Vape Juga Berbahaya Bagi Kesehatan

Inovasi

April 23, 2024

Zachary Jonah

(credits : ucsf.edu)

BANYAK orang berpikir untuk beralih ke rokok elektronik sebagai gaya hidup, atau sebagai cara untuk memudahkan transisi dari rokok tradisional ke kondisi tidak merokok sama sekali. Tetapi, apakah vaping akan lebih baik bagi kesehatan dari ketimbang tembakau tradisional? Ternyata, tidak.

Mengutip hopkinsmedicine.org, rokok elektrik memanaskan nikotin yang diekstraksi dari tembakau, perasa, dan bahan kimia lainnya untuk menghasilkan aerosol  ketika dihisap.

Rokok tembakau biasa mengandung 7.000 bahan kimia, banyak di antaranya beracun. Meskipun secara pasti tidak diketahui bahan kimia apa yang terkandung dalam rokok elektrik.

“Pengguna vaping lebih sedikit terpapar bahan kimia beracun dibandingkan dengan merokok tembakau,” demikian dikatakan Michael Blaha, direktur penelitian klinis di Pusat Pencegahan Penyakit Jantung Johns Hopkins Ciccarone.

Namun, akibat lain yang lebih krusial dari vaping, adalah, telah terjadi wabah cedera paru-paru dan kematian terkait vaping.

Penelitian dari The Johns Hopkins University tentang bahan vape yang dipublikasikan pada Oktober 2021 mengungkap ribuan bahan kimia dalam produk vape yang sebagian besar belum teridentifikasi. Di antara bahan-bahan yang dapat diidentifikasi oleh tim adalah beberapa zat yang berpotensi membahayakan, termasuk kafein, tiga bahan kimia yang sebelumnya tidak pernah ditemukan dalam rokok elektrik, pestisida, dan dua perasa yang terkait dengan kemungkinan efek racun dan iritasi pernafasan.

Banyak hal yang belum diketahui tentang vaping. Termasuk bahan kimia apa yang membentuk uap itu dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan fisik dalam jangka panjang.

“Publik harus memahami bahwa rokok elektrik berpotensi berbahaya bagi Kesehatan,” katanya.

Data dari penelitian telah menunjukkan vaping berhubungan dengan penyakit paru-paru kronis dan asma, serta hubungan antara penggunaan ganda rokok elektrik dan merokok dengan penyakit kardiovaskular.

Hal terburuk, akatanya, banyak pengguna rokok elektrik mendapatkan lebih banyak nikotin dibandingkan produk tembakau yang mudah terbakar. Dimana pengguna dapat membeli kartrid  berkekuatan ekstra, yang memiliki konsentrasi nikotin lebih tinggi, atau meningkatkan volume rokok elektrik untuk mendapatkan nikotin yang lebih tinggi.

Di kalangan generasi muda, rokok elektrik, lebih populer dibandingkan produk tembakau tradisional lainnya. Menurut Survei Tembakau Remaja Nasional tahun 2021, lebih dari 2 juta siswa sekolah menengah dan menengah atas di Amerika Serikat dilaporkan menggunakan rokok elektrik pada tahun 2021, dengan lebih dari 8 dari 10 remaja itu menggunakan rokok elektrik beraroma.

Terdapat tiga alasan oenggunaan vape. Yakni banyak remaja yang percaya bahwa vaping tidak seburuk merokok. Lalu, rokok elektrik memiliki biaya per penggunaan yang lebih rendah dibandingkan rokok tradisional. Dan, kaum muda dan orang dewasa menganggap kurangnya asap rokok merupakan hal yang menarik. Karena tidak berbau, rokok elektrik mengurangi beberapa stigma terhadap rokok.

“Hal yang paling mengkhawatirkan bagi saya tentang maraknya vaping adalah orang-orang yang sebelumnya tidak pernah merokok, terutama kaum muda, kini mulai melakukan kebiasaan tersebut,” katanya.

Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Agus Dwi Susanto, mengutip Antara, mengatakan vape memiliki kandungan yang sama berbahayanya dengan rokok konvensional.

Menurutnya, baik vape maupun rokok tembakau sama-sama memiliki kandungan zat karsinogen di mana pada rokok konvensional, zat tersebut terdapat pada TAR. Karsinogen adalah zat yang memicu penyakit kanker.

“Meskipun vape tidak mengandung TAR, tetapi terdapat bahan karsinogen lainnya pada vape,” katanya.

Vape ataupun rokok tembakau, katanya, sama-sama mengandung partikel halus yang juga terdapat pada polusi udara. Jika terhirup, maka dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi dan dapat menginduksi penyakit pernapasan seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), serta risiko infeksi paru seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan radang paru atau pneumonia.

Jika uap vape dihirup setiap hari, maka akan terjadi peradangan, sel-sel akan terjadi perubahan, sehingga akan terjadi hipersensitif dan menjadi asma. Sel-sel juga berubah jadi tebal dan menjadi PPOK, terus, sel akan mengganggu kekebalan lokal akibat kuman, sehingga kuman akan mudah masuk,” katanya.

Untuk itu, katanya, adalah lebih baik untuk tidak mengkonsumsi rokok dalam bentuk apapun. Baik itu vape maupun rokok tembakau. Sebab sama-sama memiliki risiko dan berbahaya bagi kesehatan.*

“Kalau kuman mudah masuk dan bertumbuh kembang, maka akan menimbulkan infeksi dan menjadi radang, radang pernapasan, ISPA, dan radang paru atau pneumonia,” jelasnya.

Oleh sebab itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi rokok dalam bentuk apapun, baik vape maupun rokok konvensional, karena semuanya memiliki risiko dan bahaya yang sama bagi kesehatan.*

avatar

Redaksi