Banjir Di Pelalawan Belum Surut
Lingkungan & Krisis Iklim
January 27, 2025
Ahmad Wicaksana/Pekanbaru

Pengendara diminta untuk menggunakan jalur alternatif Lintas Tengah via Taluk Kuantan. (credits: amira.co.id)
BANJIR di dua kecamatan di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau telah satu pekan terjadi. Banjir menggenangi Kecamatan Pangkalan Kerinci dan Pangkalan Kuras.
Banjir ini adalah imbas dari pembukaan pintu bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang yang berada di hulu Sungai Kampar.
Akibat banjir ini, kendaraan dari arah Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Provinsi Jambi via Jalan Lintas Timur Sumatera (JLTS) menuju ke Kota Pekanbaru tidak dapat melintas. Kendaraan terpaksa harus menuju ke Jalan Lintas Tengah Sumatera (Jalinteng) via Taluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Jika dipaksakan melintasi genangan air banjir setinggi 25 centimeter hingga 60 centimeter itu, maka mesin kendaraan akan mati.
Akibatnya, waktu dan jarak tempuh akan bertambah. Bagi kendaraan dari Jambi, misalnya.
Di saat normal, dari Provinsi Jambi melalui JLTS menuju ke Pekanbaru akan memakan waktu 10 jam untuk 450 kilometer. Sedangkan, jika melalui Jalinteng via Taluk Kuantan, akan memakan waktu 12 hingga 14 jam, dengan jarak tempuh 550 kilometer.
“Genangan air banjir di jalan lintas berada di Km 74, 77, dan 78 Kecamatan Pangkalan Kerinci, dan, KM 82 dan 83, Kecamatan Pangkalan Kuras,” kata Kapolsek Pangkalan Kerinci, AKP Tatit Rizkyan Hanafi, mengutip Kompas.
Sementara itu, Bupati Pelalawan Zukri mengatakan bahwa banjir menggenangi 18 desa dan kelurahan. Dengan 3.537 KK (kepala keluarga) atau 12.000 jiwa yang terdampak.
“Sebanyak 24 unit sekolah terendam banjir, dan siswa terpaksa diliburkan,” katanya.

Warga terdampak banjir di Provinsi Riau. (credits: Media Center Riau)
Pemerintah, katanya, memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok warga terdampak dengan pemberian bantuan sembako. Juga, memastikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan menyiapkan tenda bagi warga yang mengungsi.
Adapun warga yag terdampak banjir mengungsi dan ditampung di posko pengungsian. Selain juuga di rumah kerabatnya.
“Kepada warga yag masih bertahan di rumah, kami ingatkan untuk tetap waspada,” katanya.
Mengutip Media Center Riau, Unit Layanan Pembangkit Listrik Tenaga Air (ULPLTA) Koto Panjang, menambah bukaan spillway gate (pintu pelimpahan air). Bukaan pintu dilakukan secara bertahap hingga mencapai ketinggian 1 meter.
Penambahan bukaan ini dilakukan sebagai respons terhadap meningkatnya curah hujan di wilayah hulu waduk yang menyebabkan inflow (debit air masuk) mencapai rata-rata 1.000 meter kubik per detik.
Penambahan dilakukan bertahap selama dua hari mulai Sabtu (18/1) pukul 14.00 WIB. Pada tahap pertama, bukaan lima pintu pelimpah masing-masing ditambah 30 sentimeter, sehingga ketinggian bukaan menjadi 80 centimeter per pintu.

Pintu pelimpahan air waduk PLTA Koto Panjang. (credits: PLTA Koto Panjang)
Penambahan ini diperkirakan akan menaikkan permukaan sungai di sisi hilir waduk antara 30 hingga 40 centimeter dari kondisi sebelumnya.
Tahap kedua pada Minggu (19/1) pukul 10.00 WIB, dengan penambahan ketinggian bukaan sebesar 20 centimeter. Setelah seluruh proses selesai, total kenaikan ketinggian bukaan menjadi 1 meter, yang diperkirakan akan menaikkan permukaan sungai hingga 50 hingga 70 centimeter.
“Penambahan bukaan ini dilakujan untuk menjaga keamanan bendungan,” kata Manajer ULPLTA Koto Panjang, Dhani Dhani Irwansyah, Sabtu (18/1).
PLTA unit Kota Panjang 3 x 38 MW atau 542 GWh per tahun berada di Desa Rantau Berangin, Kecamatan Bangkinang. Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 1982 hingga 1984.
Biaya pembangunan proyek PLTA Kota Panjang, mengutip pltakotapanjang, sekitar IDR 700 milyar. Dengan dana APBN dan Non APBN (APLN) dan dana pinjaman luar negeri dari Oversease Economic Cooperation Funds (OECF), Jepang. PLTA ini mulai beroperasi pada tahun 1998.
PLTA ini menggunakan tiga unit turbin dan tiga unit generator yang di pasangkan. Sehingga dapat menghasilkan listrik sebesar 114 MW dengan produksi energi sebesar 542.000.000 kWh per tahun.
Dengan memanfaatkan arus Sungai Kampar Kanan, PLTA Koto Panjang dibangun dengan membuat bendungan beton setinggi 58 meter pada aliran Sungai Kampar. Adapun luas cathment area (daerah tangkapan air) PLTA ini adalah sekitar 3.337 kilometer per segi dengan debit air tahunan rata-rata 184.4 meter kubik per second.
PLTA Kota Panjang berfungsi sebagai penyedia tenaga listrik untuk wilayah Sumatra Barat dan Riau.*

