Sepeda Listrik, Gerakkan Mobilitas Warga Teluk

Inovasi

July 29, 2023

Zulfa Amira Zaed/Batanghari

(Video melengkapi isi berita)

SETELAH menempuh perjalanan selama hampir satu jam dari pusat Kota Jambi, tim Amira sampai di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari. Begitu memasuki dusun, demikian masyarakat sekitar menyebut wilayah ini, kita akan melihat rumah panggung sepanjang jalan. Rumah dengan arsitektur kayu khas Sumatera yang disangga dengan kayu besar yang kokoh atau tiang beton.

Desa yang berada tepat di pinggir Sungai Batanghari ini memiliki pemandangan yang tak biasa. Sepanjang jalan di dusun ini, masyarakat menggunakan sepeda listrik untuk mobilitas. Amira duduk di depan sebuah warung pada tengah hari, sepeda listrik nyaris tak berhenti melintas, dikendarai segala usia mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Rumah panggung di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari. (photo credit: Zulfa Amira Zaed/amira.co.id)

Kami sampai di sebuah rumah panggung yang luas dan nyaman. Kami harus menaiki sekitar sepuluh anak tangga untuk sampai ke teras rumah. Pintu yang lebar dan banyaknya jendela menjadi khas rumah panggung di sini.

Kami disambut hangat oleh pemilik rumah, Fadillah (34) yang sedang bersiap untuk menggunakan sepeda listrik miliknya. Ia baru saja selesai mengisi daya sepeda listriknya. Sepeda yang diletakkan di bawah rumah panggung dihubungkan ke listrik menggunakan kabel sepanjang 15 meter dari dalam rumah melewati sebuah celah lantai yang terbuat dari kayu.

“Sepeda siap untuk digunakan setelah diisi daya hingga penuh selama delapan jam. Saya bisa menggunakannya untuk mondar-mandir di sini selama tiga hari. Biasanya saya ke pasar, warung atau mengantar anak ke sekolah,” kata Fadillah pada Rabu (19/07/2023).

Fadillah (34), warga Desa Teluk pengguna sepeda listrik. (photo credit: Zulfa Amira Zaed/amira.co.id)

Jalan desa yang dibangun pada dasawarsa kedua abad ke-20 ini masih bisa dilalui meski ada beberapa lokasi yang berlubang. Dulu masyarakat di sini menggunakan sungai sebagai jalur transportasi, kini jalan darat inilah yang digunakan untuk mobilitas masyarakat. Dan sepeda listrik menjadi pilihan masyarakat selama setahun terakhir.

Desa dengan luas sekitar 50 km persegi ini dihuni hampir 1.000 kepala keluarga. Jarak antara rumah, ke sekolah, pasar, dan fasilitas umum lainnya cukup terbilang jauh. Sepeda listrik inilah yang mempermudah mobilitas warga.

“Kami lebih memilih sepeda listrik dari pada sepeda motor biasa untuk perjalanan sekitar desa karena cukup dicas menggunakan listrik. Biayanya juga murah, semenjak pakai sepeda listrik, listrik yang rutin dibayar tiap bulan hanya naik 20 ribu rupiah. Kalau motor biasa, kami harus isi bahan bakar minyak, jauh jaraknya,” katanya lagi.

Jarak antara Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) dengan desa cukup jauh, sekitar 20 km, yaitu di Sungai Duren, menuju kota kecamatan. Memang, banyak yang menjual bahan bakar eceran, tapi harganya lebih mahal. Sehingga menggunakan sepeda listrik akan jauh lebih ekonomis.

Selain ekonomis dan efisien, sepeda listrik mulai menjadi gaya hidup di dusun yang mayoritas warganya berprofesi sebagai petani karet, durian, dan sawit tersebut.

Naura, Urin, Serina, masing-masing berusia delapan dan sembilan tahun menggunakan sepeda listrik miliknya untuk bermain berkeliling dan berkunjung ke rumah teman mereka.

“Kami pakai sepeda listrik untuk keliling, kadang juga untuk sekolah,” kata Naura.

Sepeda listrik di rumah warga Desa Teluk. (photo credit: Zulfa Amira Zaed/amira.co.id)

Khadijah (38) seorang guru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Satu Atap Teluk juga menggunakan sepeda listrik untuk pergi dan pulang mengajar.

“Kami banyak yang pakai sepeda listrik ke sekolah. Bahkan pernah suatu ketika ada lomba O2SN di sekolah kami, halaman sekolah dipenuhi sepeda listrik, jumlahnya kurang lebih 300 unit,” kata Kadijah.

Bila diberi pilihan menggunakan motor listrik yang pembeliannya diberi subsidi oleh pemerintah pusat, masyarakat Desa Teluk mengaku tertarik.

“Program transisi ke kendaraan listrik memang digalakkan oleh pemerintah pusat. Untuk subsidi pembelian motor listrik, itu masih ada di sekitar Pulau Jawa, Sumatera masih dalam tahap persiapan,” kata Pandu Hartadita Kabid Dinas ESDM Provinsi Jambi.

Menurut Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, urgensi kendaraan bermotor listrik mencakup tiga aspek, ketahanan energi yaitu pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan peningkatan efisiensi konservasi energi sektor transportasi, lingkungan yaitu terwujudnya energi bersih dan menurunkan emisi gas rumah kaca, serta kapasitas nasional yaitu mendorong penguasaan teknologi industri rancang bangun kendaraan dalam negeri dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor kendaraan bermotor.

Menurut IESR (2023), Indonesian Electric Vehicle Outlook pemerintah Indonesia tengah mendorong perkembangan kendaraan listrik demi tercapainya energi bersih dan ramah lingkungan. Merujuk pada tingkat adopsi motor dan mobil berbasis setrum yang masing-masing naik 5 dan 4 kali lipat selama 2022 dibanding 2021. IESR memprediksi tren tersebut terus berlanjut pada 2023 terutama bagi motor listrik jika diikuti dengan infrastruktur pengisian daya yang memadai, uang muka yang rendah, dan jangkauan berkendara yang luas.

Saat ini kendaraan listrik menghasilkan emisi lebih rendah, daripada kendaraan konvensional. Dengan bauran listrik saat ini kendaraan listrik mengeluarkan emisi lebih rendah 18% untuk motor dan 25% untuk mobil per km.*

avatar

Redaksi