Cathaysialand Di Geopark Merangin

Lingkungan & Krisis Iklim

June 2, 2024

Jon Afrizal/Bangko, Merangin

Fosil Araucarioxylon, atau tumbuhan runjung yang membatu dengan usia sekitar 296 juta tahun di Geopark Merangin. (credits: unesco)

BEBERAPA waktu lalu, pada sebuah perjalanan liputan, telah membawaku, kembali, ke kota “tiga jalur jalan raya”. Kota Bangko. Tetapi, bukan itu project-nya.

Kita akan membahas sesuatu “yang lebih serius” dari itu. Pernah terpikirkan, bagaimana sekumpulan flora, kemudian membatu dan berubah menjadi fosil?

Bukan, kita tidak sedang bicara soal gali-menggali energi. Ini, adalah “sesuatu yang sangat serius” dan sekaligus menarik untuk dibicarakan.

Kota Bangko, sebelumnya adalah bagian dari Dati II Sarolangun Bangko (Sarko), kini telah dimekarkan menjadi Kabupaten Merangin. Kota yang berada di jalur Jalan Lintas Tengah Sumatera (JLTS) di Provinsi Jambi.

Merangin, memiliki Geopark Merangin, yakni sebuah rumah bagi flora yang telah membatu dan berubah menjadi fosil, seperti yang kita bicarakan diawal tulisan ini.

Mengutip unesco, Geopark Merangin berkontribusi terhadap pemandangan menakjubkan, yang memiliki kepentingan konservasi yang signifikan dan diakui sebagai bagian dari properti Warisan Dunia yang dikenal sebagai Hutan Hujan Tropis Sumatera. Kawasan ini dihuni oleh lebih dari 4.000 spesies tumbuhan dan 372 spesies hewan, termasuk beberapa spesies yang terancam punah, seperti harimau sumatera

Wow.

Menurut geopark.meranginkab, secara keseluruhan, area Geopark Merangin memiliki luas sekitar 4.832,31 kilometer persegi. Secara administratif, kawasan ini berada di 12 dari 24 kecamatan di Kabupaten Merangin, dimana 131 desa/kelurahan masuk ke dalam wilayah geopark.

Geopark Merangin membentang sekitar 121 kilometer dari timur ke Barat dan sekitar 117 kilometer dari utara ke selatan. Rute jalan utama di bagian rute selatan-utara dengan panjang sekitar 80 kilometer, dan bagian rute timur-barat dengan panjang sekitar 140 kilometer. Selanjutnya, bagian rute darat untuk menempuh kawasan Gunung Masurai dengan jarak 112 kilometer.

Gunung Masurai memiliki ketinggian 2.900 mdpl.

Atraksi geologi utama di geopark ini adalah endapan fosil tumbuhan Permian, yang berusia sekitar 252 hingga 299 juta tahun. Endapan ini berasal dari sisa Cathaysialand, yakni sebuah benua mikro yang terpisah dari Gondwana selama periode Permian dan kemudian terpecah menjadi daratan Tiongkok Utara dan Tiongkok Selatan.

Selama periode Devonian, wilayah Tiongkok Selatan dan Indochina terpisah dari Gondwana dan akhirnya bertabrakan selama Zaman Karbon, telah membentuk superterrane di Permian.

Geopark Merangin menyimpan bukti pecahan Cathaysialand ini. Dan juga termasuk fosil Araucarioxylon dan Agathoxylon. Geopark ini memiliki fosil flora uniknya, spesimen terakhir dari jenisnya yang tersisa dan terekspos di dunia.

Fosil Araucarixylon terdapat di lingkungan sedimen danau dan disertai dengan fosil daun dan fosil Fusulina laut dangkal. Menariknya, fosil-fosil ini ditemukan dalam hubungan stratigrafi dengan produk vulkanik seperti; aglomerat dan lava basaltik. Keduanya diyakini berasal dari Zaman Karbon Akhir atau Karbon Pennsylvania pada sekitar 303 juta tahun yang lalu, di kawasan Palaeovolkanik Karing.

Selain itu, Geopark Merangin memiliki gua-gua karst dari Formasi Mersip Peneta, yang berasal dari periode Jurassic hingga Cretaceous pada sekitar 164 hingga 100 juta tahun yang lalu.

Gua-gua ini, yang terletak di wilayah barat laut, yang merupakan contoh dari proses geologi yang dihasilkan dari subduksi Lempeng Ngalau ke arah dataran Sumatra Barat, yang dikenal sebagai “Cathaysialand”, dan berlanjutnya obduksi Busur Woyla pada awal Kapur Akhir pada 100 juta tahun yang lalu.

Gua-gua di kawasan karst ini merupakan tempat penelitian arkeologi yang penting, karena telah ditemukan artefak-artefak yang mewakili zaman Mesolitikum.

Selain itu, geopark ini memiliki kawasan dataran tinggi di bagian baratnya, termasuk Kompleks Vulkanik Masurai pada periode Kuarter. Wilayah ini menampung kaldera terakhir yang diketahui di Pulau Sumatera dan di Indonesia.

Kompleks Vulkanik Masurai terhubung dengan Sistem Sesar Sumatera dari segmen Dikit yang aktif sejak zaman Miosen Tengah dan berlanjut hingga saat ini.

Saat ini, Geopark Merangin telah menjalin kerjasama dengan masyarakat lokal. Dengan tujuan untuk mengadvokasi pembangunan berkelanjutan, mendorong keadilan dan kemakmuran, menjaga warisan budaya, dan mempromosikan pengetahuan adat, yang berfungsi sebagai warisan ilmiah yang berharga.

Sebab Geopark Merangin berfungsi sebagai platform untuk mempelajari masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Geopark Merangin mendukung keberadaan masyarakat adat yang mewarisi hutan tradisional dan praktik pertanian ramah lingkungan. Dengan tujuan untuk melestarikan sumber air dan kesuburan tanah.

Mereka juga berpartisipasi aktif dalam mengatasi perubahan iklim secara proaktif. Tentunya dengan mengembangkan sumber energi mikrohidro yang berkelanjutan.

Sila datang ke Geopark Merangin. Sambil menikmati kopi robusta yang hitam pekat, dan mendaki sepinya Gunung Masurai yang diselimuti misteri.*

avatar

Redaksi