Landasan Pacu Bandara Sultan Thaha Melendut

Ekonomi & Bisnis

April 12, 2025

Natasha Indreswari/Kota Jambi

Pesawat di Bandara Sultan Thaha. (credits: Sultan Thaha Airport)

LANDASAN pacu Bandara Sultan Thaha ditutup sekitar 30 menit, pada Kamis (10/4). Penutupan sejal pukul 17.30 Wib hingga 18.00 WIB ini, dilakukan karena landasan pacu mengalami lendutan (lekukan ke bawah) akibat faktor cuaca.

“Landasan pacu mengalami lendutan akibat cuaca yang panas tadi sore. Kondisi ini menyebabkan pesawat Lion Air JT603 tujuan Jakarta tertahan di landasan pacu hingga pukul 17.30 WIB,” kata General Manager PT Angkasa pura Indonesia Kantor Cabang Bandara Sultan Thaha, Jambi Ardin Marbun dalam keterangannya, Kamis (10/4) mengutip RRI.

Marbun mengatakan untuk memudahkan pelaksanaan evakuasi pesawat maka penumpang diturunkan kembali ke ruang tunggu. Dan beberapa penerbangan menuju bandara Sultan Thaha mengalami delay, karena landasan pacu dinyatakan closed untuk take off dan landing.

“Dan, baru pada pukul 18.00 WIB, landasan pacu dinyatakan aman dan dapat digunakan, dan operasional kembali dibuka,” katanya.

Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, mengutip detikSumbagsel, pada Kamis (10/4) menyatakan kendala bukan disebabkan oleh kerusakan pada pesawat. Melainkan karena permukaan landasan mengalami perubahan bentuk deformasi yang menghambat pergerakan roda pesawat.

Ia mengatakan pesawat Lion Air JT 603 rute Jambi-Jakarta gagal terbang pada pukul 15.00 WIB. Dan, pesawat telah melakukan penerbangan kembali pada pukul 18.00 WIB dengan mengangkut para penumpang yang semula sempat diturunkan.



Penerbangan Lion Air JT 603 dioperasikan dengan menggunakan pesawat Boeing 737 900-ER registrasi PK LGW. Penerbangan ini membawa 214 penumpang dan tujuh kru pesawat.

Adapun kronologis gagal terbang itu, kata Danang, adalah pada saat pesawat yang telah lepas landas akan melakukan proses berbelok menuju arah tinggal landas. Lalu pilot merasakan roda bagian kanan tidak dapat bergerak secara optimal. Sehingga terpaksa menghentikan mesin pesawat dan segera berkoordinasi dengan petugas bandar udara.

“Tindakan yang diambil pilot adalah mengacu pada standar prosedur keselamatan penerbangan,” katanya.

Satu sisi di Bandara Sultan Thaha. (credits: Sultan Thaha Airport)

Pilot pun memutuskan untuk menghentikan pesawat untuk berkoordinasi dengan petugas bandar udara serta pemandu lalu lintas udara (ATC) di Jambi.

Hasil pemeriksaan awal dari pihak bandar udara menunjukkan adanya penurunan permukaan pada landasan pacu. Landasan pacu mengalami perubahan bentuk (deformasi) di salah satu bagian, yang diduga mempengaruhi pergerakan roda pesawat.

Sehingga, katanya, untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan pelanggan atau penumpang, maka pihak Lion Air mengarahkan agar penumpang sementara diturunkan dari pesawat dan diantar dengan bus menuju ruang tunggu terminal bandar udara.

Bandar Udara Sultan Thaha Syaifudin, IATA: DJB dan ICAO: WIJJ, sebelumnya dikenal dengan nama Bandar Udara Paalmerah. Bandara ini sejak bulan April 2007 dikelola oleh PT Angkasa Pura II, yang sebelumnya dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jambi.

Bandar Udara Paalmerah dibangun pada tahun 1940 oleh pemerintah kolonial Belanda. Nama “Paalmerah” berasal dari batu penanda (sejenis paku) yang digunakan oleh kolonial Belanda untuk membatasi batas-batas bandara, yang kemudian dicat dengan warna merah. 

Setelah kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1950-an, bandara ini secara resmi dioperasikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Saat itu, landasan pacu berukuran 900 meter x 25 meter, dan terbuat dari kerikil, dengan pesawat terbesar yang beroperasi adalah Douglas DC-3.

Pada tahun 1976, landasan pacu diperpanjang menjadi 1.650 meter x 30 meter. Pada tanggal 10 Oktober 1978, Bandara Paalmerah berganti nama menjadi Bandara Sultan Thaha, yang diambil dari nama seorang pahlawan daerah Jambi.

Pada tanggal 1 Januari 2007, pengelolaan Bandara Sultan Thaha dialihkan dari Angkasa Pura II ke Angkasa Pura II.  Pada saat ini, bandara mulai melayani pesawat yang lebih besar, seperti A320.

Sejak dikelola oleh Angkasa Pura II, rencana perluasan lebih lanjut dibuat, dan landasan pacu diperpanjang menjadi 2.220 meter x 30 meter.

Pada tahun 2012, landasan pacu diperluas menjadi 2.400 meter panjangnya dan 45 meter lebarnya, yang selanjutnya diperpanjang menjadi 2.600 meter. 

Peningkatan ini memungkinkan bandara untuk menampung pesawat yang lebih besar, meningkatkan kapasitasnya dari Boeing 737 ke pesawat dengan ukuran yang sama dengan Boeing 757. 

Selain itu, Sistem Pendaratan Instrumen (ILS) akan dipasang untuk meningkatkan presisi pendaratan, terutama dalam kondisi cuaca buruk. 

Saat ini, terdata tujuh maskapai penerbangan yang setiap harinya melakukan penerbangan sebanyak 23 kali. Diantaranya; Garuda Indonesia, Batik Air Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Susi Air, Super Air Jet dan Wings Air.*

avatar

Redaksi