Cerita Sedih Penggali Kubur Covid-19 di Pekanbaru
Hak Asasi Manusia
March 10, 2023
Zulfa Amira Zaed/Jon Afrizal, Pekanbaru
SUARA sirine mobil ambulance nyaring terdengar dan membelah malam mendatangi area pemakaman Tengku Mahmud, Jalan Tengku Mahmud Kelurahan Maharani Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, Sabtu (14/11). Ini adalah kawasan pemakaman khusus bagi suspect Covid-19.
Ambulance itu membawa satu peti jenazah suspect Covid-19. Petugas dari rumah sakit pun menghubungi koordinator pemakaman. Agar jenazah cepat dimakamkan.
Lima orang para penggali kubur datang dengan sigap, dan melaksanakan pemakaman secepatnya. Saat rinai hujan turun, tepat pukul 02.00 dini hari, jenazah dimakamkan.
Subhan Zein (47), satu dari lima orang petugas penggali kubur mengatakan bahwa ia dan timnya menguburkan minimal 5 jenazah setiap harinya. Dan tak jarang mereka harus memakamkan di malam hari.
Ia mengatakan, setiap penggali kubur memiliki jam kerja masing-masing. Tapi, katanya, mereka tetap bersiaga selama 24 jam setiap hari.
“Kapanpun jenazah datang, harus segera dikuburkan,” katanya.
Terhitung hingga November 2020, lebih dari 300 jenazah telah dimakamkan di areal pemakaman khusus suspect Covid-19 ini. Areal seluas 2 hektare dari total 10 hektare area pemakaman Tengku Mahmud.
Dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, mereka siap setiap saat ketika ada jenazah yang datang dari banyak rumah sakit di Kota Pekanbaru.
Untuk menunjang pekerjaan mereka, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kota Pekanbaru, yang membawahi mereka, telah memberikan berbagai macam multi vitamin. Ini bertujuan agar tim penggali kubur itu memiliki stamina yang tetap fit.
“Dengan menggunakan APD lengkap, dan selalu mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh dinas, kami berharap tetap dapat menjalankan tugas ini dengan baik,” kata Subhan Zein (47), koordinator penggali kubur itu.
Ia mengatakan, APD yang telah digunakan untuk memakamkan jenazah untuk selanjutnya dimusnahkan. Adapun caranya adalah dengan dibakar.
“Ini bertujuan untuk menghindari risiko penularan,” katanya.
Kelima penggali kubur itu telah bertugas di area Pemakaman Tengku Mahmud sejak 2012 lalu. Dan, sejak mewabahnya pandemi global Covid-19, tugas mereka pun semakin rumit.
Tak jarang, para penggali kubur ini menjadi pelampiasan kemarahan anggota keluarga dari jenazah yang dimakamkan. Pihak keluarga kadang marah karena proses pemakaman jenazah Covid-19 berbeda dengan pemakaman jenazah biasanya.
“Mereka menangis dan sesekali memaki kami yang bertugas,” kata Subhan Zein menimpali.
Tetapi, para penggali kubur itu menjadi maklum. Sebab, bagaimanapun mereka berduka dan tidak siap melihat anggota keluarganya dimakamkan dengan protap Covid-19.
Kali pertama kelimanya bertugas memakamkan jenazah suspect Covid-19 adalah pada bulan April 2020. Dengan honor masing-masing sebesar Rp 72 ribu per hari, mereka menjalankan tugas yang penuh risiko dan harus siap setiap saat.
“Sering kali kami memakamkan jenazah di malam hari, bahkan sebelum subuh,” kata Subhan.
Pemakaman jenazah di malam hari acap kali terkendala oleh tidak adanya penerangan yang cukup, dan hanya menggunakan lampu emergency. Padahal, rata-rata waktu memakamkan satu jenazah adalah 30 menit,” kata Subhan pula.
Pandemi global Covid-19 melanda Indonesia, tentu dengan ketidaksiapan semua pihak untuk menghadapinya. Hingga 28 November 2020, jumlah kasus terkonfirmasi positif di Kota Pekanbaru adalah 3.854 kasus.
Cepatnya laju penyebaran dan tingginya kasus terkonfirmasi positif di Pekanbaru juga memaksa seluruh elemen di Pekanbaru untuk bersiap, termasuk langkah Pemerintah Kota Pekanbaru yang menyiapkan area pemakaman Covid-19 yang berada di area Pemakaman Tengku Mahmud.
Meski pada awalnya warga sekitar menolak lokasi tersebut digunakan untuk area pemakaman Covid-19, namun dapat diatasi oleh Camat dan Kapolsek Rumbai dengan pendekatan persuasif. ***
Liputan ini didanai oleh Maverick bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
Artikel ini pertama kali diterbitkan di Amirariau.com