Anjlok, Investasi Emas Belum Aman

Ekonomi & Bisnis

May 31, 2025

Saraswati Dupasmara

Mesin dompeng, alat yang kerap digunakan dalam pencarian emas illegal. (credits: Jon Afrizal/amira.co.id)

HARGA emas Antam (PT Aneka Tambang Tbk) turun sebesar IDR 28.000, pada Rabu (28/05), dari IDR 1.923.000 per gram menjadi IDR 1.895.000 per gram. Demikian laman Logam Mulia.

Sedangkan buyback price (harga jual kembali) emas batangan pun ikut turun menjadi IDR 1.739.000 per gram. Padahal, pada bulan April lalu, level harga jual Kembali sempat menembus titik tertinggi sebesar IDR 1.888.000 per gram, atau turun sebesar IDR 149.000.

Tren penurunan emas Antam, mengutip bloombergtechnoz, tidak terlepas dari dua hal variabel utama penggerak. Yakni; harga emas dunia, dan kurs dolar AS.

Saat ini, harga emas dunia merosot tajam menjadi USD 128 per troy ounce. Padahal, 6 Mei lalu, tercatat pada angka USD 3.431 per troy ounce.

Penurunan harga emas global ini terjadi pada saat gairah investasi di pasar global kembali bangkit. Gairha ini membaik seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang antara Tiongkok dan AS.

Ketika ketegangan turun dan ketidakpastian juga berkurang, maka investor akan keluar dari aset safe haven seperti emas. Dan, investor akan kembali menyerbu aset-aset berisiko, seperti; ekuitas dan aset lain yang lebih memberi yield menarik.

Ilustrasi emas batangan motif batik Bokor Kencono sebagai sebagai simbolisme kewibawaan dan kebijaksanaan bagi pemakainya. (credits: Logam Mulia)

Sedangkan kurs dolar AS di Indonesia juga makin lemah. Rupiah telah menguat sebesar 3,64 persen dari level terlemah sepanjang sejarah, pada 9 April lalu.

Pelemahan dolar AS membuat harga jual emas Antam ikut terpangkas karena BUMN tambang itu menjual emas dalam satuan gram, dan rupiah yang didapatkan dari konversi troy ounce dan dolar AS.

Ketika dua permasalah utama ini terjadi, dimana kurs dolar melemah di pasar domestik, dan harga emas dunia juga turun, maka harga emas Antam pun menjadi lebih murah.

Faktor utama yang membuaut harga emas meninggia pada April lalu, tentu tidak dapat diukur tanpa melihat eskalasi perang dagang akibat tarif Trump. Namun, jeda penerapan tarif resiprokal AS terhadap puluhan negara di dunia, termasuk Indonesia, akan berakhir pada awal Juli ini.

Sehingga, jika eskalasi kembali terjadi lagi, maka selera investasi pun kembali menurun, dan modal global akan kembali bermain aman. Maka, ada harapan bahwa harga emas akan kembali naik.

Pun, demikian jika indikasi inflasi AS menurun, sebagai acuan perekonomian terbesar di dunia, maka maka harga emas akan diuntungkan. Sebab, prospek pemangkasan bunga acuan Federal Reserve akan membesar dan menurunkan pamor US Treasury serta dolar AS.

Sehingga dapat menaikan harga emas.*

avatar

Redaksi