Yupa Kutai Diusulkan Jadi MoW Unesco

Inovasi

September 18, 2025

Jon Afrizal

Desa Kutai Lama, Kutai Kertanegara, Kalimantan TImur. (credist: Kemdikbud)

“Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon kalpataru yang memberi segala keinginan, dengan sedekah tanah yang dihadiahkan. Berhubung dengan kebaikan itulah maka tugu ini didirikan oleh para Brahmana sebagai peringatan.”  Yupa Muarakaman II

YUPA, sebagai prasasti peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantar Timur sekitar abad ke 4 M hingga 5 M, resmi diusulkan sebagai nominasi Memory of the World (MoW) UNESCO. Demikian keterangan dari Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, belum lama ini.

Yupa tidak hanya berfungsi sebagai prasasti peringatan saja. Lebih luasnya, Yupa mencerminkan peradaban awal Nusantara yang telah terbuka terhadap interaksi global,” kata Fadli Zon, mengutip Good News From Indonesia, mengungkapkan alasannya.

Terdapat tiga kriteria, mengapa Yupa diusulkan sebagai MoW UNESCO.

Yakni; tujuh Yupa yang tersimpan di Museum Nasional telah terverifikasi keasliannya, Yupa diakui sebagai warisan dunia karena memiliki arti penting bagi sejarah global, dan, sebagai prasasti batu andesit berusia lebih dari 1.600 tahun, Yupa sangat rentan terhadap kerusakan akibat pelapukan.

Pada tanggal 13 Agustus 2025 lalu, mengutip ANRI, pihak MoW Unesco telah menyerahkan lima sertifikat MOW untuk Indonesia.

Yakni; Arsip Seni Tari Jawa Mangkunegaran (1861–1944), pengusul adalah Praja Mangkunegaran & ANRI. Lalu, Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, pengusul adalah Perpustakaan Nasional RI.

Kemudian, Naskah Syair Hamzah Fansuri, pengusul adalah Perpustakaan Nasional RI bersama Perpustakaan Nasional Malaysia. Selanjutnya, Arsip Pendirian ASEAN (1967–1976), pengusul adalah ANRI bersama Arsip Nasional Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Terakhir, Surat-Surat dan Arsip Kartini: Perjuangan Kesetaraan Gender, pengusul adalah ANRI.

Dengan penambahan ini, total sebanyak 16 arsip dokumenter Indonesia telah diakui sebagai memori kolektif dunia.

Yupa, koleksi Museum Nasional. (credits: KITLV)

Yupa, mengutip Kemdikbud, digunakan untuk prasasti yang dipahatkan pada tugu atau tiang batu.

Penemuan ketujuh prasasti tersebut diawali oleh penemuan empat prasasti pada tahun 1879 di Bukit Beubus, Muara Kaman, pedalaman Sungai Mahakam di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur.

Pada tahun berikutnya keempat prasasti itu dibawa dan ditempatkan di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (“Museum Nasional” saat ini- red).

Keempat prasasti batu andesit itu diinventarisasi dengan nama D.2a, D.2b, D.2c, dan D.2d.

Masih di situs yang sama, tiga prasasti lainnya ditemukan pada tahun 1940. Ketiga Yupa itu kemudian disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D.175, D.176, D.177.

Ketujuh Yupa itu ditulis dengan aksara Pallawa Awal dalam bahasa Sansekerta.

Prasasti-prasasti itu kemungkinan didirikan oleh kaum Brahmana untuk memperingati jasa-jasa dan perbuatan mulia Mulawarman, raja kerajaan Kutai.

Ketujuh prasasti ini merupakan bukti tertulis tertua dalam sejarah kebudayaan Indonesia.

MoW, mengutip Kemdikbud, adalah “Ingatan Kolektif Dunia” yang berperan penting dalam sejarah umat manusia. Yakni sebagai pengingat agar mereka sadar akan keberadaannya dengan segala peristiwa yang dialaminya.

Selain itu, manusia juga dapat belajar banyak dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Sebab MoW yang didokumentasikan sebagai suatu warisan bersejarah dapat memperlihatkan kembali sejumlah keunikan warisan budaya dunia.

Pusaka dokumenter ini tersedia dalam perpustakaan, buku, arsip-arsip dalam museum-museum, dan tempat-tempat terjaga lainnya.

Namun, banyak juga pusaka-pusaka dokumenter yang hilang akibat penyimpanan yang tidak baik dan tidak terjaga.*

avatar

Redaksi