Keberuntungan Di Tahun Baru
Budaya & Seni
December 31, 2024
Zachary Jonah

Lengkungan Janus (Ianus Quadrifons) pada kuil Ianus Geminus, di tepi timur laut Forum Boarium. (credits: Ancient History)
PADA tahun 46 Sebelum Masehi (SM), Julius Caesar menetapkan tanggal 1 Januari sebagai hari pertama dalam setiap tahunnya. Penetapan tanggal ini, adalah karena penanggalan kalender selama berabad-abad tidak lagi selaras dengan matahari.
Kalender Romawi kuno terdiri dari 10 bulan dan 304 hari, dengan setiap tahun baru dimulai pada titik balik musim semi.
Julius Caesar, sewaktu itu, berkonsultasi dengan para astronom dan matematikawan terkemuka pada masanya. Hasilnya, Caesar, kemudian, memperkenalkan kalender Julian.
Kalender ini sangat mirip dengan kalender Gregorian yang lebih modern. Selanjutnya, kalender Julian pun digunakan di hampir seluruh negara di seluruh dunia saat ini.
Kalender Julian menempatkan Januari sebagai bulan pertama setiap tahunnya. Kata “Januari” berasal dari kata ianuarius, yang berarti: bulannya dewa Janus. Janus adalah dewa awal mula Romawi, ayah dari Zeus.
Janus adalah “dewa gabungan” yang dikaitkan dengan pintu gerbang, awal mula, dan transisi. Dewa yang biasanya ditampilkan sebagai sosok berwajah dua ini, untuk menjelaskan perspektif dalam melihat masa depan dan masa lalu secara bersamaan, dan mewujudkan sistem bilangan biner.
Janus adalah dewa langit awal, dan penguasa Latium dalam mitologi. Ia bertanggungjawab atas Zaman Keemasan dan membawa uang serta pertanian ke daerah itu. Ia dikaitkan dengan berkembangnya perdagangan, aliran sungai, dan mata air.
Mengutip Histoy, bangsa Romawi kala itu merayakan pergantian tahun dengan cara mempersembahkan korban kepada Janus. Mereka juga saling bertukar hadiah, menghiasi rumah mereka dengan cabang pohon salam, dan menghadiri pesta perayaan pergantian tahun.
Di era modern, pada tahun 1582.Paus Gregorius XIII menetapkan kembali tanggal 1 Januari sebagai Hari Tahun Baru.
Perayaan pergantian tahun di banyak negara, memiliki keunikan dan mencerminkan tradisi masing-masing.
Mengutip Afar, perayaan di Spanyol, Portugal, dan sebagian besar Amerika Latin, dirayakan dengan makan bersama kerabat dan keluarga, yang biasa disebut dengan: menyantap makanan keberuntungan.

Pohon delima diyakini berasal dari Yunani. Dalam mitos Yunani kuno, Delima melambangkan kesuburan dan kelimpahan. (credits: Unsplash)
Dengan menu utama; 12 buah anggur atau kismis. Dan di Italia, tradisi makan bersama ini diutamakan dengan; 12 sendok lentil, masing-masing satu sendok dari 12 lonceng jam di tengah malam pergantian tahun.
Sementara Orang Prancis menyambut Tahun Baru dengan setumpuk panekuk. Orang Jerman lebih suka marzipan. Sedangkan di Belanda, orang makan donat dan makanan lain yang berbentuk cincin.
Orang Estonia, terutama kaum pria, berpesta makan sebanyak bilangan tujuh, sembilan, atau bahkan 12 kali pada malam tahun baru. Karena mereka percaya untuk setiap makanan yang dikonsumsi, setiap orang akan memperoleh kekuatan sebanyak jumlah pria pada tahun berikutnya.
Di seluruh Amerika Selatan, masyarakat memiliki tradisi memakan sawi hijau dan kacang polong hitam untuk keberuntungan dan kemakmuran pada hari tahun yang baru. Faktanya, sawi hijau dipilih karena warna hijaunya, sebagai perlambang uang.
Orang Irlandia akan memukul-mukul dinding luar rumah mereka dengan roti. Dengan tujuan untuk mengusir nasib buruk dan roh jahat serta memulai tahun dengan rumah yang bersih dan tanpa noda.
Pada pesta makan malam, tak lupa, mereka juga telah menyiapkan piring tambahan di meja makan. Yang ditujukan sebagai penghormatan terhadap orang-orang terkasih yang telah tiada pada tahun sebelumnya.
Orang Yunani mengenal Podariko (: kaki yang baik), yang bertujuan untuk membawa keberuntungan di awal tahun. Sebelum liburan, setiap rumah tangga akan menggantung buah delima di pintu rumahnya. Cara ini dianggap sebagai tanda keberuntungan, kemakmuran, dan kesuburan yang akan masuk dari pintu rumah mereka.
Pada malam tahun baru tepat sebelum tengah malam, semua orang akan mematikan lampu dan meninggalkan rumah. Lalu, mereka dapat mengirim orang yang beruntung untuk menjadi orang pertama yang masuk kembali ke rumah, dengan kaki kanan terlebih dahulu.
Jika dilakukan dengan benar, hal itu akan membawa keberuntungan bagi keluarga untuk tahun yang baru.
Setelah itu, orang kedua akan mengambil buah delima di tangan kanan mereka dan membantingnya ke daun pintu. Tujuannya untuk melihat seberapa besar keberuntungannya.
Cara mengetahuinya adalah: semakin banyak biji berair yang tumpah, maka akan semakin banyak keberuntungan yang akan dibawa tahun yang baru.
Sementara di Kuba, orang-orang secara simbolis berusaha mengumpulkan seluruh roh jahat dan energi negatif dari 365 hari terakhir di rumahnya. Lalu membuangnya langsung ke luar pintu depan.
Penduduk di sana menggunakan ember-ember, yang cenderung berisi air kotor. Ember-ember itu, kemudian, yang beterbangan melayang keluar dari rumah-rumah selama hitungan mundur menuju tengah malam.
Sedangkan di sebagian besar negara-negara berbahasa Jerman di Eropa, serta Finlandia, Bulgaria, Republik Ceko, dan Turki, terdapat tradisi untuk memanaskan dan mencairkan potongan-potongan kecil timah. Lalu timah-timah cair itu dilemparkan ke dalam air dingin.
Dengan tujuan untuk memprediksi kondisi pada tahun yang baru berdasarkan bentuk yang terbentuk. Misalnya, jika terbentuk sebuah bola, itu artinya keberuntungan akan berpihak kepadanya.*

