Legenda “Another One Bites the Dust”
Budaya & Seni
November 13, 2025
Jon Afrizal

John Deacon (paling kiri), pada pertunjukan Queen di Live Aid. (credits: Getty Images)
“Tidak ada yang dapat menggantikan Freddie Mercury. Semuanya telah usai.” John Deacon
DALAM setiap konser-konser band rock Queen, setelah kematian Freddie Mercury, siapakah yang tidak pernah terlihat? Yup, John Deacon, bassist Queen sejak awal.
Terlahir pada 19 Agustus 1951 dengan nama John Richard Deacon, Deacon adalah penyeimbang tiga ego besar di Queen; Freddie Mercury, Brian May, dan Roger Taylor. Tanpa Deacon, Queen adalah sebuah kepincangan yang luar biasa.
Deacon adalah sosok yang paling introvert. Jika dibandingkan ketiga sosok lainnya di Queen, ia bahkan seolah tidak menikmati ribuan tepuk tangan pada kehidupan ala rock star.
Tetapi, dari betotan bass-nya, mengalir sebuah hits, yang hingga hari ini adalah hits terbesar Queen. “Another One Bites the Dust” pada tahun 1980, adalah single terlaris Queen, yang terjual lebih dari 7 juta kopi.
Lalu, “I Want to Break Free” pada tahun 1984, kemudian, “Spread Your Wings” pada tahun 1977, dan selanjutnya, “You’re My Best Friend” pada tahun 1975.
Hidup adalah pilihan, dan bagi Deacon, semuanya telah berakhir setelah Freddie Mercury meninggal dunia pada tanggal 24 November 1991, akibat pneumonia yang terkait HIV/AIDS.
Semua berawal di tahun 1971. Ketika John Deacon berusia 19 tahun, dan ia adalah seorang mahasiswa elektronik di Chelsea College, London, Britania Raya. Ketika ia mengikuti audisi untuk Queen, tanpa bicara, dan, semua mimpi orang banyak tentang menjadi rock star telah ia dapatkan. Deacon terpilih menjadi bassist dari Queen.
Tetapi Deacon, tidak ingin terburu-buru. Meskipun Queen telah memulai pertunjukan kecil-kecilan di banyak tempat, Deacon masih memilih untuk menyelesaikan kuliahnya.
Di tahun yang sama, ia lulus dengan gelar kehormatan di bidang Elektronik. Setelah itu, barulah ia berkomitmen untuk sepenuhnya berdedikasi di Queen.

John Deacon pada pertunjukan Queen di Live Aid. (credits: Queen Photos)
Satu hal yang terbesar, yang telah mereka capai, adalah konser amal di Live Aid, besutan Bob Geldof di Wembley Stadium, pada tanggal 13 Juli 1985. Sebuah konser amal bagi orang-orang yang menderita kelaparan di Ethiopia, Afrika.
Setahun setelah penobatan untuk menjadi “ratu” yang sebenarnya di Live Aid, maka, album studio ke-12 pun meluncur ke publik. A Kind of Magic, dengan 100.000 copy yang terjual pada pekan pertama album di-launching.
Uang dan ketenaran, dan, apa lagi selain itu? Ketiga personil lainnya menikmati itu semua, dan sepertinya tenggelam larut dan kehidupan glamour. Tapi, tidak dengan Deacon.
Ia masih tinggal di Putney, London Selatan. Di sebuah rumah yang sama, yang ia beli di tahun 1970-an.
Di usia 74 tahun pada saat ini, ia menikmati hidup yang tenang. Hidup bersama wanita yang sama, yang dulu ia pilih untuk dinikahi di tahun 1970-an lalu. Dengan enam orang anak dan juga cucu-cucunya.
Sebuah pertanyaan, dan mungkin juga pernyataan, dari penggalan lirik lagu “Another One Bites The Dust” yang diciptakannya;
“Are you happy, are you satisfied?
How long can you stand the heat?
Out of the doorway, the bullets rip
To the sound of the beat, look out.”
Meskipun, ia mampu untuk “hidup dimana saja, dan melakukan apa saja”, tapi, ia tidak melakukannya. Padahal, ia memiliki royalti Queen sebesar USD 200 juta, dan juga, royalti lagu “Bohemian Rhapsody” selalu menghasilkan jutaan dollar per tahun.
Kendati, setelah Freddie Mercury meninggal, dua anggota Queen, Brian May dan Roger Taylor masih mencoba melanjutkan Queen, sejak April 1992, tapi tidak dengan Deacon.
Seperti kutipan di awal artikel ini, “Semua telah usai.”
Tetapi, dengan keengganan dan kesungkanan, Deacon masih bermain di album “Made in Heaven”.
Pada tahun 1997, Deacon diwawancarai, dan mungkin ini yang terakhir kalinya ia berada di depan kamera.
“Tidak ada gunanya melanjutkan ini semua. Tidak mungkin untuk menggantikan Freddie Mercury,” demikian pernyataannya.

John Deacon (tengah). (credits: John Deacon)
Di saat Brian May dan Roger Taylor masih memaksakan diri, Deacon tidak terobsesi. Semua telah berakhir.
Ia sangat realistis. Freddie Mercury adalah tonggak Queen, sebagai vokalis. Jika pun ada yang berusaha menggantikan Freddie Mercury, tentu, jawabannya, adalah: hanya menjadi bayang-bayang Freddie Mercury saja.
Dan sikap realistis itulah, yang membuat ia tenang, jauh dari kehidupan glamour ala rock star, hingga hari ini.
Seperti penggalan lirik “It’s A Hard Life”, yang diciptakan Freddie Mercury pada tahun 1984, di album The Works;
“You win, you lose
It’s a chance you have to take with love
Oh yeah, I fell in love
But now you say it’s over
And I’m falling apart.”
Semua telah berkhir. Panggung besar, fans dan tepuk tangan, uang dan kehidupan glamour. Dan, Deacon selalu dan telah memilih untuk hidup dalam ketenangan seperti halnya orang-orang biasa.*
[Dirangkum dari berbagai sumber]
