Fukushima Lepaskan Air Radioaktif Ke Samudra Pasifik
Lingkungan & Krisis Iklim
March 2, 2024
Zachary Jonah
Kematian Akibat Ledakan Reaktor Nuklir Fukhushima, 11 Maret 2011. (: activistpost)
PEMBANGKIT listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi di Jepang kembali membuang air radioaktif yang telah diolah ke laut pasifik, Rabu, 28 Februari 2024. Pembuangan ini telah terjadi sejak Agustus 2023 lalu.
Mengutip Kyodo News , operator pembangkit listrik Tokyo, Electric Power Company Holdings Inc. (TEPCO), mengatakan bahwa pembuangan air radioaktif ini akan berlanjut untuk 17 hari ke depan. Dan, TEPCO menekankan bahwa pelepasan air ini sudah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah dan perusahaan utilitas.
Pada pekan lalu pemerintah Jepang telah mengeluarkan peringatan keras kepada TEPCO setelah terjadinya kebocoran air yang terkontaminasi dari PLTN Fukushima Daiichi. Sebab tindakan TEPCO yang mulai membuang air radioaktif yang telah diolah ke lautan pada Agustus lalu telah memicu kritik keras dari negara terdekat.
China, merupakan konsumen ikan impor asal Jepang, tetapi acap menjadi rival Jepang. Kini China memberlakukan larangan menyeluruh terhadap impor makanan laut dari Jepang.
PLTN Fukushima memiliki lebih dari 1 juta ton air limbah radioaktif yang telah diolah, dan akan dibuang dalam proses selama 30 tahun. TEPCO menyatakan, pada putaran keempat yang berlangsung hingga 17 Maret mendatang, mereka akan membuang sekitar 7.800 ton air olahan dari jarak 1 kilometer lepas pantai melalui terowongan bawah laut setelah diencerkan dengan air laut.
Pada tiga tahap pembuangan sebelumnya; yakni pada Agustus, Oktober dan November 2023. Secara total, lebih dari 31.000 ton air radioaktif berintensitas sedang dilepaskan selama tahun fiskal 2023 yang berakhir pada 31 Maret mendatang.
Mengutip AP, pemerintah Jepang dan TEPCO menyatakan bahwa air radioaktif ini aman dan prosesnya dipantau oleh Badan Energi Atom Internasional.
TEPCO telah menerbangkan drone di dalam satu reaktor yang rusak di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi Jepang pada hari Rabu, (28/2). Tujuannya adalah untuk memeriksa beberapa puing bahan bakar cair di area yang sebelumnya tidak dapat dijangkau oleh robot.
Tetapi tujuan utamanya adalah pemerintah Jepang ingin memfilmkan bagian bawah inti untuk mengetahui bagaimana bahan bakar yang terlalu panas menetes ke sana pada tahun 2011 lalu. Yakni pada tahun dimana reaktor nuklir ini meledak akibat gempa bumi dan tsunami.
Pada ledakan tanggal 11 Maret 2011 ini, sebuah laporan disebutkan ledakan ini telah mengakibatkan sekitar 1.600 kematian. Jika menurut teori ambang batas radiasi ambang batas linier, yang akan diakibatkan oleh kecelakaan itu diperkirakan sekitar 130 hingga 640 orang di tahun dan dekade ke depan.
Kebocoran PLTN Fukushima disebut sebagai yang terburuk sejak peristiwa meldaknya PLTN Chernobyl di Uni Soviet pad 26 April 1986. Ledakan ini menyebabkan 350.000 orang penduduk menjadi pengungsi pada dekade 1986 hingga 2000.
Hasilnya, sekitar 880 ton bahan bakar nuklir leleh yang sangat radioaktif masih tersisa di dalam tiga reaktor yang rusak. Para kritikus mengatakan target pembersihan dalam jangka waktu 30 hingga 40 tahun yang ditetapkan oleh pemerintah dan TEPCO terlalu optimis. Kerusakan di setiap reaktor berbeda-beda, dan rencana perlu mengakomodasi kondisinya.
Tujuan TEPCO adalah menghilangkan sejumlah kecil puing-puing yang meleleh dari reaktor nomor 2 yang paling sedikit kerusakannya sebagai uji coba pada akhir Maret dengan menggunakan lengan robot raksasa. Ia terpaksa menunda karena kesulitan mengeluarkan deposit yang menghalangi masuknya.
Mengutip DW, TEPCO dan pihak lain terus memantau kadar tritium dalam air laut dan produk perikanan, yang sejauh ini berada jauh di bawah standar yang ditetapkan pemerintah. Rencana pembuangan air radioaktif ini telah disetujui oleh pemerintah Jepang beberapa tahun lalu. Pembuangan air radioaktif ini dinilai krusial dengan tujuan menonaktifkan PLTN ini.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang bertindak sebagai lembaga pengawas nuklir PBB, juga telah menyataan “OK” untuk rencana itu. IAEA menyatakan rencana ini telah memenuhi standar internasional dan dampaknya terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan.
Pemerintah Jepang memastikan bahwa pembuangan air radioaktif ini aman. Air radioaktif disaring untuk menghilangkan sebagian besar unsur radiokatif kecuali tritirum, sebuah isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air. Air yang diolah akan diencerkan jauh di bawah tingkat tritium yang disetujui secara internasional sebelum kemudin dilepaskan ke Samudra Pasifik.*