Mengapa Disebut “Toilet”

Inovasi

February 28, 2025

Mahendra Wisnu

Toilet dan struktur pembuangan limbah di kota Lothal, Lembah Sungai Indus, sekitar tahun 2350 SM. (credits: Wiki Commons)

“O yes, mon loup.

How much cost?

Waterloo.

Water closet.”

James Joyce – Ulysses

TOILETTE (: kain kecil) adalah kata serapan dari bahasa Prancis, sejak tahun 1500-an. Kain kecil itu disampirkan di bahu seseorang pada saat menata rambut.  

Yang pertama kali dibuktikan pada tahun 1540.

Lalu, selama akhir abad ke-17, kata toilette mulai digunakan secara kompleks untuk seluruh perawatan dandanan dan tubuh yang terpusat di meja rias. Dan juga untuk peralatan terkait dengan layanan toilet; termasuk cermin, sikat rambut, dan wadah untuk bedak dan riasan.

Penggunaan kata toilet untuk menggambarkan ruangan khusus untuk perawatan diri muncul pada tahun 1819, dengan mengikuti prasa toilet cabinet di Prancis. Yang mirip dengan ruang berbedak.

Kata toilet kemudian digunakan sebagai eufemisme untuk ruangan yang didedikasikan untuk buang air kecil dan buang air besar. Khususnya dalam konteks toilet umum, seperti di kereta api, misalnya.

Eufemisme untuk kata “toilet” yang tidak memiliki referensi langsung ke aktivitas buang air kecil dan buang air besar, ada di mana-mana dalam bahasa Barat modern. Ini sebagai cerminan sikap umum yang tidak terucapkan tentang fungsi tubuh manusia.

Praktik eufemisme ini tampaknya telah menjadi jelas setelah munculnya praktik kolonial Eropa. Yang, umumnya, mereka sering merendahkan subjek kolonial di Afrika, Asia dan Amerika Selatan, dengan sebutan: yang tidak bersih. 

Pada masa modern, untuk pertama kali di Amerika Serikat, kata toilet digunakan untuk “penggunaan perlengkapan pipa” di dalam ruangan. Yang telah menggantikan penggunaan pispot, jamban, dan kakus.

Namun, secara umum, kini, ruangan apapun bentukanhya, yang didedikasikan untuk buang air kecil dan buang air besar beserta perlengkapannya, disebut dengan: toilet.

Meskipun, perlengkapan dan ruangan, telah sepenuhnya menggantikan arti kata lainnya selama abad ke-20, terkecuali dalam bentuk “toilet”. 

Toilet umum di Ostia Antica, Roma. (credits: Wiki Commons)

Kata “bathroom” dan “restroom” digunakan oleh pengguna Bahasa Inggris Amerika, sementara kata “bathroom” dan “washroom” untuk pengguna Bahasa Inggris Kanada. Sedangkan kata “Water Closet (WC) dan “lavatory” (lav) digunakan untuk pengguna Bahasa Inggris Britania.

Jika melakukan flash back, maka budaya penggunaan toilet bukanlah murni milik dunia barat saja.

Kota Uruk di Mesopotamia, misalnya, telah memiliki toilet lubang internal paling awal pada sekitar 3200 Sebelum Masehi (SM). Mereka menggunakan pipa tanah liat, saluran pembuangan, dan toilet.

Di Mohenjo-Daro, Mesir kuno toilet dibangun di dinding luar rumah, sejak masa sekitar 2800 SM.  Toilet ini memiliki saluran vertikal, tempat limbah dibuang ke lubang pembuangan atau jalur saluran pembuangan.  

Lalu, situs arkeologi Rạch Nui di Vietnam Selatan, telah memiliki jamban pada tahun 1500 SM.

Sedangkan peradaban di Kota Lothal Lembah Indus di India barat laut dan Pakistan memiliki rumah bagi sistem sanitasi perkotaan pertama di dunia, yakni sekitar tahun 2350 SM.

Di sana, rumah-rumah yang dimiliki oleh warga kelas atas memiliki toilet pribadi. Toilet pribadi milik mereka terhubung ke jaringan pembuangan limbah tertutup.

Jaringan ini dibangun dari susunan batu bata yang disatukan dengan mortar berbahan dasar gipsum.

Jaringan ini mengalirkan air limbah ke badan air di sekitarnya atau ke lubang pembuangan limbah. Pun, lubang pembuangan limbah dikosongkan dan dibersihkan secara berkala. 

Kota Mohenjo-Daro, Mesir kuno. (credits: Google Image)

Sementara, toilet dengan menggunakan air mengalir untuk membuang kotoran juga ditemukan di Skara Brae di Orkney, Skotlandia. Wilayah ini adalah hunian pada masa 3100 SM hingga 2500 SM.

Beberapa rumah di sana memiliki saluran pembuangan yang mengalir langsung ke bagian bawahnya. Dan, beberapa di antaranya memiliki bilik di atas saluran pembuangan itu.

Jamban dalam peradaban Romawi, yang menggunakan air mengalir terkadang menjadi bagian dari rumah pemandian umum. Jamban, entah mengapa, umumnya digunakan dalam posisi duduk.

Alasannya, ketimbang ditinggikan untuk duduk, adalah lebih tepat jika posisi jamban yang ditinggikan dengan tujuan agar lebih tinggi dari saluran pembuangan terbuka yang secara berkala “disiram” dengan air mengalir.

Rumitnya, bangsa Romawi dan Yunani juga menggunakan pispot. Pispot itu mereka bawa ke acara makan dan minum. 

Jalanan Kota Roma dan Pompeii memiliki wadah-wadah besar di yang diletakan di beberapa titik. Wadah itu, adalah tempat orang-orang yang memabwa pispot membuang kotoran dari pispotnya. Selanjutnya, Urin kemudian dikumpulkan oleh petugas penampung.

Dalam sejarah, masih banyak diketahui tentang bentuk dan guna toilet yang tidak lazim, jika mengacu pada pranata masyarakat modern. Sebab, ilmu pengetahun berkembang seiiring denegan bucaya masyakarat.

Hingga, mengutip bathrooms, Thomas Crapper mengembangkan katup bola. Yakni sebuah mekanisme untuk meningkatkan pengisian tangki toilet, pada akhir abad ke-19.

Katup bola kemudian diadaptasi, dan masih gunakan pada toilet hingga saat ini.

Sangat beruntung, para penduduk dunia di abad ke-20. Di saat toilet telah menjadi bagian penting kamar mandi di seluruh rumah.

Dan, semakin banyaknya teknologi yang dikembangkan untuk kamar mandi. Mulai dari tangki air, katup yang dapat disiram, dan, bahkan gulungan tisu toilet.

Maka, toilette (: kain kecil) pun dapat berubah bentuk menjadi tisu toilet. Meskipun, secara fungsi awal, berbeda.*

avatar

Redaksi