Juli, Puncak Musim Kemarau

Lingkungan & Krisis Iklim

July 18, 2025

Junus Nuh

Titik panas di Provinsi Jambi, Kamis (17/7). (credits: NASA)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim kemarau di wilayah Provinsi Jambi terjadi pada Juli 2025 ini. Dan akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan.

“Sesuai prakiraan dan data klimatologi, rata-rata musim kemarau di Provinis Jambi akan terjadi hingga bulan September 2025,” kata kata Kepala BMKG Jambi, Ibnu Sulistyo, mengutip Detik, belum lama ini.

Sehingga, masyarakat Provinsi Jambi dihimbau untuk berhemat air bersih. Sebab, dengan sedikit turunnya hujan, besar kemungkinan sungai-sungai akan mengering.

Pada musim kemarau ini polusi udara akan dapat meningkat karena tidak ada hujan. Dan polutan yang tidak tercuci air hujan masih berada di udara,” katanya.

Sama seperti kemaru-kemarau sebelumnya, masyarakat dihimbau untuk tidak membakar sampah dalam jumlha besar. Juga, tidak membuka lahan dengan cara membakar.

Warga yang berdekatan dengan area hutan juga diminta siaga terhadap cuaca kering ini. Mengingat potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sangat besar.

Menurut BMKG Jambi, terhitung hingga tanggal 19 Mei 2025, terdata sebanyak delapan titik panas di Povinsi Jambi. Sedangkan angka kumulatif dari Januari hingga 19 Mei 2025, terpantau 88 titik panas.

Namun, katanya, musim kemarau akan berakhir secara bertahap di akhir Agustus 2025 dan mulai transisi hujan di September 2025.

Untuk mengantisipasi karhutla, Pemerintah Provinsi Jambi berupaya untuk menyemai awan dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Sebanyak 22 ton garam disiapkan untuk disemai ke langit di wilayah Provinis Jambi.

Kru pesawat sedang menyiapkan muatan garam yang akan ditebarkan di langit. (credits: Kompas)

Langkah ini ditujukan untuk meningkatkan curah hujan di wilayah rawan karhutla. Terutama di lahan gambut.

Mengutip Kompas, fokus penyebaran garam pada saat ini adalah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat. Kedua kabupaten ini adalah lahan gambut yang luas dan mudah terbakar jika terlalu cuaca kering.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jambi telah menyiapkan sebanyak 3.155 pompa air, yang disebar ke 11 kabupaten/kota. Dengan tujuan menghadapi musim kemarau yang diprediksi akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

“Pemerintah telah menyiapkan pompa untuk kebutuhan pengairan lahan pertanian di Jambi,” kata Kadis Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi, Rusmudar, mengutip Metro Jambi, baru-baru ini.

Secara rinci, yakni; Kabupaten Batang Hari (405 unit), Bungo (181), Kerinci (373), Merangin (273), Muaro Jambi (384), Sarolangun (174), Tanjung Jabung Barat (84), Tanjung Jabung Timur (474), Tebo (355), Kota Jambi (55), Kota Sungai Penuh (183), dan  termasuk cadangan Provinsi Jambi (216).

Saat ini, katanya, sebagian besar wilayah di Provinsi Jambi telah menyelesaikan musim tanam periode April – September. Yang belum menyelesaikan musim tanam adalah Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Barat. Meskipun, hanya sedikit saja.

Lahan pertanian di Provinsi Jambi yang didominasi lahan “tadah hujan”, hanya mengandalkan air hujan. Terutama di wilayah bagian timur dan sebagian barat.

Sehingga, pompa-pompa air ini diharap dapat memenuhi kebutuhan petani. Pompa air dikelola langsung oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di masing-masing wilayah.

”Apabila diperlukan pompa air tersebut bisa digeser ke kelompok yang membutuhkan,” ujarnya.*

avatar

Redaksi