Jambi Dilanda Kekeringan
Lingkungan & Krisis Iklim
September 21, 2023
Jon Afrizal/Kota Jambi
Kondisi kekeringan di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muarojambi pada Agustus 2019. (photo credits : Jon Afrizal/amira.co.id)
KEKERINGAN tengah melanda Provinsi Jambi. Ini terjadi karena kurangnya curah hujan yang turun di Provinsi Jambi, terutama pada musim kemarau ini.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi 1.414 desa di Provinsi Jambi tengah mengalami kekeringan. Terbanyak berada di Kabupaten Muarojambi dan Tanjungjabung Timur.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) statiun meteorologi Sultan Thaha, Ibnu Sulistiyo mengatakan terhitung sejak tanggal 11 hingga 16 September 2023 adalah puncak kemarau di Provinsi Jambi.
“Curah hujan di Provinsi Jambi dalam kategori rendah,” katanya baru-baru ini.
Meskipun, pada Selasa (19/9) hujan turun sekitar 2 jam lamanya, namun hujan hanya menghilangkan kabut asap saja, dan belum mengatasi kondisi kekeringan yang terjadi.
Akibat curah hujan yang rendah ini, debit air Sungai Batanghari mengalami penurunan. Pada Senin (18/9) debit air berada pada angka 7,80 meter. Sementara pada Minggu, (17/9) adalah 8,24 meter.
“Angka ini jauh di bawah normal. Angka normal adalah 9 meter,” kata penjaga di Pintu Air Ancol, Kota Jambi, Syahruddin.
Sementara direktur utama Perumda Air Minum (PDAM) Tirta Mayang Kota Jambi, Dwike Riantara meminta agar pelanggan PDAM menyiapkan penampungan air dengan kapasitas yang cukup di rumah dan menampung air pada saat jam pengaliran. Sebab pada saat puncak kemarau ini sumber air dari Sungai Batanghari juga mengalami penurunan debit air.
Perumda Air Minum Tirta Mayang Kota Jambi, memiliki tiga intake untuk memenuhi pasokan bahan baku air bersih bagi 94.156 pelanggan di Kota Jambi. Tiga intake itu berlokasi di Aurduri, Pulai Pandan dan Sijenjang.
“Kami berharap agar pelanggan bijak menggunakan air,” katanya.*