Wira, Pulanglah
Inovasi
April 26, 2025
Junus Nuh/Kota Jambi

Sketsa Desa Renah Kayu Embun. (credits: google photo)
WIRA (15), murid SMP N 3 Sungai Penuh, dinyatakan hilang di kawasan hutan di wilayah Pematang Gedang, Desa Renah Kayu Embun, Kecamatan Kumun Debai, Kota Sungaipenuh, Minggu (14/4). Saat itu, ia sedang berburu babi hutan.
Tapi, tidak diketahui dengan pasti, apakah Wira juga membawa serta seekor anjing pemburu, selayaknya warga desa berburu babi hutan pada umumnya.
Tim SAR gabungan pun diturunkan, serta penggunaan drone thermal untuk melakukan pencarian terhadap warga RT 05 Desa Kumun Hilir ini. Drone thermal dapat menjangkau areal radius 3 kilometer, dengan durasi terbang sekitar 45 menit.
Dengan alat yang dapat mendeteksi suhu panas tubuh ini, diharap Wira dapat ditemukan.
Namun, setelah mencari selama 10 hari lamanya, Wira tetap tidak ditemukan. Dan, pencarian dihentikan.
Pencarian kerap terhalang kondisi cuaca yang berkabut dan turunnya air hujan.
“Pencarian terhadap Wira telah dihentikan pada Rabu (23/4). Hingga pencarian hari ke-10, korban belum dapat ditemukan, dan korban dinyatakan hilang,” kata Humas Basarnas Jambi Lutfi Mulyawan, mengutip Detik, Kamis (24/4).
Ia mengatakan, operasi pencarian telah dilakukan selama 7 hari, terhitung sejak tanggal 14 April hingga 20 April 2025. Ini, sesuai dengan standard operating procedure (SOP) Basarnas.
Tetapi, karen korban belum ditemukan, maka tim menambah waktu pencarian menjadi 3 hari lagi.
Bahkan, katanya, Tim SAR telah memperluas penyisiran kawasan hutan hingga menurunkan drone thermal.
Namun, katanya, jika ada tanda-tanda terkait korban, maka tidak tertutup kemungkinan operasi SAR akan dibuka kembali.
Desa Renah Kayu Embun, dikenal dengan alamnya yang eksotik. Desa ini, karena keberadaan hutannya, adalah desa wisata.
Ini karena posisi desa sangat berdekatan dengan Bukit Barisan. Tidak jauh dari desa, adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dan desa ini, adalah peyangga TNKS.

Para penduduk Siulak Mukai, Kerinci, yang akan berburu babi hutan, sekitar tahun 1970-an. (credits: kebudayaan Kerinci)
Adapun berburu babi hutan, adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk penyelamatan tanaman dari hama. Babi hutan, disini, adalah hama yang kerap memakan dan merusak tanaman sayuran milik warga.
Berburu babi hutan, sebagai olahraga traadisi, juga dikenal di wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Jejak sejarah perburuan babi hutan, dapat ditelususri hingga era Yunani Kuno di abad ke 7 Masehi.
Di sini, umumnya, berburu babi hutan digunakan dengan bantuan seekor anjing, yang telah dilatih untuk berburu babi hutan. Masing-masing penduduk desa, umumnya memilki perliharaan seekor anjing, yang dilatih terus menerus untuk tujuan menngusir hama babi hutan.
Para peburu, pemilik anjing peburu, dalam kasanah Kerinci, biasanya disebut dengan “Jukut”. Sedangkan anjing yang terlatih untuk berburu babi hutan disebut dengan “anjing mawu”.
Ketika perburuan dilakukan, anjing akan mengejar babi hutan hingga dapat, dan ditaklukan. Lalu, si pemilik anjing peburu, akan menombak babi hutan yang ditangkap dengan menggunakan tombak yang disebut “kujo”.
Sebagai olahraga tradisional, pun berburu babi hutan kerap dipertandingkan.*

