Sayap Kanan Di London Tolak Imigran
Hak Asasi Manusia
September 19, 2025
Astro Dirjo

Demonstrasi “Unite the Kingdom” di London, Sabtu (13/9). (credits: Reuters)
DIPERKIRAKAN sekitar 110.000 hingga 150.000 orang ambil bagian dalam gerakan protes anti-imigran “Unite the Kingdom” di London, Sabtu (13/9). Gerakan ini digagas oleh aktifis sayap kanan, Tommy Robinson.
Terjadi bentrokan antara demonstran degan petugas kepolisian. Yakni, ketika akan terjadi “pertemuan” antara pengunjuk rasa sayap kanan dengan 5.000 demonstran pro imigran di di White Hall, London.
Beberapa pengunjuk rasa bentrok dengan polisi. Sebanyak 26 petugas kepolisian dilaporkan terluka, dan 25 orang demonstran ditangkap.
“Memang benar, bahwa banyak demonstran yang menggunakan hak mereka untuk protes. Tapi, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga berniat untuk melakukan huru-hara,” kata Asisten Komisaris Matt Twist, pada sebuah pernyataan, mengutip Al Jazeera.
Sekretaris Negara untuk Departemen Dalam Negeri Shabana Mahmood juga mengutuk mereka yang telah menyerang dan melukai petugas polisi. Ia bersikeras bahwa siapa pun yang mengambil bagian dalam kegiatan kriminal akan menghadapi tuntutan hukum.
Demonstrasi “Unite the Kingdom” adalah penolakan terhadap para pencari suaka yang mereka anggap sangat membebankan Inggruis.
Para demonstran membawa bendera “Union Jack” dan “Saint George’s Cross”. Terlihat pula beberapa orang Amerika Serikat dan Israel. Beberapa dari mereka menggunakan topi ala Donald Trump, denga tulisan “Make America Great Again”.
Mereka mengkritik Perdana Menteri Keir Starmer dengan kebijakan pro imigran. Para demonstran anti imigran meneriakan kalimat: “Kirim mereka pulang”.
Tommy Robinson, atau yang dengan nama asli Stephen Yaxley-Lennon, dikenal karena pandangan anti-imigran dan anti-Islamnya. Bahkan, ia menyebut aksi demonstrasi ini sebagai “pertunjukan persatuan patriotik seperti yang tidak pernah terlihat sebelumnya”.

Polisi menangkap seorang aktivis anti-imigran, Sabtu (13/9). (credits: Reuters)
“Demonstrasi untuk kebebasan berbicara, adalah warisan dan budaya Inggris, dan bahwa migran saat ini memiliki lebih banyak hak di pengadilan, jika dibandingkan publik Inggris, sebagai orang-orang yang membangun bangsa ini,” katanya.
Demonstrasi ini diisi dengan banyak orasi dari influencer dan politisi sayap kanan dari seluruh Eropa. Umumnya, mereka menyerukan tentang bahaya migran.
Terutama terkait kekhawatiran publik tentang imigran yang tidak sah. Terlebih setelah kedatangan imigran di Selat Inggris. Diperkirakan lebih dari 30.000 imigran telah melakukan penyeberangan dari Prancis ke Inggris.
Meskipun, ada upaya dari pihak berwenang di Inggris, Prancis dan negara-negara lain di Eropa untuk menindak komplotan penyelundupan manusia. Juga, penggunaan hotel untuk mengakomodasi pencari suaka telah memicu protes, dan memuncak pada demonstrasi besar-besaran ini.
Miliarder Amerika Serikat pemilik X dan Tesla, Elon Musk, yang bergabung melalui tautan video, menyatakan apa yang terjadi saat ini, dengan banyaknya imigran, adalah kehancuran Inggris.
Bahkan, Elon Musk menyerukan pembubaran Parlemen dan pemilihan awal untuk menghapus pemerintah kiri-tengah Keir Starmer.
“Kekerasan akan datang kepadamu. Engkau harus melawan atau mati,” demikian diserukan Elon Musk kepada Keir Starmer.
Perdana Menteri Keir Starmer, mengutip ABC News, mengutuk komentar berbahaya dari Elon Musk ini. Tetapi pemerintah Inggris menolak seruan oposisi untuk memberi sanksi kepada Musk atas pernyataan tersebut.
Keir Starmer juga mengecam kekerasan pada demonstrasi “Unite the Kingdom”.
“Inggris adalah negara yang adil, toleran dan layak. Bahasa berbahaya dan inflamasi yang mengancam kekerasan dan intimidasi di jalan-jalan Inggris adalah harus ditolak,” kata Dave Pares, juru bicara Keir Starmer.
Dave Pares mengatakan pemerintah tidak memiliki rencana untuk memberi sanksi kepada Musk atas komentarnya.
Ed Davey, pemimpin Demokrat Liberal, partai terbesar ketiga di Parlemen Inggris, mendesak Kier Starmer dan pemimpin oposisi Konservatif Kemi Badenoch dan pemimpin Reformasi Inggris Nigel Farage untuk bergabung dengannya dalam bersikap.
Ed Davey mengutuk upaya Musk “untuk menabur perselisihan dan menghasut kekerasan di jalan-jalan” dan mengganggu demokrasi Inggris.
Ini bukan pertamakalinya Elon Musk, sekutu mantan Presiden Donald Trump, telah mendukung tokoh-tokoh sayap kanan dan sayap kanan di Eropa, termasuk Tommy Robinson.
Musk juga mengkritik upaya oleh Inggris dan pemerintah begara Eropa lainnya untuk menekan konten online yang berbahaya, sesuatu yang menurutnya membatasi kebebasan berbicara.*

