Jambi Bertabur Hotspot

Lingkungan & Krisis Iklim

July 26, 2025

Jon Afrizal/Kota Jambi

Hotspot di Provinsi Jambi dan sekitarnya, pada 23 Juli 2025. (credits: GWIS)

SEPANJANG musim kemarau ini, yakni pada bulan Juni hingga Juli 2025, ditemukan ratusan hotspot (titik panas) di banyak kabupaten di Provinsi Jambi. Artinya, pola membakar lahan tetap terus terjadi, bahkan hingga hari ini.

Mengutip data Walhi Jambi, sebanyak 223 titik panas terpantau di 9 kabupaten pada tanggal 16 hingga 21 Juli 2025. Yakni; Batanghari (25), Sarolangun (48), Merangin (57), Bungo (7), Tebo (17), Tanjung Jabung Barat (20), Sungai Penuh (1), Muaro Jambi (41), dan, Kerinci (7)

Padahal, pada tanggal 20 hingga 26 Juni 2025, hanya terpantau 38 titik panas di 7 kabupaten saja. Yakni; Batanghari (12), Sarolangun (8), Tanjabtim (10), Merangin (8), Bungo (14), Tebo (5), dan, Tanjung Jabung Barat (13).

“Ini adalah alarm serius. Kebakaran hutan & lahan (karhutla) dapat berdampak langsung pada kesehatan, lingkungan, hingga krisis iklim,” kata Direktur Walhi Jambi, Oscar Anugrah, beberapa waktu lalu.

Sejauh ini, berdasarkan liputan pada kemaru tahun-tahun sebelumnya, titik lokasi tidak jauh berbeda dengan titik pada lokasi di tahun-tahun sebelumnya. Baik itu lahan mineral, maupun lahan gambut.

Dan, sulit untuk dipungkiri bahwa karhutla terjadi karena pembukaan lahan dengan cara membakar, yang peruntukannya adalah untuk lahan perkebunan, umumnya sawit.

Sebab, tidak ada kemungkinan atau sangat kecil kemungkinan, lahan dapat terbakar tanpa dibakar.

Sementara itu, seperti tahun-tahun sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jambi telah meminta bantuan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengatasi karhutla. Bantuan itu, sejak dari helicopter untuk water bombing hingga helikopter patroli.

“Provinis Jambi telah meminta bantuan sebanyak empat unit helikopter,” kata Gubernur Jambi, Al Haris, mengutip Detik, Selasa (22/7).

Perkiraan BMKG, musim kemarau akan berlangusng hingga tiga bulan ke depan. Dan, bukan Juli adalah puncak kemarau.

Artinya, bulan Juli memiliki curah hujan paling sedikit, jika dibandingkan bukan-bulan lainnya. Dan, sangat besar kemungkinan, jika melihat kemarau pada tahun-tahun sebelumnya, puncak musim kemarau adalah juga puncak titik panas dan titik api.

Jika terlambat mengatasi, maka, kabut asap akan kembali datang ke Provinsi Jambi.*

avatar

Redaksi