Menguak Nenek Moyang Bangsa-Bangsa Nusantara
Budaya & Seni
December 27, 2024
Jon Afrizal

Seorang pria Nias sedang menarikan Tari Perang. (credits: Wiki Commons)
SAINS Genetika dan Antropologi diketahui telah dapat melacak siapa nenek moyang bangsa-bangsa di Nusantara. Herawati Sudoyo, ahli genetika dari Biomolekular Eijkman Institut telah membuktikannya melalui tes DNA untuk mengetahui saripati genetik pada dirinya.
Mengutip indonesia.go.id, Herawati mengatakan kawasan Indonesia sudah dihuni oleh para leluhur yang datang sejak 60 ribu tahun lalu. Temuan ini jauh lebih lama dari teori-teori usang yang kerap dijejali dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah, yang biasanya menyebut masa 4.000 tahun lampau.
Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil riset genetik, diketahui bahwa asal-usul manusia di bumi berasal dari Afrika, yang menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, melalui daratan Cina hingga menuju Australia.
Tidak hanya memakai metode genetika, Herawati juga menganalisa sebaran bahasa, budaya dan temuan-temuan arkeologi untuk menguatkan hasil temuannya.
“Sebanyak 3.000-an orang Indonesia dari 13 pulau dan 80 komunitas telah menjadi sampel analisa DNA yang diinisiasi oleh lembaga Eijkman,” katanya.
Genetik orang Indonesia, katanya, sangat beragam. Ini terjadi berkat pembauran dari beragam genetika.
Pembauran gen itu menjadi jawaban mengapa kedekatan geografis tidak serta-merta menghasilkan kedekatan genetik suatu etnis.
Seperti, katanya, genetik orang di timur Indonesia ternyata lebih dekat dengan orang-orang di kawasan Samudera Pasifik. Sedangkan orang di barat Indonesia, lebih dekat ke kawasan Asia Tenggara.
Begitu pula genetik orang Nias dan Mentawai lebih dekat dengan Formosa (suku asli Taiwan).
Meski secara geografis Nias dan Mentawai dekat dengan orang Sumatra, tetapi sama sekali tidak ada hubungan secara DNA. Malahan, katanya, Orang Nias justru bertalian darah dengan penduduk Taiwan, yang terpaut jarak 3.500 kilometer ke arah timur laut.
Begitu juga Orang Batak Toba dan Batak Karo, termasuk juga orang Melayu, ternyata punya pertalian darah dengan orang India. Sangat dimungkinkan jika riset ini diteruskan, maka akan terungkap kerekatan pertalian darah antara Batak dan Melayu dengan India.
“Sains genetik telah membuka cakrawala berpikir kita soal migrasi leluhur Indonesia dan sebarannya,” katanya.

Sejumlah pemuka agama duduk mengelilingi bangunan yang dilapisi tekstil saat festival panen di Kumun, Kerinci sekitar tahun 1900. (credits: Tropen Museum)
Temuan riset genetika dapat dimanfaatkan untuk memperkaya dan menopang pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Terutama bagi generasi millenial yang punya rasa penasaran tinggi.
Hasil riset arkeologi juga menunjukkan, migrasi manusia pertama kali terjadi di Sumatra sekitar masa 12.000 hingga 8.400 tahun lampau. Dan migrasi pertama ditemukan di Nias.
Identifikasi dilakukan pada tulang kaki gajah, batu, dan tengkorak manusia.
Sedangkan migrasi kedua terjadi di Gayo sekitar 4000 tahun lalu. Sedangkan migrasi gelombang ketiga diperkirakan terjadi 3000 tahun lalu. Dan gelombang keempat terjadi sekitar 1000 tahun lalu hingga 1 Masehi ketika budaya dongsong (perunggu) berkembang pesat di Asia Tenggara.
“Setidakya telah terjadi lima migrasi di Sumatra,” kata Ketua Balai Arkeologi Sumatera Utara, Ketut Wiradnyana.
Dengan temuan riset genetik dan hasil penggalian arkeologi terbaru, generasi millenial tidak lagi semata hnaya belajar dari teks-teks kuno. Tetapi juga dari hasil penelitian, uji laboratorium, berbagai kajian, uji forensik, kedokteran.
Ichwan Azhari, Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan mengatakan, berdasarkan riset genetik dan arkeologi itu pula, dengan sendirinya teori Deutro dan Proto Melayu yang hingga kini masih diajarkan di sekolah-sekolah kita telah runtuh.
“Kolaborasi sains genetika, arkeologi, dan biologi serta ilmu lainnya efektif menopang ilmu sejarah,” katanya.
Asal usul dan persebaran nenek moyang bangsa-bangsa di Nusantara, sebagaimana kerap di pelajari di pelajaran sejarah di sekolah-sekolah, terdapat lima teori pendukungnya.
Mengutip Kompas, Teori Yunnan menjelaskan terdapat tiga jalur migrasi nenek moyang bangsa Indonesia, yaitu Melanesoid (70.000 Sebelum Masehi), Proto Melayu (2500 Sebelum Masehi), dan Deutro Melayu (1500 Sebelum Masehi).
Lalu, Teori Out of Taiwan, menjelasakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan, bukan China. Diperkirakan mereka datang dari Taiwan melalui Filipina sekitar tahun 4.500 – 3.000 Sebelum Masehi.
Lalu, antara tahun 3500-2000 Sebelum Masehi, mereka bermigrasi ke Indonesia lewat Sulawesi dan menyebar ke seluruh pelosok Nusantara.
Kemudian, Teori Nusantara, yang mengemukanan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari luar. Teori ini juga mengatakan bahwa bangsa Melayu merupakan bangsa dengan peradaban tinggi. Selain itu, ada pula kemungkinan orang Melayu merupakan keturunan dari Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Selanjutnya, Teori Out of Africa yang menjelaskan bahwa satu jenis manusia purba, yaitu Homo Sapiens, diperkirakan muncul sejak 120.000 tahun yang lalu, adalah spesies manusia modern yang merupakan nenek moyang bangsa Indonesia.
Teori terakhir, Teori Menurut Para Ahli, dimana Moh Ali berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol, dan, Prof H Kroon meyakini bangsa Indonesia berasal dari daerah China Tengah.
Kemudian, Prof. Moh Yamin mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia. Selanjutnya, Von Heine-Geldern mengemukakan bangsa Indonesia berasal dari Campa, Cochinchina, dan Kamboja.
Berikutnya, Dr. Brandes menyatakan suku-suku yang mendiami kepulauan di Indonesia memiliki kesamaan dengan orang-orang yang tinggal di daerah sebelah utara Formosa (Taiwan), sebelah selatan Jawa dan Bali, dan sebelah timur hingga ke tepi barat Amerika.
Terakhir, Hogen berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Sumatera.*

