Ditemukan Bayi Gizi Buruk Di Kota Jambi

Daulat

October 19, 2024

Jon Afrizal/Kota Jambi

Ilustrasi bayi penderita gizi buruk. (credits: mims)

MALNUTRISI adalah tantangan kesehatan global yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, pada saat ini. Sebab, kondisi ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan individu saja. Tapi juga menghambat pembangunan ekonomi dan berkontribusi pada siklus kemiskinan, terutama di negara-negara berkembang.

Belum lama ini, ditemukan seorang bayi pengidap gizi buruk di Kota Jambi. Bayi perempuan, bernama Humaira yang berusia 10 bulan.

“Berat badan anak saya terus berkurang hingga 5,8 kilogram. Sekarang tulang-tulangnya terlihat. Ini terjadi telah terjadi sejak 5 bulan lalu,” kata Rita, ibu dari Humaira, mengutip jambiekspres, Minggu (13/10).

Padahal, berat badan normal balita usia 10 bulan berkisar antara 6,7 kilogram hingga 9,6 kilogram.

Keluarga Humaira bertempat tinggal di RT 29, Kelurahan Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi.

“Saya sangat khawatir melihat kondisi kesehatan bayi saya yang mengalami penurunan berat badan drastis ini,” katanya melanjutkan.

Humaira mengalami gizi buruk. Badannya sangat kurus, dan tulang-tulang di punggungnya terlihat jelas.

Menurut Rita, meskipun bayinya masih mau makan, namun tubuhnya tetap lemah dan kurang aktif.

Akibatnya, Humaira belum mampu untuk merangkak dan hanya dapat tengkurap dengan bantuan. Padahal, untuk dengan 10 bulan, umumnya telah mampu untuk merangkak dan tengkurap sendiri.

Rita juga sempat berkonsultasi dengan petugas puskesmas setempat. Namun ia belum mendapat penjelasan pasti mengenai alasan penurunan berat badan anaknya.

“Saya berharap dapat membawa Humaira untuk pengobatan lebih lanjut. Tapi, terkendala keuangan,” katanya.

Meskipun keluarga mereka terdaftar sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH), namun bantuan terakhir yang diterimanya pada bulan Mei belum juga diterima.

Malnutrisi, mengutip continentalhospitals, adalah kondisi yang terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan tubuh, yang mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan asupan energi dan zat gizi seseorang.

Kelompok yang rentan adalah anak-anak, ibu hamil, lansia, dan individu dengan penyakit kronis.

Mereka yang hidup dalam kemiskinan, daerah konflik, dan daerah dengan akses terbatas terhadap makanan bergizi juga berisiko lebih tinggi.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi, Fahmi, mengatakan berat badan Humaira telah naik menjadi 7,1 kilogram, dan tidak terkategori stunting.

Dan, harus juga dipastikan, bahwa semua warga memiliki akses kesehatan melalui Jambi Bugar atau JKN KIS.

“Bayi ini sudah memiliki kartu JKN. Dan akan dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut, terutama untuk melihat apakah ada masalah kesehatan lain yang mempengaruhi kondisinya,” katanya.

Sementara itu, Pj Wali Kota Jambi Sri Purwaningsih, mengutip jambikota, mengatakan laju pertumbuhan penduduk Kota Jambi berdasarkan Proyeksi BPS Kota Jambi Tahun 2023 telah tercapai 1,27 persen. Sehingga Pemkot Jambi pun mendukung kegiatan Program KB, agar laju pertumbuhan penduduk dan stunting itu bisa dikendalikan.

“Sebab data dari Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) per Februari tahun 2024 menyebutkan tercatat 273 anak yang beresiko stunting di Kota Jambi, katanya.

Data Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Jambi menyebutkan keluarga berisiko stunting di Kota Jambi pada triwulan II mengalami penurunan. Jika pada tahun 2023 terdata 314 keluarga, sementara di tahun 2024 ini tercatat pada data Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial adalah 273 keluarga.

Malnutrisi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Termasuk asupan makanan yang tidak mencukupi, kualitas makanan yang buruk, kurangnya akses terhadap makanan bergizi, gangguan pencernaan, penyakit kronis, dan faktor sosial ekonomi, seperti kemiskinan.

Pencegahan malnutrisi melibatkan promosi pola makan seimbang dan beragam, peningkatan akses terhadap makanan bergizi, penanganan faktor sosial ekonomi, dan penyediaan edukasi tentang gizi dan praktik kebersihan yang tepat. Intervensi dan kebijakan kesehatan masyarakat berperan penting dalam pencegahan.*

avatar

Redaksi