Ancaman Itu Bernama: Gempa Megathrust
Lingkungan & Krisis Iklim
August 30, 2024
Astro Dirjo

Masjid Nurul Iman Desa Koto Iman Kecamatan Danau Kerinci sebagai “monument” gempa M7 di Kerinci pada 7 Oktober 1995. Photo diambil Februari 2019. (credits: Jon Afrizal/amira.co.id)
INDONESIA “dikepung” zona megathrust. Yakni pertemuan antar-lempeng tektonik bumi di zona subduksi; titik dimana satu lempeng meluncur ke bawah lempeng lain, yang biasanya berada di lautan. Akibat dari ini semua adalah: gempa besar dan tsunami besar.
Mengutip “Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017” terdapat 16 wilayah yang berada pada zona megathrust. Dengan potensi magnitudo antara 7 hingga 9, dengan pergeseran 4 centimeter per tahun.
Yakni Andaman-Sumatra, Nias-Simeulue, Batu, Mentawai-Siberut, Mentawai-Pagai, Enggano, Selat Sunda-Banten, Jawa Barat, Jateng-Jatim, Bali, NTB, NTT, Megathrust Laut Banda Selatan, Laut Banda Utara, Sulawesi Utara, dan Filipina-Maluku.
Namun, kapan waktu tepatnya gempa megathrust akan terjadi di Indonesia, hingga kini tidak dapat diketahui. Para pakar, sejauh ini, hanya dapat melakukan permodelan terkait gempa megathrust, dan memperkirakan arah terjadinya gelombang tsunami.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan mengambil langkah mitigasi untuk mengurangi dampak gempa megathrust. Seperti dengan mengaudit gedung-gedung yang ada di Jakarta, misalnya.
“Banyak gedung-gedung tinggi di DKI. Tapi apakah konstruksinya adalah konstruksi sesuai daerah rentan gempa?” katanya, mengutip CNN Indonesia.
Sementara itu, pakar geologi dari ITB Heri Andreas, mengungkap pemodelan menunjukkan Megathrust Selat Sunda potensial memicu tsunami 20 meter di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Gelombang tsunami ini diperkirakan mencapai kecepatan 40 km per jam.
“Sesuai model, tsunami akan menuju ke wilayah Merak, Banten, dengan ketinggian 8 meter, untuk kemudian masuk ke wilayah Jakarta. Selanjutnya, gelombang tsunami menjalar ke Laut Jawa, yang pada akhirnya sekitar 3 jam itu akan sampai ke Jakarta dengan ketinggian sekitar 1 meter,” katanya.
Mengutip Liputan6, zona megathrust terbentuk melalui proses yang melibatkan pergerakan lempeng tektonik Bumi. Proses pembentukan zona megathrust dimulai ketika lempeng samudera bergerak ke arah bawah dan menekan lempeng benua yang berada di atasnya, yang biasa disebut dengan subduksi.
Lempeng samudera yang lebih padat dan berat menekan dan masuk ke bawah lempeng benua, menciptakan tekanan yang sangat besar di zona pertemuan keduanya. Tekanan ini bisa menyebabkan batuan di zona tersebut patah dan bergeser secara tiba-tiba, yang kemudian memicu terjadinya gempa bumi.
Zona megathrust di Indonesia telah terbentuk sejak jutaan tahun lalu, bersamaan dengan terbentuknya rangkaian busur kepulauan di wilayah ini.
Zona megathrust adalah sumber potensi gempa yang besar. Pada kenyataannya, zona ini juga dapat menimbulkan gempa dengan berbagai magnitudo, termasuk gempa-gempa kecil, dengan kekuatan kurang dari magnitudo 5,0.
Sebagai wialyah yang dinamis, zona megathrust dapat melepaskan tegangan yang terakumulasi dalam bentuk gempa kecil atau besar, yang sangat tergantung pada bagaimana tekanan tersebut terakumulasi dan dilepaskan.*
