Ada “Ketamin” di Pods Vape

Resonansi

November 20, 2025

Farokh Idris

Ilustrasi pod vape. (credits: Pexels)

PETUGAS gabungan dari BPOM, BNN dan Bea Cukai berhasil membongkar modus penyelundupan 3 kilogram ketamin dari luar negeri yang rencananya akan diolah menjadi ribuan cartridge vape, pada pertengahan Agustus 2025 lalu. Kasus ini menjadi temuan awal yang mengkhawatirkan, karena ketamin dapat menjebak pengguna pods vape ke dalam penyalahgunaan narkotika berbahaya.

Dari hasil penelusuran, mengutip BPOM, petugas gabungan menemukan sebuah Clandestine Laboratory rumahan di wilayah Bogor Jawa Barat. Di sanalah ketamin disulap menjadi liquid vape dengan menggunakan peralatan yang sederhana.

Dalam penggerebekan, petugas mendapati 1.760 cartridge berisi cairan ketamin yang siap digunakan. Produk ilegal itu dikemas rapi menyerupai pods vape biasa, lengkap dengan aroma manis.

Adapun harga jualnya, yakni IDR 5.100.000 per boks, dengan setiap boks berisi 10 cartridge. Dimana satu cartridge ketamin dijual seharga IDR 510.000.

Ketamin adalah obat bius yang biasa digunakan dalam dunia medis, terutama untuk operasi. Sayangnya, zat ini sering disalahgunakan karena efeknya dapat membuat seseorang merasa berhalusinasi.

Jika ribuan cartridge itu sempat beredar, maka banyak orang akan dapat terjerumus tanpa pernah tahu bahwa mereka sedang mengisap vape yang mengandung obat berbahaya ketamin.

Secara farmakologis, ketamin adalah anestetik disosiatif yang bekerja dengan menghambat reseptor NMDA di otak. Dalam dunia medis, zat ini berguna untuk operasi bedah atau perawatan darurat. Namun, penyalahgunaannya menghadirkan risiko serius.

Efek jangka pendeknya, adalah; euforia semu, halusinasi, kebingungan, hingga hilang kesadaran. Sedangkan efek jangka panjang, adalah; gangguan memori, kerusakan fungsi kognitif, bahkan kerusakan kandung kemih kronis (ketamine bladder syndrome).

Tentunya, terdapat resiko adiksi, dengan toleransi yang cepat terbentuk, dan membuat pengguna terus meningkatkan dosis dengan bahaya overdosis yang fatal.

Ilustrasi liquids. (credits: Pexels)

Melihat kasus ini, tentunya bukan insiden sepele saja. Modus penyelundupan ketamin melalui pods vape menunjukkan kecerdikan jaringan narkotika dalam memanfaatkan tren gaya hidup remaja. Dengan bungkus rasa buah dan wujud cairan bening, maka zat mematikan ini dengan mudah menyusup ke kalangan pengguna rokok elektronik yang sebagian besar adalah anak muda.

Fenomena penggunaan rokok elektronik atau electronic nicotine delivery systems (ENDS) awalnya dimaksudkan sebagai alternatif rokok konvensional. Namun, dalam perkembangannya, perangkat ini tidak hanya digunakan untuk nikotin saja, melainkan juga menjadi media baru untuk mengonsumsi berbagai zat psikoaktif.

Sejumlah studi internasional memberikan gambaran bahwa penyalahgunaan vape untuk zat terlarang semakin nyata.

Sebuah survei di South London pada tahun 2015, menemukan bahwa 5,9 persen responden menggunakan ENDS untuk mengonsumsi zat rekreasional, termasuk liquid cannabis.

Lalu, sebuah studi internasional yang dipublikasikan pada Journal of Psychoactive Drugs menemukan bahwa rokok elektronik tidak lagi hanya digunakan untuk nikotin saja. Vape kini banyak dimanfaatkan untuk zat lain, mulai dari cannabinoid, kafein, kratom, hingga ketamin. Tren ini menunjukkan bahwa e-cig dapat menjadi sarana baru Drugs Other Than Nicotine (DOTNs).

Sementara di Malaysia, National Anti-Drugs Agency (NADA) berhasil menguji tiga sampel cairan vape yang mencurigakan. Hasilnya, satu sampel terbukti mengandung ketamin dengan konsentrasi tinggi, yakni sekitar 25.000 ng/mL.

Sedangkan dua sampel lain positif mengandung nikotin. Para peneliti menegaskan bahwa ketamin seringkali luput dari skrining narkotika standar, sehingga kasus penyalahgunaannya jarang dilaporkan.

Masih di Malaysia, peneliti juga mengembangkan metode berbasis Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) untuk mendeteksi narkotika dalam cairan vape. Metode ini terbukti efektif dalam mengidentifikasi berbagai zat terlarang, termasuk morfin dan THC, dengan akurasi tinggi dan tanpa efek carry-over.*

avatar

Redaksi