Para Penggali Kubur Suspect Covid-19 Tidak Di-Swab
Hak Asasi Manusia
March 10, 2023
Zulfa Amira Zaed/Jon Afrizal, Pekanbaru
SEBANYAK lima petugas penggali kubur suspect Covid-19 di TPU Tengku Mahmud Kota Pekanbaru hingga kini tidak pernah mendapatkan swab dari instansi terkait. Meskipun, sebenarnya kelimanya beresiko tinggi tertular Covid-19.
“Sejak pertama kali memakamkan jenazah suspect Covid-19 pada bulan April lalu, kami sekalipun belum pernah di-Swab,” kata Subhan Zein, satu dari lima penggali kubur itu kepada amirariau.com, Senin (7/12).
Menurutnya, mereka sendiri sering merasa was-was, jika penyakit yang mengerikan itu ditularkan oleh jenazah suspect Covid-19 yang mereka makamkan. Walaupun, nyatanya, peti para jenazah itu telah dibungkus dengan plastik.
Terkait persoalan ini, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Mohamad Noer mengatakan tes swab bagi kelima penggali kubur itu memang penting. Sebab, mereka yang berinteraksi langsung dengan jenazah suspect.
“Itu adalah kewenangan Dinas Pemukiman dan Pemakaman (Perkim), tempat mereka bertugas. Bila Dinas Perkim mengajukan permintaan untuk swab, maka kami akan segera kami lakukan,” kata Mohamad Noer.
Sementara itu, Kadis Perkim, Ardhani ketika ditanyai, mengatakan tes swab akan dilakukan apabila para petugas mengalami gejala covid. Sebab, katanya, para petugas telah dilengkapi dengan APD, dan telah pula mengikuti protokol kesehatan.
“Kekhawatiran akan terdampak dapat sedikit berkurang dengan penggunaan APD dan mengikuti protokol kesehatan dengan tepat,” ungkapnya.
Kompleksitas birokrasi ini, ternyata tidak sebanding dengan anggaran penanganan Covid-19 yang cukup besar. Dan, tidak memiliki skala prioritas.
Anggota Komisi IV DPRD Riau, Ade Hartati Rahmat mengatakan realokasi anggaran untuk penanganan Covid-19 mencapai Rp 481 miliar. Bahkan, katanya, anggaran untuk penanganan kesehatan dan jasa pemeriksaan pasien yang totalnya Rp 63 miliar itu, hanya terpakai Rp 14,18 miliar saja.
“Ini belum termasuk anggaran untuk stimulan ekonomi sebesar Rp 25 miliar, yang hingga kini belum terpakai sama sekali,” katanya.
Namun, hingga kini, tetap belum terjawab, apakah dana untuk tes swab kelima penggali kubur itu juga telah dianggarkan, atau, malah tidak sama sekali.
Padahal, jika menurut keterangan Bambang, seorang penggali kubur yang lain, bahkan untuk tiga dari empat anaknya yang bersekolah saja, ia tidak mendapatkan bantuan, melainkan menggunakan biaya sendiri.
“Waktu itu pernah dapat bantuan, ya pulsa internet yang dari pemerintah. Tapi ya itu, anak saya kan masih SD, tidak banyak menggunakan data internet karena tugasnya diambil ke sekolah seminggu sekali kemudian dikumpulkan kembali ke sekolah sesuai perintah gurunya. Kalau bantuan dalam bentuk lain memang belum ada,” terang Bambang.
Meskipun demikian, katanya, mereka berlima tetap bertugas seperti biasa. Dengan jam kerja 24 jam per hari, dan dengan rasa takut, jika penyakit itu menular kepada mereka, dan anggota keluarga mereka yang lain.*
Liputan ini didanai oleh Maverick bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
Artikel ini pertama kali diterbitkan di amirariau.com