Stop Multitasking, Dan Hindari Stress
Lifestyle
October 26, 2025
Achmad Wicaksana

Ilustrasi multitasking. (credits: Pexels)
PERNAHKAH anda membalas japrian di android ketika sedang mengendarai kendaraan bermotor? Berbahaya, tentu saja.
Itu adalah contoh dari multitasker. Yakni seseorang yang mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu.
Wow, tentu saja ini adalah jenis yang bukan “orang sembarangan”.
Seorang multitasker bahkan dapat berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dalam satu waktu. Pada program perangkat komputer, kondisi ini disebut task switching.
Dan, pada akhirnya, akan tercipta kondisi dimana kerja komputer menjadi lemot, yang selanjutnya akan membawa kita ke task manager, untuk melakukan end task terhadap program yang tidak perlu. Ini dengan tujuan agar komputer dapat bekerja maksimal kembali.
Pada manusia, alasan paling umum mengapa orang mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus adalah untuk menghemat waktu dan tenaga. Sebab, dengan menyelesaikan pekerjaan satu per satu, dianggap akan memakan lebih banyak waktu.
Seperti, membawa kendaraan untuk berhenti menepi, dan setelah itu membalas japrian di android, seperti contoh di atas.
Padahal, mengutip alodokter, multitasking tidaklah efisien, dan dapat mengganggu kesehatan tubuh, termasuk kesehatan jiwa.
Sama sepeti ilustrasi kerja perangkat komputer tadi, saat seseorang melakukan multitasking, maka otak manusia terpaksa bekerja lebih kuat untuk fokus dan berkonsentrasi agar dapat menyelesaikan beberapa pekerjaan itu.

Ilustrasi stress dalam pekerjaan. (credits: Pexels)
Padahal, otak manusia umumnya hanya dapat fokus pada satu hal untuk satu waktu saja.
Pada saat otak sudah mulai lelah bekerja, maka daya konsentrasi dan kemampuan untuk fokus beraktivitas akan terganggu. Sehingga dapat membuat menurunnya kualitas kerja.
Akibatnya, pekerjaan yang kualitasnya tidak baik akan kembali diperbaiki, dan diulang untuk dikerjakan. Dan, efiensi waktu dan tenaga pun tidak terjadi.
Beberapa akibat buruk multitasking pada manusia, adalah; dapat memicu stress, meningkatkan tekanan darah, mengganggu daya ingat, menurunkan kreativitas, dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan.
Sehingga, ketimbang memaksakan diri untuk melakukan seluruh pekerjaan sekaligus, adalah lebih baik untuk membuat skala prioritas pada pekerjaan. Ini dengan tujuan untuk mengatur pekerjaan dan terbebas dari stres.
Juga, dapat meningkatkan efisiensi waktu dan menjaga kualitas pekerjaan.*
