiliki arti: asal-asalan. Namun kata ngabas dalam kasanah bahasa Jambi artinya lebih kompleks lagi.

Kamus Besar Indonesia (KBBI) menyebutkan kata seruduk (verb), yang berarti: menyeluduk, menyuruk, menyusup, membungkuk dan menyundul, menanduk, dan menabrak. Dalam kasanah bahasa Jambi, kata seruduk adalah juga seradak.

Penggunaan prasa “Seradak Bebas” dapat diartikan dengan: menyeruduk seenaknya. Sehingga, kata ngabas dalam kasanah Bahasa Jambi, lebih dekat artinya dengan: “Seradak Bebas”.

Sebegitukah? Mari, kita bahas bersama.

Selama “Operasi Keselamatan Siginjai 2024” yang berlangsung selama 14 hari, Ditlantas Polda Jambi mencatat sebanyak 7.466 pelanggaran lalu lintas berupa teguran, dan 33 tilang.

Suasana jalanan yang sempit di Kota Jambi, pada waktu siang hari. (credits: Jon Afrizal/amira.co.id)

Jika dibandingkan dengan tahun 2023, mengutip JambiLine, terjadi peningkatan pelanggaran berupa teguran sebesar 27,93 persen atau 1.594. Pada tahun 2023, terdapat 5.819 pelanggaran berupa teguran, dan 51 tilang.

Sementara, mengutip data BPS pada tahun 2018 terjadi sebanyak 1.252 kejadian kecelakaan lalu lintas. Dengan; 1.761 luka ringan, 218 luka berat, 392 orang meniggal, dan kerugian material sebasar IDR 5,1 miliar.

David Kretch dalam bukunya “Individual in Society” mengatakan bahwa dalam memahami perilaku sosial setiap individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri respon interpersonalnya.

Yakni; kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu. Lalu, kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain. Dan, kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas.

Lantas, apakah hanya karena tugas di kantor, seseorang harus berkendara dengan ngebut seenaknya. Atau, hanya karena terlalu percaya diri, seseorang dapat dengan santai menggunakan knalpot racing yang bising.

Dan, ekspresi-ekpresi perseorangan itu, pada akhirnya menimbulkan kebiasaan yang khas. Kebiasaan dalam berkendara di jalanan di Kota Jambi.

Lalu, banyak orang akan berkata, “Butuh penelitian khusus untuk menyimpulkan ini.”

Yup, mari kita telaah lagi, apa yang orang biasa menyebutnya dengan, “Ehm, ini tentunya adalah persoalan kita bersama.”

Sebab, teramat sukar untuk membahas sistem. Dan, sistem sepertinya tidak ingin dimasukkan dalam bahasan ini.

Sehingga, mari kita bicara per individu saja.

Sudah seharusnya, kecelakaan lalu lintas adalah peristiwa yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Sebab dapat menimbulkan dampak yang fatal bagi korban dan keluarganya.

Mengutip laman Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub), terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan lalu lintas. Yakni; manusia, kendaraan, atribusi dan jalan, dan, lingkungan.

Sehingga, kecelakaan lalu lintas harus dapat anda dicegah sedini mungkin. Caranya, adalah dengan meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan pengguna jalan, memastikan kondisi kendaraan yang prima, dan, menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, iklim dan cuaca.

Selain itu, infrastruktur juga harus diperhitungkan.

“Hampir separuhnya rusak,” kata Jokowi, mengutip Detik, sewaktu berkunjung ke Provinsi Jambi, Selasa (16/)5) tahun 2023 lalu.

Dari 10.000 kilometer jalan kabupaten/kota di Provinsi Jambi, terdapat 4.600 kilometer dengan kondisi rusak.

Maka, setiap orang dapat saja berkata, “Yah, kita sama-sama berharap lah khan, ke depannya akan lebih baik lagi.”

Persoalan-persoalan klasik, yang terlalu klasik, bahkan untuk musik klasik sekalipun.

Mark Snyder dalam artikelnya “Personality And Social Behavior” menyebutkan bahwa perilaku sosial muncul sebagai hasil interaksi antar organisme dan lingkungannya. Sehingga, jika dikaitkan dengan manusia, maka perilaku sosial dapat ditentukan oleh karakteristik individu orang tersebut, dan situasi di mana mereka berada.

Mengutip honda-bintaro, terdapat lima etika ketika berkendara di jalan raya. Yakni; menjaga keamanan pengguna jalan, mengutamakan kesopanan dan rasa menghargai, menghindari mengemudi dengan cara multitasking, berkendara dengan tertib, dan, menghormati peraturan lalu lintas.

Sudahkah kita semua melakukan ini di jalanan Kota Jambi? Dengan lebar ruas jalan yang tidak lagi sesuai dengan volume kendaraan yang ada, dan dengan aspal yang terkelupak di banyak tempat.*

avatar

Redaksi