Menimbang Radiasi Bluetooth
Inovasi
March 4, 2025
Farokh Idris

Harald Blatand Gormsen atau Haral Bluetooth, raja Denmark dan Norwegia yanglahir sekitar tahun 935 masehi. Dari namanya, penamaan teknoogi bluetooth diambil. (credits: copenhaguequever)
BLUETOOTH, pada saat ini, telah memudahkan hidup banyak orang. Seperti; mendengarkan musik dengan menggunakan headphone, mentransfer data dari ponsel ke ponsel atau ke komputer, atau menggunakan periferal seperti keyboard, printer, atau mouse nirkabel.
Tetapi, yang tetap menjadi pertanyaan, adalah seberapa berbahaya radiasi dari bluetooth jika digunakan setiap hari.
Kantor Federal Jerman untuk Perlindungan Radiasi (BfS), mengutip gigahertz-solutions, merekomendasikan penggunaan headset saat melakukan panggilan telepon seluler. BfS menjelaskan, “Gunakan headset. Intensitas medan berkurang dengan cepat seiring jarak dari antena telepon seluler. Dengan menggunakan headset, jarak antara kepala dan antena menjadi jauh. Sehingga, kepala terpapar medan yang lebih rendah saat melakukan panggilan telepon.”
Nilai Specific Absorption Rate (SAR) adalah ukuran penyerapan energi oleh tubuh manusia. Badan Federal Perlindungan Radiasi Jerman (BfS) merekomendasikan agar tidak melebihi nilai 2 watt per kilogram (W/kg).
Sementara nilai SAR pada headset bluetooth, misalnya, secara rata-rata jauh lebih rendah daripada nilai SAR pada ponsel. Jadi, sangat masuk akal untuk menggunakan headset bluetooth saat berbicara di ponsel.
Sementara nilai SAR ponsel sekitar 0,5 – 2,0 W/kg, nilai SAR headset hanya sekitar 0,001 – 0,003 watt per kilogram.
Paparan radiasi dari aplikasi bluetooth, rata-rata lebih rendah jika dibandingkan dengan paparan radiasi dari telepon selular.
Namun, pernyataan yang lebih tepat tentang bahaya radiasi bluetooth belum berhasil untuk disimpulakn. Sebab, efek jangka panjang radiasi bluetooth terhadap kesehatan manusia belum diteliti secara kompleks.
Secara umum, adalah masuk akal untuk mengurangi penggunaan aplikasi radio seluler seminimal mungkin. Ini berguna untuk meminimalkan risiko kesehatan yang mungkin didapat, yanag bahkan belum diketahui.

Lambang Bluetooth. (credits: @Tomas Martinez Guevara)
Atas persoalan ini, maka, sangat dianjurkan untuk melakukan pencegahan terhadap dampakradiasi bluetooth bagi kesehatan pengguna. Yakni, aplikasi bluetooth harus selalu dinonaktifkan saat tidak digunakan. Dan, adalah lebih baik menggunakan koneksi kabel jika teknologi nirkabel tidak diperlukan.
“Anak-anak berisiko lebih tinggi untuk terpapar radiasi elektromagnetik, karena memiliki kepala kecil dan tengkorak yang lebih tipis. Jadi mereka dapat memiliki paparan medan elektromagnetik yang lebih tinggi,” kata Santosh Kesari, neuro-onkologis dan ketua departemen neurosains translasi dan neuroterapi di John Wayne Cancer Institute di Santa Monica, California, Amerika Serikat, mengutip klikdokter.
Sehingga, katanya, jika merencanakan panggilan telepon dalam durasi lama, alternatif paling aman adalah dengan menggunakan fitur handsfree di ponsel.
Sebanyak 247 ilmuwan dari 42 negara, mengutip Healthline, menyatakan keprihatinan mereka tentang efek kesehatan yang terkait dengan paparan medan elektromagnetik (PME) yang dipancarkan dari perangkat nirkabel, termasuk juga bluetooth headphone. Mereka pun memperingatkan bahwa risiko kesehatan potensial dari PME cukup kronis.
Termasuk; kanker, kerusakan genetik, gangguan neurologis, defisit belajar dan memori, serta gangguan reproduksi.
Atas dasar ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan PBB mengeluarkan peraturan yang lebih ketat terkait paparan medan elektromagnetik dari perangkat nirkabel. Tujuannya agar setiap orang dapat lebih terlindungi dari dampak kesehatan yang berpotensi berbahaya.
Sehingga, kurangi penggunaan bluetooth, selagi bisa.*

