Mengapa Kolonial Belanda Mempelajari Antropologi Budaya
Budaya & Seni
October 4, 2025
Jon Afrizal

Ilustrasi budaya Islam. (credits: Pexels)
ANTROPOLOGI Budaya, sebagai perkembangan dari Antropologi, pada saat ini berusaha memahami kompleksitas persoalan gender, penggunaan media sosial, kebiasaan makan, gerakan keadilan sosial, hubungan perburuhan, atau ekspresi keagamaan.
Namun, jauh sebelum saat ini, antropologi sebagai ilmu yang mengkaji tentang manusia, baik manusia sebagai makluk biologis maupun sebagai makluk sosial, pernah digunakan oleh Orang Eropa untuk kepentingan kolonialisme di Nusantara.
Dr. C. Snouck Horgrougne, dapat saja disebut sebagai ahli antropologi budaya yang dikenal luas di Indonesia. Ia berusaha memahami sendi-sendi kehidupan manusia di Indonesia, dengan sudut pandang keilmuannya. Aceh, adalah satu budaya yang ditelitinya, dan catatan-catatannya kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku berjudul De Atjehers (Orang Aceh).
Seperti diketahui umum, budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi, meskipun tidak turun temurun. Sehingga, melalui Antropologi Budaya, yang adalah cabang dari ilmu antropologi, maka variasi kebudayaan pada manusia atau kelompok manusia dapat diketahui.
Mungkin saja, Snouck Horgrougne adalah penasehat pemerintah Hindia Belanda untuk berbagai urusan terkait kesukuan di Nusantara, terutama di Pulau Sumatera. Ia berusaha menjembatani “kepentingan” antara dua kelompok: Pemerintah Kolonial dan warga lokal.
Namun, yang harus digarisbawahi, bahwa ia bekerja untuk Pemerintah Kolonial Belanda. Pun, ia masuk ke Aceh dengan berbagai cara, tentunya termasuk: menyamar.

Ilustrasi Lingkaran budaya. (credits: ere)
Karena itu semua, di kalangan akademisi, Snouck Horgrougne kerap dinyatakan sebagai sosok yang kontroversial. Ia berdiri dipersimpangan: kepentingan ilmu pengetahuan dan kepentingan kolonialisme.
Dan, sebagai kolonial, pemerintah kolonial Belanda tentu memiliki kepentingan praktis. Sehingga, menurut mereka, terciptalah dua kelompok manusia: penjajah dan dijajah.
Dengan memahami masyarakat dan budayanya, maka kelemahan dari suatu masyarakat pun dapat dipahami oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Sehingga, kolonialisme dapat dipertahankan atau jika mungkin, dapat diperluas.
Aceh, adalah satu contoh wilayah yang kemudian dapat ditaklukan kolonial Belanda. Dengan berusaha memahami budaya masyarakat Aceh dan Islam, maka tidak dapat dipungkiri, Snouck Horgrougne punya “catatan khusus” tentang wilayah Aceh.
Snouck Hurgronje, mengutip buku Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia, berhasil masuk ke dalam wilayah Aceh pada Juli 1891. Sejak Mei 1892, Snouck Hurgronje telah membuat laporan penelitiannya, dalam bentuk tertulis kepada pemerintah Belanda.
Terlepas dari apakah Snouck Horgrougne memiliki niat pribadi untuk memperpanjang kolonialisme Belanda ke wilayah ini atau tidak, tapi yang jelas, Kesultanan Aceh berhasil ditaklukkan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1903.
Dan, dalam catatannya, Snouck Horgrougne menyebutkan bahwa pemerintah kolonial Belanda “sangat bertanggungjawab untuk membawa peradaban kepada bangsa-bangsa Timur”. Tentunya, dengan arti sederhana: mengubah kebudayaan lokal sesuai dengan makna kebudayaan bagi kolonialisme Belanda.
Meskipun, Indonesia telah mencatat bukti lain, terkait Perang Aceh yang berlangsung sekitar 70 tahun, yakni dari Maret 1873 hingga Maret 1942. Dan, Perang Aceh dapat disebut sebagai perang yang tidak seutuhnya dimenangkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Secara teori ilmu, Antropologi Budaya tidak mengandung maksud jahat. Hanya saja, dalam praktek, kemudian, Antropologi Budaya digunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan kolonialisme di wilayah Nusantara.
Secara keilmuan, Antropologi Budaya bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah dan penyebaran kebudayaan manusia. Dengan tambahan, untuk memperluas wawasan tentang keragaman fisik dan budaya manusia atau kelompok manusia.
Tujuannya, adalah untuk meningkatkan pengertian antarbudaya di dunia yang semakin terhubung pada saat ini.
Sehingga, berbeda dengan praktek kolonialisme di era lampau, pada saat ini Antropologi Budaya juga dapat digunakan untuk memahami pola perilaku manusia secara universal dan khusus. Juga termasuk peran dan masalah-masalah yang dihadapi suatu kelompok masyarakat, berikut juga pemecahan masalahnya.*

