Terkait Tarian Mirip Kaum LGBT : Sanksi Adat Menunggu

Daulat

September 12, 2023

Astro Dirjo/Kota Jambi

(: freepik)

KAMIS sore (7/9) banyak orang terperangah melihat satu grup dancers (penari) menggunakan pakaian ala perempuan, seronok, dan meliuk-liuk tubuh dengan gaya yang vulgar. Mereka adalah laki-laki.

Beberapa saat setelah tarian aneh itu dipentaskan, Laskar Pemuda Jambi Kota Seberang, mendatangi lokasi acara yakni di sebuah mall di Kota Jambi. Mereka langsung menurunkan spanduk backdrop event, dan membubarkan acara.

Publik kaget, bagaimana mungkin acara yang mengusung tema “Membangkitkan Rasa Cinta Generasi Muda Terhadap Budaya Jambi” yang dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Ormas Kota Jambi ini, ternyata menampilkan tarian yang tidak mendasarkan pada budaya Jambi.

“Kami mengutuk keras acara yang sudah dilaksanakan. Ini sama sekali tidak sesuai dengan budaya masyarakat Jambi. Dan, kami tidak akan memberikan ruang sedikitpun bagi LGBT,” demikan Hafiz Alatas, ketua Laskar Pemuda Jambi Kota Seberang.

Kontrakdisi telah terjadi. Tarian, yang walaupun hanya beberapa menit itu dianggap mempromosikan gaya hidup kaum lesbian, gay, biseksual, transjender dan intersex (LGBT).

Keesokan harinya, Jum’at (8/9),  Waliota Jambi SY Fasha angkat bicara. Ia mengaku kecolongan karena memang penampilan itu tidak sejalan dengan adat budaya Jambi.

“Jika tarian LGBT itu terbukti sengaja ditampilkan, maka event organizernya akan dicabut izinnya,” tegasnya.

Panitia pelaksana event Forum Komunikasi Ormas Kota Jambi, Putri mengatakan para penari itu tampil hanya untuk mengisi kekosongan setelah kegiatan seremonial selesai.

“Sewaktu mendaftar, mereka menggunakan pakaian laki-laki, dan bukan pakaian perempuan,” katanya.

Pihak panitia, katanya, mengaku lalai. Sebab tidak langsung menghentikan para dancers ketika sedang menari. Meskipun panitia akhirnya menegur para dancer setelah penampilan mereka selesai, tetapi tarian ajaib ini sudah kadung viral.

Banyak orang yang menonton kemudian menguploadnya di media sosial.

Masyarakat Jambi adalah masyarakat yang toleran dan cenderung asyik asyik aja. Tetapi, cara pementasan orientasi seksual yang begini tentu bertentangan dengan pranata sosial yang berlaku di Jambi.

Dengan masyarakat yang didominasi beragama Islam dan Suku Melayu, tentu amok (amuk) akan terjadi jika nilai-nilai tradisi hanya dianggap sebelah mata. Sebab terdapat ikatan erat antara agama Islam dan Suku Melayu, sejak lama.

Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Jambi pun menyatakan tarian ini sebagai tidak pantas dan merendahkan budaya Melayu Jambi.

Sekretaris LAM Kota Jambi Aswan Hidayat mengatakan, pihaknya akan meminta penjelasan panitia penyelenggara, Forum Komunikasi Ormas Kota Jambi dan Kesbangpol Kota Jambi, yang terlibat event itu.

Sanksi adat akan diberikan kepada mereka yang melanggar adat. Demikian kira-kira inti dari kalimat “meminta pejelasan” itu.

Pelanggaran atau sanksi yang biasanya diberikan bagi mereka yang dinyatakan mencemari suatu daerah wujudnya bermacam-macam. Mulai dari warga tidak akan hadir ke tempat orang yang dikenai sanksi jika ia mengadakan perhelatan atau bahkan kemalangan. Hingga diusir dari wilayah itu.

Sebab, bagi masyarakat Jambi, sanksi adat yang dijalankan oleh sosial tidak memberi tempat bagi mereka yang dinyatakan telah berbuat aib. “Celako Kampung”, begitu sebutannya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) telah mengeluarkan resolusi terhadap LGBT, yakni secara berturut-turut pada tahun 2011, 2015, 2016, 2018, dan 2019, dan Indonesia menyatakan menolak pada 2017.

Tetapi, harus juga dipikirkan secara matang hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan bagi kaum berorientasi seksual LGBT. Jika minoritas malah melecehkan budaya mayoritas, tentu sangatlah tidak patut.*

avatar

Redaksi